Penulis : Nurul Azizah
Ratusan driver ojek online berkerumun di gerai McDonald’s di beberapa daerah di Indonesia untuk membeli menu BTS Meal McD, Rabu (9/6/2021).
OPINI
Nurul Azizah
Banyak sekali pesanan dari ABG untuk produk makanan cepat saji ini. Sekedar informasi, McDonald’s mengeluarkan menu baru yang diberi nama BTS Meal McD.
BTS Meal McD merupakan bentuk kolaborasi dengan boy band BTS (Bangtan Sonyeondan), asal Korea Selatan.
BTS Meal McD dijual dengan harga terjangkau yaitu Rp 45.455, terdiri dari 9 potong Chicken McNuggets, Medium Fries, Medium Coca Cola, Saus Sweet Chili dan Saus Cajun.
Saya heran mengapa remaja-remaja Indonesia pada tergila-gila pada produk buatan Korea Selatan. Baik K-Popnya maupun drama Korea (drakor). Dari anak-anak hingga ibu rumah tangga.
Dari kasus berburu BTS Meal McD yang mengundang kerumunan ini, saya bertanya-tanya, mengapa paket ini dicari orang, jawabannya ya ada ‘BTS’nya. Di mana grup boyband asal Korea Selatan yang sekarang jadi pujaan ABG di seluruh dunia, mereka digandrungi ABG-ABG dunia. Mirip The Beatles dari Inggris tahun 1960-an dan mirip New Kids on The Block di tahun 1980-an.
Bahkan penggemar BTS di seluruh dunia memberi nama BTS Army. Penggemar ini akan siap membeli apa saja yang dikeluarkan oleh group ini. Mulai lagunya, stiker, atau bajunya, semua barang yang dikasih logo BTS, akan diserbu oleh ABG sampai histeris nangis-nangis saking mengidolakan BTS.
Alhamdulillah saya dan keluarga tidak tertarik dengan BTS, termasuk anak-anak saya yang sudah beranjak dewasa. Anak-anak saya lebih suka ayam geprek dengan sambal cabe dan bawang mentah. Apalagi ayam geprek buatan ibunya sendiri, pasti suka banget. Sudah tidak rahasia lagi, sambal bawang pada ayam geprek menjadikan nafsu makan anak-anak bertambah.
Saya tertarik dengan BTS dan Korea Selatan mengapa bisa mendunia. Boy band asal Korea ini begitu menyedot perhatian ABG-ABG dunia.
Semua berawal dari krisis moneter sekitar tahun 1997-1998, Korea Selatan terkena dampak dari krisis moneter dan meminjam dana dari IMF.
Pada tahun yang sama Indonesia juga kena krisis moneter, juga pinjam ke IMF hingga jatuhnya Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Tetapi bedanya dengan Korea Selatan mereka sangat pintar. Mereka tahu, potensi sumber daya manusia yang bisa mereka jual ke seluruh dunia untuk membayar hutang-hutangnya.
Korea Selatan gudangnya brand-brand ternama seperti Samsung, LG, Hyundai dan banyak lagi. Bisa dilihat di pasaran barang-barang elektronik.
Merk-merk ini kalah bersaing dengan merk-merk buatan Jepang di pasar dunia.
Tetapi Korea Selatan memiliki strategi jitu untuk mengenalkan produk buatan mereka.
Strategi global di sana adalah mengemas budaya Korea Selatan dengan kemasan yang bagus. Mereka mengemas dengan model entertainment yang diberi nama “Badan Ekonomi Kreatif Korea.” Badan ini adalah industri baru, yaitu industri kreatif dan industri informasi.
Ada dana khusus dari pemerintah Korea Selatan untuk mengembangkan musik, film dan indrustri kreatif. Mereka didanai dengan modal khusus bahkan ada subsidi pengurangan pajak untuk industri kreatif ini.
Khusus untuk industri kreatif, anak-anak muda Korsel menamakan Korean Pop atau populer dengan K-Pop, di sinilah lahir boy band dan girl band yang dikenal oleh ABG sebagai BTS, Seventen, EXO sampai Black Pink. Belum lagi drama Koreanya yang digandrungi ABG dan emak-emak (ibu rumah tangga).
Saya teringat di Indonesia ada Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf).
Kemenparekraf yang digawangi oleh Sandiaga Uno ini belum mengangkat budaya Indonesia dalam bentuk entertaiment dan ekonomi kreatif. Baik industri maupun informasinya.
Indonesia kaya akan budaya adi luhung mulai dari tarian, lagu daerah, rumah adat, baju adat, bahasa daerah, alat musik dan lain-lain sampai senjata pusaka daerah. Belum ke kuliner yang beraneka ragam jenisnya. Semua itu belum tersentuh oleh kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif.
Program kerja hanya tinggal program kerja, belum ada hasil yang bisa dijual ke masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri.
Sandiaga Uno malah punya program Kemenparekraf diantaranya dukungan manajemen, kepariwisataan dan ekonomi kreatif, serta pendidikan dan pelatihan vokasi. Program yang tidak jelas dan jauh tertinggal dari industri kreatif dan informasi. Keren hanya pada namanya saja.
Mengapa Kemenparekraf belum menjangkau pemuda-pemuda Indonesia untuk kreatif dibidang digital, padahal anak-anak muda millenial dekat sekali dengan IT. Mereka bisa meniru apa yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan bimbingan dan pembiayaan dari Kemenparekraf.
Yang parah dari Kemeparekraf mengapa dipegang oleh Sandiaga Uno. Orang yang suka selfie dan jalan-jalan di beberapa tempat wisata, hanya memenuhi gambar di instagramnya saja.
Makin tidak jelas apa yang menjadi program kerja Kemenparekraf. Kok bisa…, ya bisa, lihat saja program ‘Oke Oce’ saja tidak jalan. Sandiaga Uno tahu apa tentang industri masa depan, dia itu investor bukan pelaku industri.
Saya tidak faham apa yang dilakukan oleh Bapak Jokowi dengan mempercayakan Sandiaga Uno sebagai menteri di Kemenparekraf. Menempatkan orang tidak sesuai pada tempatnya. Menyalahi hukum manajemen the right man on the right place.
Jangan bermimpi kalau industri kreatif kita seperti Korea Selatan, kalau mainnya setengah-setengah, yang ada kita tetap menjadi konsumen dan bukan produsen.
Banyak produk luar negeri yang membanjiri pasar-pasar dalam negeri. Facebook, Instagram, Whatsapp, Twitter, shopee, Mc Donald’s dan masih banyak lagi produk luar negeri yang digandrungi masyarakat Indonesia.
Kapan produk kita digandrungi masyarakat Indonesia, seperti ayam geprek, Soto dari berbagai daerah, bakso, nasi goreng, rendang, mie goreng dan lain-lain.
Kapan ya ada kerumunan ojek on line mengantrikan makanan-makanan khas Indonesia. Entah kapan…, saya juga belum tahu.