Penulis: Nurul Azizah
“Pertama, organigsasi keagamaan harus punya komitmen kebangsaan yang kuat, mengedepankan prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi kita, menjunjung tinggi ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta tata kehidupan berbangsa dan bernegara.”
“Kedua, organisasi keagamaan harus menjunjung tinggi sikap toleran kepada sesama, menghormati perbedaan, hingga memberi ruang bagi orang lain untuk berkeyakinan.”
“Ketiga, setiap organisasi keagamaan harus berprinsip antikekerasan, serta menolak tindakan yang menggunakan cara-cara kekerasan baik fisik maupun verbal dalam aktivitasnya.”
“Keempat, organisasi keagamaan harus menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat Indonesia yang sangat bhineka, ramah dan terbuka terhadap keragaman tradisi, hal ini dalam kerangka bhineka tunggal ika kita sebagai bangsa Indonesia.”
Hal ini disampaikan Bapak Jokowi saat membuka secara virtual Munas IX LDII yang disiarkan oleh YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (7/4/2021).
Cobalah kita merenung dan menundukkan kepala sejenak, kita lihat diri kita sendiri, anugerah apa yang kurang dari Allah SWT.
Anugerah apa yang sekiranya tidak diberikan oleh Allah kepada kita.
Kita diberi anugerah yang begitu banyak. Negara yang damai, tanah yang subur, udara yang sejuk, tidak terlalu panas disiang hari, matahari dan hujan yang berimbang, tanaman tumbuh dengan lebat dan lain-lain kenikmatan.
Bangsa Indonesia memiliki ragam budaya, suku bangsa, agama, pakaian adat, bahasa daerah, kebiasaan atau tradisi yang berbeda, makananpun berbeda-beda dan lain-lain. Tetapi perbedaan ini menjadikan kita bersatu, karena Indonesia milik bersama, seluruh bangsa Indonesia.
Maka kalau tiba-tiba tanah air ini menjadi panas, alam menjadi garang, sebagian kecil masyarakat menjadi norak, tidak lagi hormat pada pemimpinnya. Ada apa dengan ini semua. Eh ternyata ada budaya arab-araban masuk ke Indonesia dengan mengatas namakan agama Islam.
Agama yang seharusnya menjadi peneduh malah jadi teror yang menakutkan di masyarakat. Teror yang dibawa oleh orang yang mengaku dirinya pimpinan agama dari kelompok radikal ini menimbulkan psikologi yang menakutkan dan terkesan dengan sengaja dimunculkan di Indonesia yang memiliki agama dan budaya yang beragam.
Tiba-tiba ada sekelompok orang yang membawa bendera khilafah mulai merubah tatanan sosial yang ada di masyarakat, disinilah perlu kita waspadai. Mereka yang menyebar hoax dan tipu daya dengan mengatas namakan agama benar-benar ada dan nyata.
Tokoh-tokoh agama dari kelompok khilafah bani cingkrang seperti srigala culas, takabur, merasa paling suci dan mendapat jaminan surga sudah merasuki pola pikir dan kehidupan masyarakat.
Hukum yang seharusnya menata mereka malah ditata oleh kelompok khilafer bani cingkrang agar sesuai dengan selera mereka.
Kelompok radikal intoleransi membentur-benturkan ajaran sesat menyesatkan dengan ayat-ayat dholalah yang jauh dari ajaran islam yang sebenarnya yang sesuai dengan Al-quran dan al hadist.
Anehnya lagi, kelompok sebelah yaitu kelompok minhum yang sok agamis dan paling suci ini selalu menyalahkan Presiden Jokowi. Kelompok ini dinamakan kelompok “salawi” semua salah Jokowi.
Ada bencana alam, ada gempa, ada banjir, semua salah Jokowi, Presiden harus diruwat, presiden harus diganti karena alam tidak bersahabat dengan manusia.
Padahal alam memiliki karakter tetap dan konsisten. Gunung, laut, lembah, hutan, dan lain-lain adalah ciptaan Allah SWT. Ada kalanya mereka berjegolak, bergerak. Itulah musibah yang datangnya dari alam.
Semoga Bapak Jokowi bersikap tegas dan melawan kelompok radikal intoleransi yang ada di Indonesia.
Menyusul HTI dan FPI, semoga kelompok khilafah anti pancasila dan intoleransi dibubarkan dan dilarang di Indonesia.
Indonesia damai tanpa khilafah intoleransi. Indonesia memiliki budaya adi luhung peninggalan nenek moyang.