SintesaNews.com – Kehadiran digital market place dalam dekade ini betul-betul semakin sengit. Dari akun @Strategy_Bisnis berikut ini ulasan persaiangan sengit antara Tokopedia (publik buasa menyebut tokped) Lazada, BukaLapak (publik biasa menyebut BL), dan Shopee.
Tokopedia hadir tahun 2009, Bukalapak 2010, Lazada 2012, dan si bungsu Shopee lahir tahun 2015 (paling akhir).
Jumlah pengunjung keempat aplikasi digital market place tersebut menurut @Strategy_Bisnis adalah:
Trafik bulanan terkini Shopee adalah 96 juta kali dikunjungi (visits) oleh para penggunanya
Sementara Tokped dikunjungi 85 juta kali diklik oleh para pengguna dalam 1 bulan.
Lalu BL dalam 1 bulan dikunjungi 35 juta kali.
Terakhir Lazada diklik 22 juta kali oleh para pengguna internet.
“Data ini mestinya bikin founder Tokped gak bisa tidur. Founders BL malah pada lari entah kemana,” cuit @Strategy_Bisnis.
Asli tren pertumbuhan Shopee ini nggilani. Tokped harus benar-benar agresif lakukan serangan balik. Harus ditahan dan dihadang laju growth (pertumbuhan, red.) Shopee. Ini soal momentum. Kalau momentum Shopee gak dihadang, bahaya maut bagi masa depan Tokped.
Shopee adalah late player. Masuk ke arena e-commerce paling telat. Tapi pertumbuhan mereka amat fenomenal dan sekarang jadi nomor 1. Kayak lakon dalam film-film, dong. Datang paling belakangan, lalu malah jadi winner.
Kalau momentum pertumbuhan Shopee gak dihadang, dalam 4 atau 5 tahun mendatang, trafik mereka bisa 3 sampai 5 kali lipat trafik Tokped. Ingat prinsip: winner takes all. Seperti Amazon dan Alibaba. Analis bilang the next amazon di Asia adalah Shopee.
Yang terseok-seok adalah BL. Tahun lalu trafik mereka agak menurun. Tahun ini mungkin akan turun lagi. Makin tak berdaya. Mungkin BL lebih baik fokus ke item-item tertentu saja seperti jualan sepeda dan batu akik.
Rencana merger Tokopedia dan Gojek ini segera akan direalisasikan. Kombinasi Tokped-gojek-gopay mungkin cukup powerful. Tapi tantangan Tokped yang lebih serius sesungguhnya adalah bagaimana agar tak makin jauh disalip Shopee. Data terakhir, trafik bulanan Shopee sidah 10 juta di atas Tokped.
Tokopedia kelihatan makin kewalahan dengan Shopee. Official stores di Shopee hampir selalu lebih laris daripada yang ada di Tokopedia. Pelapak yang sukses di Shopee juga lebih banyak kalau lihat data akun-akun mereka, dibanding di Tokped.
Jangan sampai nasib Tokped kayak Bukalapak. Makin jauh tertinggal dari Shopee. Trafik bulanan Shopee rata-rata 95 juta vistors (pengunjung). Tokped 86 juta, Bukalapak hanya 35 juta. Lazada dan BliBli dibawah 20 jutaan. Ke depan, trafik Shopee mungkin bisa dua kali lipat Tokped.
Rencana merger dengan Gojek ini malah bisa bikin Tokped kehilangan fokus. Butuh energi extra buat proses penggabungan. Akhirnya fokus jadi ambyar. Dan itu bahaya. Fokus terpecah-pecah dan akhirnya Tokped makin jauh ketinggalan dari Shopee yang sedang mengalami growth momentum.
Dalam dunia e-commerce dikenal istilah Winner Takes All. Yang nomor 1 biasanya akan makin kuat posisinya dan makin sulit dikejar. Contoh: amazon dan alibaba. Makin dominan dan powerful. Shopee bisa jadi amazonnya Indonesia kalau Tokped gak fokus.
Merger Gojek dan Tokped ini murni keinginan Masayoshi Son (Softbank) yang sudah inject modal besar di dua unicorn tersebut. Namun apa manfaat merger? Keduanya kurang kompatibel karena bisnis beda agak jauh. Sinerginya kurang optimal.
Tokped harus hati-hati dengan growth Shopee yang fenomenal. Dari posisi late player, sekarang Shopee malah jadi nomor 1 dari aspek trafik. Tokopedia ada sejak 2009. Shopee baru hadir tahun 2015. Ketinggalan 6 tahun. Tapi sekarang malah menyalip. Bahkan BL disikat habis.
Baru 5 tahun tapi kini sudah punya trafik bulanan di atas 90 juta visitors. Mengalahkan Tokped yang ada sejak 2009 dan Bukalapak yang hadir sejak 2010. Trafik bulanan BL hanya 35 juta. Dulu BL jauh di atas Shopee. Sekarang jauhhhh. Tokped harus juga waspada.