Kontroversi Omnibus Law UU Cipta Kerja, Produk Politik di Tengah Sekaratnya Ekonomi Global

Penulis: Islah Bahrawi

Aturan ketenaga-kerjaan dan dunia usaha selalu menuai kontroversi. Tidak peduli di negara manapun; India, Polandia, Brazil, juga Indonesia. Persoalan buruh selalu menjadi magnet politik karena melibatkan jutaan jumlah manusia. Omnibus Law Ciptaker menjadi produk politik yang tidak populer bagi pemerintah, tapi menjadi celah yang gurih bagi oportunistik oposisi. Revolusi dan kebangkitan politik marginal di Eropa, banyak terpicu dari isu sejenis ini.

Terlepas dari kontroversinya, jika kita baca secara detil, Omnibus Law Ciptaker adalah upaya pemerintah untuk memangkas terlalu banyaknya aturan dalam investasi, ketenagakerjaan dan dunia usaha. Siapapun yang menolak dan juga yang menyetujui, harus membaca UU ini. Agar kita terbiasa menolak atau setuju atas sesuatu dengan cara yang jauh lebih elegan. Sangat ironis, banyak orang yang lebih percaya “meme” dan hoaks di media sosial daripada membacanya.

-Iklan-

Tarik menarik lalu terjadi dalam anomali; buruh mengukur dari penghasilannya, pemilik modal menakar ongkos produksinya, dan pemerintah harus menjaga ekuilibrium ekonomi – tentu saja posisi ini memang rumit. Aturan apapun yang dikeluarkan oleh pemerintah, sejatinya tidak akan sanggup memuaskan semua pihak – Omnibus Law tidak terkecuali.

Dengan ekonomi global yang amburadul dan sampar yang merajalela, kita tak boleh terlambat menyadari untuk belajar hidup dengan virus hingga waktu yang tak bisa disangka. Sementara di satu sisi, jutaan mata pencaharian lenyap, banyak perusahaan bangkrut dan investor besar yang mengalihkan modalnya ke bentuk lain yang lebih aman dan tidak padat karya.

Tapi, dari rakyat Vietnam kita bisa belajar.

Di tengah pandemi, negara itu bisa menjaga pertumbuhan ekonomi meski hanya 0,36% dan menekan angka pengangguran kurang dari 3%. Apa rahasianya? Investasi yang tetap mengalir! Para buruh di sana masih mau memikirkan lapangan kerja bagi saudara sebangsanya yang masih menganggur – mereka berusaha patuh kepada negara demi stabilitas ekonomi di saat pandemi. Mereka tidak mau terhasut oleh gimik politik “non-state actors” kelas gurem yang ingin populer cepat.

Ingat, ini bukan lagi soal politik, ini soal ekonomi global yang sedang sekarat.

 

___________

Tulisan ini diposting di akun IG @islah_bahrawi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here