Penulis: Erri Subakti
Apa sih yang memotivasi para alumni sekolah ursulin (Santa Ursula, Santa Theresia, dan Santa Maria) dalam 3 bulan ini (Maret hingga Juni 2021) menggelar Sentra Vaksinasi Serviam (SVS) yang bertempat di Sekolah Santa Ursula, Jl. Lapangan Banteng Utara No. 10, Jakarta Pusat.
Tentu saya bertanya-tanya, kok ya mau-mauan para ratusan alumni 3 sekolah berkumpul merelakan waktu, tenaga, pikiran, hingga finansial yang tak sedikit untuk membantu program pemerintah dalam memvaksinasi warga masyarakat sehingga “no one left behind.”
Serviam. Itu jawaban para relawan alumni sekolah ursulin.
Serviam adalah bahasa Latin yang artinya “Saya akan melayani.” Kata ini yang pernah diserukan oleh St. Michael the Archangel bagi umat Katolik.
Serviam selalu ditanamkan kepada siswi-siswi sekolah ursulin sejak dini.
“Kita dulu kalau ke sekolah lupa mengenakan pin Serviam, wah gak boleh masuk sekolah,” ujar Danthe, salah seorang alumni sekolah ursulin.
Begitu disiplinnya para suster pendidik di sekolah-sekolah tersebut menanamkan dasar serviam ke dalam diri anak-anak muridnya hingga melekat menjadi bagian dari diri mereka.
Saya terkesan dengan “jurus sakti” tersebut, jika berkaca pada pendidikan yang saya tempuh di public school (sekolah negeri) yang sepertinya tidak ada tuh ditanamkan sebegitu dalamnya soal “pelayanan dan pengabdian” pada masyarakat.
“Belajar yang rajin biar pintar.” Hanya itu yang kerap sering terdengar di telinga murid-murid sekolah biasa.
Namun di sekolah-sekolah ursulin, bukan sekadar jadi pintar saja tujuan dari menempuh pendidikan, tapi juga ilmu yang didapatkan harus bisa bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakatnya. Sungguh “rahmatan lil alamin.”
Dalam pin berlambang Serviam yang harus selalu dikenakan para murid sekolah ursulin juga memiliki filosofi yang dalam.
Warna dasar hijau berarti menyatakan pengharapan, cita-cita luhur yang harus terus diperjuangkan dengan penuh pengharapan, tak kenal putus asa.
Gugus Bintang Ursa Minor melambangkan harapan dari Santa Ursula, pelindung Ordo Ursulin dan sekolah Ursulin. “Gantungkan cita-citamu yang luhur setinggi bintang di langit dan Tuhan akan menuntunmu.”
Salib melambangkan pendidikan Ursulin berdasarkan ajaran Kristiani. Lambang pengorbanan, kemenangan dan berkat.
Lingkaran hijau merupakan harapan yang tidak akan pernah putus.
Serviam merupakan semboyan yang berarti “Saya Mengabdi”. Semangat Serviam tidak hanya mementingkan pengajaran, tetapi juga pembentukan kepribadian yang luhur.
Maka saat ditanyakan apa gak capek para ratusan relawan alumni sekolah ursulin ini bekerja selama 3 bulan lebih dari Maret hingga Juni 2021 untuk menggelar Sentra Vaksinasi Serviam, yang kesleuruhan kegiatannya full di-cover oleh para alumni, tanpa bantuan dari pemerintah.
“Kita melakukannya fun aja kok. Karena bareng-bareng dengan alumni 3 sekolah. Ya semangatnya memang Serviam itu,” ujar Fika Rosemary, humas dari SVS.
“Kita bekerja sesuai kapasitas masing-masing, bagia mereka yang bisa waktunya, datang, bagi yang bisa mengerjakan hal lain sesuai kemampuannya dikerjakan, dan bagi yang punya kemampuan finansial berdonasi,” timpal Danthe yang juga berperan sebagai humas SVS. Jadi tidak ada yang terpaksa.
Selain memiliki area yang sangat luas, fasilitas pelaksanaan vaksinasi di SVS ini terbilang cukup komplet. Dengan adanya ruang observasi bagi para penerima vaksin, juga ada ruang seperti IGD.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, saat launching SVS pada Maret lalu menyatakan bahwa inisiatif membuka akses bagi kelompok masyarakat difabel, seperti para tunanetra tukang pijat keliling; untuk mendapatkan vaksin Covid-19 di SVS patut diacungi jempol. Ini satu langkah maju untuk memastikan bahwa di tengah masa pandemi ini.
“Di samping itu, ketiga sekolah Ursulin ini memiliki alumni yang jumlahnya ribuan; termasuk kelompok lanjut usia penerima vaksin. Ini, tentunya, bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pemberian vaksin Covid-19 sehingga pencapaian target Kementerian Kesehatan dalam menyalurkan 181 juta suntikan vaksin Covid-19 dalam setahun segera terwujud, “ ujar Budi.
Kementerian Kesehatan menargetkan SVS dapat memberikan 30.000 (tiga puluh ribu) dosis vaksin kepada masyarakat selama tiga bulan beroperasi.
Ketua Yayasan Satya Bakti yang menaungi Sekolah Santa Ursula Jakarta, Suster Edith Watu, OSU mengatakan kegiatan ini adalah wujud nyata semangat Serviam (“Aku Mengabdi”) yang menjadi motto komunitas pendidikan Ursulin.
“Ini adalah perwujudan pengabdian kita kepada sesama. Jika kita memiliki lokasi dan fasilitas strategis yang bisa mendukung program pemerintah untuk kesehatan masyarakat, mengapa tidak kita lakukan?” kata Suster Edith.
“Semoga SVS bisa membantu menurunkan angka penderita dan kematian, serta mendorong terciptanya kekebalan kelompok atau herd community,” ujar Ketua III Yayasan Nitya Bhakti, pengelola Sekolah Santa Maria Jakarta, Suster Korina Ngoe, OSU
Ketua Umum Panitia SVS, Angela Basiroen, mengatakan kegiatan ini juga adalah bentuk bakti alumni untuk almamater dan bangsa di tengah kondisi pandemi saat ini. “Kami ingin membantu percepatan pemberian vaksinasi bagi masyarakat agar perekonomian Indonesia bisa segera pulih kembali,” kata Angela.
SVS beroperasi pada hari Senin sampai Jumat (kecuali hari libur nasional), mulai pukul 08.00 – 13.00 WIB.
SVS juga bekerja sama dengan pihak Nahdatul Ulama (NU) dan lembaga sosial milik Keuskupan Agung Jakarta yaitu Caritas Indonesia, dan Lembaga Daya Dharma (LDD) untuk mengkoordinir kelompok masyarakat difabel sebagai penerima vaksin.
Baca juga:
Guru-guru Madrasah Istiqlal Divaksinasi di Sentra Vaksinasi Serviam