Penulis: Lutfi Bakhtiyar
PKS-Demokrat, duo oposan (Insya Allah) yang coba menarik simpati massa dengan dengan strategy asal beda, pokoknya semua salah Jokowi. Walaupun pemerintah benar, bikin hoax dulu toh klarifikasi bisa belakangan.
Kongsi PKS-Demokrat memang dilandasi perasaan senasib, tidak dianggap oleh the ruling party, meski di tingkat dirjen kader mereka ada juga. Plus di pilkada mereka juga berkongsi dengan the ruling party bahkan PDIP yang suka diejek-ejek sebagai partai PKI.
PKS memiliki basis massa yang solid dengan suksesnya membajak kaum tarbiyah (kelompok-kelompok pengajian, rohis berbasis di SMA hingga kantor-kantor pemerintah) dari yang tadinya fokus ke pendidikan umat Islam diselewengkan menjadi ngurusi politik. Prakteknya tidak berbeda dengan almarhum Partai Komunis yang rajin menggalang masa apapun agama dan golongan dengan agitasi-agitasi yang susah dilacak kebenarannya.
Sedang Demokrat memiliki duit yang banyak, tajir melitir siap membayar agar pasukannya maju tak gentar. Tadinya ingin membangun basis di kalangan militer-nasionalis-pengajian para habib. Ternyata saat pemilu DKI mereka membelot mendukung Anies-PKS dibanding AHY. Praktis sebenarnya mereka tidak sayang demokrat hanya cinta duitnya.
Apakah gerakan demo buruh yang anarkhis ini akan sukses mendongkrak suara PKS-Demokrat? Tergantung dari pergerakan the Ruling Party.
Ingat, pernyataan duo oposan di media massa merupakan salah satu strategy kampanye ben seolah mereka memperjuangkan hak buruh juga masa depan anak-anak STM. Mereka akan ingat nama-nama partai.
Di lain pihak, the Ruling Party bersikap pasif, seolah merasa tugasnya selesai, sedang masyarakat akan menyangka parpol-parpol ini pasif hanya memikirkan kepentingan pemerintah.
Saya yakin andai para parpol lebih aktif memberikan sosialisasi ke masyarakat tentang omnibus law, sudah pasti sengsara buat duo oposan yang menjadi biang kerusuhan di zaman corona: Sudah kehilangan waktu-biaya, hasilnya malah zhong!
__________________
Penulis adalah mantan dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, tinggal di Jepang sebagai profesional dan penulis lepas.