SintesaNews.com – Pengamat ekonomi dan perbankan Viraguna Bagoes Oka dalam sebuah artikelnya yang ditulis di suratkabar lokal Bali, mengungkapkan bahwa Bali merupakan daerah yang paling terpuruk menerima dampak pandemi dan krisis ekonomi di tahun 2020 ini. Di perlukan waktu 1 hingga 2 tahun ke depan untuk memulihkan ekonominya.
Pertumbuhan ekonomi Bali selama ini ditopang oleh 70% dari sektor pariwisata. Dengan adanya pandemi covid-19, praktis sektor ini menjadi yang paling terpukul kinerjanya.
Diketahui bahwa kinerja perekonomian Bali dalam 3 kuartal di tahun 2020 terus mengalami kontraksi (negatif), hal ini tercermin dari minusnya pertumbuhan ekonomi Bali hingga -9%, dan belum menunjukkan tren ke arah perbaikan yang nyata.
Viraguna menulis, “Bali hanya bertumpu pada sektor pariwisata (tanpa ditunjang oleh Sumber Daya Alam yang prospektif) dan SDM yang cenderung tidak adaptif dan disiplin terhadap ancaman pandemi serta krisis ekonomi yang berkepanjangan penuh ketidakpastian ini.”
Sementara itu dalam rencana APBN pemerintah tahun 2021, sektor pariwisata hanya mendapat porsi sebesar 7,5% dari APBN 2021 atau Rp 15,7 triliun.
“Maka dapat dipastikan bahwa ekonomi Bali ke depan, tidak akan banyak tertolong dan berpotensi tetap terpuruk dan terancam kacau,” tulis Viraguna.
Karena itu Viraguna mengusulkan, “Harus segera diupayakan langkah-langkah strategis dan nyata untuk menyelamatkan dunia usaha (kecil dan menengah) dan lembaga keuangan/perbankan nasional agar segera diberikan dana talangan minimal Rp 2.000 triliun dari pemerintah (lender of the last resort).”
Hal ini sebagai antisipasi agar perekonomian nasional/lokal tidak terpuruk lebih dalam terutama untuk industri dan sektor pariwisata nasional/Bali yang paling rentan akibat pandemi dan depresi ekonomi yang menimpa dunia saat ini.