Saya Muslim dan Merayakan Natal

SintesaNews.com – Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, begitulah ungkapan yang sering kita dengar di Indonesia yang memiliki beragam agama, adat dan budaya. Karena sesungguhnya perbedaan itu sangatlah indah jika kita mampu menghargainya, mereka yang berwarna justru lebih unik. Itu pula yang terjadi dalam keluarga saya

Saya terlahir dari keluarga Katolik, dan sejak kecil saya menganut agama Katolik. Ibu dan Bapak serta adik-adik hingga saat ini masih menganut agama Katolik.

Masuk SMA kelas 1, saya masuk sekolah negeri, beragam teman mulai saya kenal, dari berbagai agama yang berbeda-beda. Hingga saya mengenal Islam dalam hidup saya, dan saya mulai merasa kenyamanan di sana.

-Iklan-

Keluarga tak mempermasalahkan ketika saya mengungkapkan untuk belajar Islam, karena menurut Ibu-Bapak saya, “sesungguhnya semua agama mengajarkan kebaikan, jadilah garam dan terang untuk apa yang telah kamu yakini, dan ikuti saja kata hati nurani di mana kamu merasa nyaman bersama Tuhan. Sebab sesungguhnya Tuhan-ku dan Tuhan-mu (kelak), adalah Tuhan yang sama. Kita menyembah dan memuliakan Sang Pencipta melalui cara dan keyakinan kita masing-masing”.

Itu pesan dari Bapak ketika saya memutuskan dan telah yakin untuk berpindah keyakinan. Bahkan nama saya saat ini masih menggunakan nama lahir yang orang tua saya berikan, Maria.

Saya mengenal Islam dari seorang teman yang mengaji pada seorang Kyai, yang pada akhirnya sang Kyai juga dekat dengan Bapak saya, sang Kyaipun tidak pernah memaksa saya untuk memerintahkan supaya Ibu-Bapak saya berpindah keyakinan, di sinilah saya mengenal Islam sebagai agama damai dan mengajarkan kebaikan. Tidak usil dengan keyakinan keluarga saya. Bahkan untuk mengenal Islam sendiri, bukan teman saya yang mengajak, saya sendirilah yang meminta untuk diajak, karena saya tertarik dengan perilakunya, ia mencerminkan sebagai sosok yang ramah, mau bergaul dengan saya yang Katolik, yang membuat saya terkesan sebenarnya ketika ia mengajak saya mengumpulkan sumbangan untuk keluarga non Muslim yang sedang tertimpa bencana. Dari sinilah saya melihat, wow, ini tidak berbeda dengan agama yang sebelumnya saya anut, inilah cerminan agama-agama di dunia semestinya.

Justru saya melihat Islam berbeda beberapa tahun terakhir, ketika seorang teman tau bahwa keluarga saya masih Katolik, dia berkata bahwa sebaiknya saya mengajak keluarga saya berpindah keyakinan, supaya kita sama-sama masuk Surga, katanya. Tau kan, orang macam apa yang selalu memaksa kita mengikuti keyakinanya?
Jika saya mengenal teman seperti ini pada masa itu, mungkin sayapun tidak akan tertarik mengenal Islam. Sorry, saya orang yang tidak suka dipaksa, saya adalah orang yang mengikuti hati nurani ketika merasa nyaman dan melihat sisi malaikat dari seorang manusia.

Kembali ke keluarga saya, karena mereka masih menganut Katolik, otomatis setiap tahun keluarga saya merayakan natal tentu saja. Kami memasang pohon natal, makan natal bersama, mereka pergi misa, sementara saya, cukup ikut merayakannya dengan ikut makan-makan dan bertukar kado seperti natal tahun ini.

Demikian pula ketika lebaran tiba, Ibu saya akan menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut perayaan lebaran untuk saya, ketupat, opor, kue, bahkan kami melakukan open house untuk teman-teman muslim saya, lucunya teman lain yang non muslim juga ikut serta merayakan. Inilah uniknya.

Saya telah 11 tahun menikmati perbedaan ini, keluarga kami telah terbiasa dengan perbedaan yang sangat indah ini. Perbedaan dalam keluarga, tidak menjadi batas untuk menjalin persaudaraan.

Hidup ini untuk dinikmati dan dirayakan bukan? Untuk itulah, saya lebih baik menjauhi orang-orang yang usil dan seolah ingin turut campur mengurusi perbedaan dalam keluarga kami.

Jika damai lebih indah, untuk apa ada pertikaian?

Tentang surga dan neraka, siapa yang dapat menjamin kita dapat masuk ke sana hanya karena beragama A atau B?
Bukankah Tuhan hanya melihat kita melalui amal kebaikan yang kita lakukan?
Siapa yang tau orang yang tak memiliki agama justru lebih dahulu masuk ke sana karena amal kebaikan yang ia tanam semasa hidup?

Wallahu A’lam.

Selamat Natal dan Tahun Baru untuk seluruh pembaca yang merayakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here