SintesaNews.com – Mengapa Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) sangat diandalkan oleh Jokowi? Jawabannya adalah karena ia banyak bisanya dan all out.
Dimulai dari prestasinya saat menempuh pendidikan di AKABRI (Akmil) yang diraihnya hingga menjadi lulusan terbaik dari seluruh angkatannya. Adhi Makayasa diterimanya dari Presiden RI tahun 1970. Tokoh-tokoh yang pernah meraih Adhi Makayasa antara lain Edi Sudrajat, Susilo Bambang Yudhoyono, Moeldoko, dan Tito Karnavian.
Kemudian saat di baret merah Kopassus ia menginisiasi terbentuknya Satuan Gultor 81 Kopassus. Ini adalah special force atau pasukan khusus dari Kopassus. LBP menjadi Komandan pertama dalam Pasukan Khusus dari Komando Pasukan Khusus. Ia saat itu menjadi “best of the best of the best”. Wakilnya saat itu adalah Prabowo Subianto.
Mengkomandoi pasukannya di Timor Timur/Timor Leste ia sangat memperhitungkan meraih kemenangan dalam tiap pertempuran. Perhitungan berapa kekuatan pasukannya, berapa amunisi persenjataannya, berapa kekuatan lawan, strategi serangan apa yang akan diterapkan, dan berhitung dampaknya.
Ketika iklim politik mempengaruhi ABRI saat itu dalam jenjang karir, membuatnya tersingkir dari memegang tampuk komandan pasukan yang lebih strategis, yang memiliki wewenang mengendalikan pasukan. Hingga ia hanya ditempatkan untuk memimpin gudang persenjataan, Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) Angkatan Darat, dan dilanjutkan memimpin Kodiklat AD.
Tersingkir dari jenjang karir yag lebih strategis justru memberikan hikmah tersendiri baginya. Tangannya tak perlu berlumuran darah dengan misi-misi Orde Baru yang bukan rahasia lagi kerap membuat mereka yang menentang rezim bisa “hilang” tanpa bekas. Meski ia memiliki kemampuan dalam eksekusi-eksekusi rahasia.
Iklim perubahan politik memberi angin segar bagi perjalanan karir LBP. Kedekatannya dengan Gus Dur, yang telah terbangun saat ia menjadi Komandan Korem 081 di Madiun, membuatnya dipercaya oleh Gus Dur menjadi salah satu menterinya, ia menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan, setelah sebelumnya ia menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Singapura.
Saat menjadi Dubes RI di Singapura, ia juga memfasilitasi Gus Dur ketika putera dari Wahid Hasyim itu meyakinkan WNI keturunan di Singapura untuk kembali ke Indonesia karena situasi politik sudah lebih membaik. Saat itu usai Pemilu 1999, PDIP memenangkan pesta demokrasi, dan Megawati sebenarnya bisa melenggang menuju RI 1.
Gus Dur saat di Singapura mengatakan pada LBP, kira-kira begini, “Kamu mau saya jadikan menteri, pangkat militermu akan saya naikkan, sebentar lagi saya jadi presiden.”
LBP sontak kaget dengan perkataan Gus Dur yang yakin dia akan menjadi orang nomor 1 di Indonesia.
Saat menjadi Danrem di Madiun, memang sempat membuat khawatir para penduduk di wilayah santri NU. Gus Dur dilaporkan oleh anak buahnya, “Gus, ini ada Danrem baru di Madiun beragama Kristen, bagaimana ini?” Gus Dur menjawab dengan enteng bahwa LBP orang baik. Dan benar saja saat menjabat sebagai Danrem, LBP sering berinteraksi dengan masyarakat di sana dan menjadi akrab, menjadi bagian dari masyarakat di wilayah santri.
Kesetiaannya pada Gus Dur, membuatnya lebih memilih untuk tidak menjabat menteri kembali, ketika Megawati yang menggantikan Gus Dur menjadi presiden menawarkannya menjadi menteri.
Ketiadaan pekerjaan yang juga berarti ketiadaan penghasilan, membuat LBP kebingungan bagaimana membiayai sekolah yang ia bangun sebelumnya, SMA Ungulan Del dan Institut Teknologi Del. Maka terjun di bisnis merupakan pilihannya. Gagal di awal berbisnis ia alami hingga LBP tak tau lagi harus berbisnis apa. Ia meminta saran justru dari orang-orang yang lebih muda, dan juga dari para lulusan sekolahnya, dan mereka menyarankan untuk berusaha di bidang energi, batu bara.
