Penulis: Nurul Azizah
Rasanya sakit campur sedih hati ini, apabila ada orang yang menghina kaum perempuan dengan seenaknya sendiri. Saya pun tak tega menulis kisah perseteruan keluarga Aa Gym dan Teh Ninih. Dengan berat hati, saya pun mulai menulis, hampir tumpah air mata ini, kalau ada orang yang menghujat perempuan di media sosial.
Tapi jari-jari ini terus menulis, sebagai ungkapan kekesalan atas prilaku Aa Gym terhadap mantan istri pertamanya itu.
Penghormatan apa yang diberikan oleh Aa Gym terhadap wanita yang telah 19 tahun menjadi istrinya. Sembilan belas tahun bukan waktu yang sebentar, tentunya banyak suka dan duka yang dirajut bersama dalam membangun mahligai biduk rumah tangga.
Kalaupun pada akhirnya mereka bercerai, janganlah aib mantan istri dibeberkan di media massa. Ingat istri boleh mantan, tapi ada 7 anak dalam perkawinan mereka. Tidak ada mantan anak, kalau pun ada mantan istri.
Mengandung 7 anak tidaklah mudah bagi seorang ibu. Sangat berat sekali perjuangan ibu saat mengandung, melahirkan dan membesarkan 7 buah hati.
Kalau saya beberkan betapa repotnya saat mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anak pasti panjang banget. Yang jelas karena pengorbanan ibu inilah, Allah menghadiahkan surga ada di telapak kaki ibu.
Tanpa saya sadari, air mata ini menetes teringat perjuangan ibu saya dalam mengandung, melahirkan, membesarkan dan merawat anak-anak dari orok sampai cukup dewasa. Saya pun merasakan betapa berat penderitaan seorang ibu yang sedang mengandung 9 bulan 10 hari, kemudian perjuangan untuk mengejan saat melahirkan. Nyawapun siap dikorbankan demi si buah hati lahir di dunia. Maaf saya terlalu cengeng untuk bisa melanjutkan tulisan ini, kalau mengingat perjuangan seorang ibu dalam mengasuh dan membesarkan putra putrinya.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan putra putri Aa Gym dari pernikahannya dengan Teh Ninih, kalau ibunya dihujat dihina di medsos. Apalagi ibunya dikatain ‘turun mesin’.
Baru-baru ini, Muhammad Ghaza putra Aa Gym membongkar perlakuan buruk sang ayah pada Ninih Muthmainnah alias Teh Ninih pasca keduanya berpisah.
Saya tidak begitu kaget dengan prilaku Aa Gym yang menyimpang sebagai seorang penceramah.
Saya sudah lama mencabut untuk tidak mengikuti kajian-kajian dari Aa Gym karena saya menyadari, bahwa Aa Gym sudah jauh menyimpang dari apa yang dia dakwahkan.
Memang awal tahun 2.000-an saya sangat-sangat mengidolakan Aa Gym. Penceramah yang lembut, pintar mengutip ayat-ayat dari Alquran, dan menyampaikan hadis-hadis dalam setiap ceramahnya. Apalagi dia memiliki pondok pesantren yang banyak sekali santrinya. Wow di era 2.000 ponpes Darut Tauhid Aa Gym di Bandung begitu terkenal.
Kemudian tahun 2002 Aa Gym mengeluarkan dakwah lewat media telpon gengam lewat pesan. Yaitu dakwah yang dikemas dalam “Manajemen Qolbu” saya pun mengikuti setiap harinya.
Pertengahan tahun 2002 hingga pertengahan 2003 saya ikuti manajemen qolbu lewat pesan di HP. Setiap pagi jam 06.00 lebih dikit saya pasti dapat SMS dan pulsa saya berkurang Rp 500. Setiap ada SMS saya tulis di buku khusus, sampai sekarang tulisan saya tentang manajemen qolbu masih tersimpan rapi. SMS dari tim manajemen qolbu Aa Gym selama setahun, pas satu buku agenda penuh.
Biarlah catatan manajemen qolbu sebagai kenangan. Awalnya sering saya buka dan saya amalkan. Tapi setelah saya mencabut dukungan terhadap Aa Gym, catatan itu tinggal kenangan.
Saya akui Aa Gym pandai mengutip ayat-ayat Al Quran dan Al Hadis, apalagi dia punya pondok pesantren, maka tenarlah dia sebagai penceramah agama Islam seantero negeri ini.
Tetapi ketenaran Aa Gym sebagai penceramah tidak diimbangi dengan perilakunya yang buruk. Suka kawin cerai, istrinya yang pertama dicerai, nikah lagi, kemudian istri pertama dinikahi lagi, dicerai lagi. Ya Allah…, begitu mudahnya Aa Gym mempermainkan perasaan perempuan.
Perilaku yang lain Aa Gym suka mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah tanpa jelas alasannya. Apalagi dia dekat dengan petinggi PKS dan dekat dengan penceramah-penceramah HTI. Inilah alasan saya mencabut dukungan ke Aa Gym. Karena saya santri dan kader NU, tentunya hanya manut dan derekke dawuhe kiai dan ulama-ulama NU.
Sebagai generasi muda NU dan cinta NKRI, hindari penceramah yang bernaung dalam kelompok wahabi, salafi, takfiri, PKS, FPI, HTI, ISIS cs.
Mereka membungkus niat jahat dengan menjual ayat dan mayat untuk tujuan pribadi dan kelompoknya. Seperti yang dikatakan Ibnu Rusyd, seorang cendikiawan muslim asal Andalusia, “Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah sesuatu yang bathil dengan agama.”
Bathil di sini ya segala kerusakan baik perbuatan sehari-hari maupun jeleknya kata-kata.
Apa yang dikatakan oleh Aa Gym terhadap Teh Ninih adalah prilaku kebathilan Aa Gym sebagai seorang penceramah agama.
Dia mengibaratkan istri yang sudah melahirkan tujuh orang anaknya sebagai mobil yang sudah usang dan afkiran, serta sulit diperbaiki lagi karena susah cari spare part-nya, susah cari suku cadangnya.
Aa Gym mendadak sudah bukan lagi ustad atau penceramah agama yang banyak dikenal masyarakat luas. Tetapi lebih mirip montir kendaraan dalam tanda kutip.
Kalau montir dalam arti yang sebenarnya adalah pekerjaan yang pandai dalam memperbaiki mobil atau kendaraan ketika mengalami kerusakan. Atau pandai melakukan pengecekan sebelum terjadi kerusakan.
Tapi Aa Gym tidaklah seorang pekerja montir. Tapi kok bisa bilang mantan istrinya Teh Ninih sudah ‘turun mesin 7 kali.” Hal inilah yang dikomentari banyak netizen 62 di berbagai media sosial. Berarti Aa Gym itu tukang kawin, yang dengan mudahnya gonta-ganti pasangan. Istri yang sudah turun mesin layak dicerai. Itulah kelakuan Aa Gym yang tidak patut diikuti dan diamini. Tapi perlu ditinggal dan dijauhi.