Penulis: Erri Subakti
Sebelum pandemi, sebenarnya penjualan Harley Davidson (HD) sudah merosot. Penjualan HD tahun lalu (2019) secara global menurun sebanyak delapan persen.
Merosotnya penjualan tersebut terjadi karena menurunnya permintaan. Mereka pun merevisi target penjualannya dan cuma menargetkan penjualan sebanyak 5000 unit lebih sedikit.
Generasi sekarang, atau pun yang berduit di jaman ini, sudah tidak lagi melirik HD sebagai barang yang keren.
Jaman berubah. Generasi 80-90an memang melihat motor gede ini sebagai sesuatu yang cool, keren, macho, dan gagah. Makanya pemilik HD saat ini adalah mereka yang masa remajanya di era 80-90an. Karena cita-citanya dulu saat masih muda kepingen bergaya dengan motor Harley Davidson. Lalu setelah sudah mapan, baru bisa kebeli.
Sementara bagi anak-anak millenial, tidak melihat lagi motor HD sebagai motor yang keren. Anak-anak millenial berbeda cara pandangnya. Gak kepengen memiliki dan bergaya dengan HD.
Anak-anak millenial adalah generasi fungsional. Yang menggunakan/memiliki barang sesuai kebutuhan mereka saja. Buy what you needs, not what you want.
Bagi anak-anak millenial, alat transportasi cukup lewat ‘hape’ saja. Ojek online jadi andalan.
Selain itu kebutuhan anak-anak millenial cukup sederhana, yaitu eksis di medsos. Mau tampil keren, mau tampil lucu, mau tampil jaim, mau tampil cool, mau tampil konyol, mau kelihatan “my life my adventure”, ini yang penting. Gak penting lagi untuk beli barang segede Harley Davidson.