Penulis: Dolan DW
Impor beras itu bukan soal ketidakberpihakan.
Bukan soal tidak mengakomodir produk para petani kita.
Impor Beras itu soal antisipatif, kelangkaan dan kontrol harga.
Salah seorang Gubernur sangat percaya diri beras di wilayahnya melimpah, tapi berani menjamin keamanan distribusinya gak? Berani gak menjamin harga yang dibeli pemerintah sama dengan harga yang dijual petani lokal? Kalau tidak mampu, sama aja Gubernur akan menjadi kepanjangan tangan para mafia beras.
Jangan hanya bangga beras melimpah, namun mampu gak mengendalikan harganya?
Penyakit di Negeri kita itu, banyak tengkulak, makelar dan pemasok beras yang sering memainkan harga. Mereka di back up konglomerat untuk menimbun beras, menyembunyikan dari pasaran hingga permintaan pasar sangat tinggi tidak sebanding dengan stok di lapangan. Dampaknya apa? Seketika harga beras melambung dan pemerintah kalang kabut. Saat itulah mafia beras mengeluarkan beras timbunannya dengan harga yang sangat tinggi.
Pemerintah hendak membeli dari petani lokal, adakah Pemerintah Daerah yang mampu menjamin bahwa stok dan harganya semurah harga import? Dan pengadaan tender beras kalau memasok dari dalam negeri itu ribet pelaksanaannya.
Kenapa sih pemerintah harus membeli beras? Kenapa harus import?
Saat para penimbun beras berulah dengan memainkan harga, melambungkan harga di pasaran, pemerintah bisa segera menggelontorkan beras pasokannya dengan harga yang standart, maka ulah busuk para tengkulak itu tak akan berhasil. Saat terjadi kelangkaan beras, beras murah dari pemerintah seolah melancarkan kran kusut pemasaran beras, beras murah menggagalkan modus kejahatan mafia.
Import itu bukan berarti menzolimi petani kecil, bukan karena tidak berpihak pada petani kecil. Namun, karena mafia penimbunan beras lokal kita sudah mendarah daging dan susah diatasi, langkah paling reasonable adalah pemerintah harus memasok beras cadangan, dan import jauh lebih murah.
Harga beras dari petani sangat murah, tapi diborong oleh tengkulak-tengkulak dan merekalah yang menikmati keuntungan besar dari harga beras yang tinggi. Masalah ini susah diatasi hingga sekarang. Seolah-olah ada dinasti yang besar menguasai pasar beras ini di lapangan.
Apakah import beras itu baik? Tentu tidak! Tapi itu jalan teraman sepanjang mafia penimbunan beras ini belum dapat diberantas. Bulog harus menyedialan beras yang cukup dengan harga yang wajar, untuk digelontorkan setiap saat ketika mafia beras melambungkan harga.
Kalau sampai terjadi, harga beras di pasar melambung tinggi karena ulah mafia, lalu pemerintah tidak memiliki stok yang cukup untuk digelontorkan ke pasar? Siap-siap terjadi kolaps pangan dan pasti dampaknya sangat sistemik.
Teori keseimbangan pasar ini pasti mudah dipahami oleh anak Ekonomi, tapi susah dimengerti oleh awam. Semoga gambaran penjelasan ini mudah untuk dicerna. Anak Ekonomi pun bisa saja mudah memahami keseimbangan pasar, tapi belum tentu paham modus kejahatan dalam permainan pasar, dan tentu membutuhkan keahlian hukum praktis lapangan.
Anda membenci import beras? Saya pun juga!
Tapi apa import beras itu kebijakan yang buruk?
Saat ini sepanjang mafia beras itu belum diberantas, import beras tetaplah penyelamat kebutuhan pangan Nasional.