Luar Biasa, Gereja Surabaya Ini Sediakan Tempat untuk Salat

Penulis: Langit Quinn

SintesaNews.com – Merayakan keberagaman dalam kehidupan, menghormati perbedaan segala warna dengan membangun ruang salat di gereja, inilah yang dilakukan sebuah gereja di Surabaya.

Sebuah terobosan untuk menjaga jalinan kerukunan dan solidaritas antar manusia yang patut ditiru oleh umat beragama lainnya.

-Iklan-

“Ada tempat salat di belakang, monggo kalau mau salat, kami sediakan untuk petugas yang berjaga, silakan,” kata Romo Yuvensius, Selasa (24/12).

Adalah Gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Katedral, yang berada di Jalan Polisi Istimewa No.15, Keputran, Tegalsari, Surabaya. Sebuah gereja yang tidak umum, karena menyediakan tempat salat untuk umat muslim.

Di salah satu ruangan di gereja itu, sajadah panjang membentang dengan mukena-mukena terlipat rapi di sisi ruangan. Tak ketinggalan pula di sana juga disediakan tempat untuk berwudhu.

Saat adzan maghrib tiba, kebersamaan antar umat beragama semakin kental terasa, petugas yang beragama Islam satu persatu mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya.

Dalam ruangannya, polisi, TNI, hingga Satpol PP, berjejer, tertunduk pada satu titik. Mereka bersujud, memunajatkan doa-doa kepada Sang Pencipta.

Di sisi lain, umat Katolik tengah mempersiapkan misa natal. Damai. Luar biasa.

Inilah keindahan teragung dalam kemanusiaan, yang tak mungkin dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jika sudah begini, maka kedalaman hatilah yang berbicara, sehingga terkadang tak terasa mata air mengalir dari sudut-sudut pelupuk mata. Haru akan keindahan dan kedamaian.

Tempat salat yang disediakan pihak gereja tentu disambut baik oleh berbagai pihak, termasuk Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang sempat mengunjungi Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Dia datang dengan didampingi rombongan Forkopimda, Kapolda Jatim, Pangdam V Brawijaya, Ketua MUI Jatim, dan lainnya.

“Bersama-sama kita bersapa, artinya persaudaraan kita yang dibangun ini untuk bisa menjadi pondasi. Yaitu bagaimana kebangsaan kita rajut,” kata Khofifah.

“Nah, pada posisi ketika kami hadir dengan hati yang sangat luar biasa gembiranya, karena kami diberikan tempat salat Maghrib di sini,” lanjutnya.

“Saya melihat bahwa, interaksi yang kami lakukan bisa terespon sangat baik. Kami dapat respon luar biasa. Itu artinya ini basis bagi kita semua membangun persaudaraan kebangsaan yang lebih subtansif. Oleh karena itu komunikasi, interaksi nantinya muncul understanding, trust, dan respect. Ini menjadi bagian penting menjalin persaudaraan substansif,” jelasnya.

Kepala Gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Katedral, Romo Yuvensius Fusi Nusantoro mengatakan, pihaknya memang sengaja memfungsikan salah satu ruangannya yang berukuran 4×6 meter itu sebagai tempat salat.

Romo Yuvensius juga berpendapat, hadirnya ruang salat ini berkaitan dengan tema Misa Natal di gerejanya, yakni ‘hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang’. Melalui tema itu pihaknya ingin membangun solidaritas antar umat beragama.

“Tema ini muncul dari semua peristiwa di Indonesia. Ini bukan hanya terjadi 2019 tapi setelah dikumpulkan bersama diperas kata kuncinya, kita butuh membangun solidaritas sebagai sahabat bersama untuk Indonesia ke depan,” katanya.

Bhinneka Tunggal Ika, bukankah begitulah sebaiknya kita semua hidup dalam berbangsa dan bernegara? Ketimbang memperdebatkan ucapan natal yang tidak bosan-bosannya selalu menjadi dagangan setiap tahun.

Merajut tali persaudaran dengan penuh warna, menyulamnya, dan menjadikannya semakin indah dan kuat, menjaganya dengan hati-hati, begitulah semestinya yang kita lakukan. Bukannya mencari celah untuk merusaknya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here