PT Toba Sejahtra lantas mulai merangkak berbisnis di saat harga batu bara tinggi, hingga menjadi grup perusahaan di bidang energi.
Jaringannya yang luas, dalam dan luar negeri, kiri dan kanan, dan kemampuannya dalam memperhitungkan resiko dan dampak langkah-langkah kerjanya akhirnya mengantarkan Toba Sejahtra hingga besar.
Mapan dengan usahanya, LBP menjabat juga sebagai Wakil Dewan Pertimbangan Partai Golkar. Hingga di tahun 2013 saat Aburizal Bakrie yang menjabat sebagai Ketum Partai Golkar berniat menjadi calon presiden, bukan LBP kalau tidak konsisten terus berhitung, dan memberikan saran ke Ical saat itu. “Kalau lu lawan Mega, lu masih ada kesempatan menang, tapi kalau PDIP mencalonkan Jokowi, selesai permainan,” kira-kira seperti itu sarannya ke Ical agar Partai Golkar lebih baik mendukung Jokowi sebagai capres.
Pertengahan Maret 2014, persis saat Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan mandat kepada Jokowi untuk maju sebagai capres, beberapa jam kemudian LBP langsung mengadakan konferensi pers, menyatakan dukungannya kepada sahabatnya itu, Joko Widodo.
Saat akhirnya Ical lebih memilih mendukung Prabowo, LBP tak perlu pikir panjang untuk mengundurkan diri dari Wakil Dewan Pertimbangan Golkar.
Perhitungannya yang tajam, dan semboyannya “Saya tidak pernah kalah,” memang tepat saat memutuskan untuk all out berkampanye mendukung Jokowi dengan organ relawan Bravo 5. Jokowi pun menjadi presiden. Dan dalam daftar calon menteri, LBP menempati urutan pertama yang akan dipilih Jokowi.
Namun kenyataannya saat pengumuman kabinet 2014, LBP tak mendapat kursi menteri apapun. Namun tidak menyurutkannya untuk terus mendukung pemerintahan Jokowi. Hingga akhirnya Jokowi memutuskan untuk memilihnya memimpin lembaga baru Kantor Staf Presiden. Ruangan kerja yang ditempatinya adalah bekas ruangan kerja Presiden Soeharto di Bina Graha.
LBP pernah mengakui, kesuksesannya memimpin militer, mengkomandoi pertempuran, menjabat sebagai pemimpin sipil sebagai Dubes dan menteri, dan juga membawa perusahaannya menjadi besar, tak bisa menandingi sosok Jokowi yang sangat sederhana, sangat lurus dan jujur, dan memiliki kemampuan memimpin yang tak bisa dilakukan orang lain.
Jokowi kerap saat bertandang ke rumah LBP dulu, ketika terdengar adzan, ia akan pamit ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan shalat. LBP terkesima dengan karakter seorang Joko Widodo. Bahkan ketika bertemu di pesawat yang sama, Jokowi lebih memilih di kursi biasa dibanding dirinya yang memilih duduk di bangku kelas bisnis.
Tiga bidang kepemimpinan berskala nasional, di militer, pemerintahan sipil, dan bisnis, telah ia capai. LBP kerap mengatakan, “Saya berhutang pada negeri ini.”
LBP merupakan sosok yang lebih mengutamakan data, hasil riset, dan diskusi-diskusi ilmiah, hingga ia tidak ragu dalam berbagai pandangan, langkah kerja dan keputusannya. Itu sebabnya ia selalu berani beradu data jika memang ada yang menyodorkan data lain tentang suatu hal atau masalah.
Tentu saja sebagai manusia ia memiliki kelemahan-kelemahan, namun ia orang yang sangat terbuka dengan masukan-masukan yang benar. Ia terbuka untuk “diperingatkan” jika mungkin ada langkahnya yang keliru atau kurang tepat.
Dengan segudang kemampuannya, termasuk mempresentasikan pemikirannya di hadapan audiens internasional, dan loyalitasnya pada pimpinan yang tak diragukan lagi, LBP memang diandalkan Jokowi sebagai sosok yang paling bisa dipercaya. Meski tidak selalu usulan LBP diterima oleh Jokowi. Ada juga beberapa usulan LBP yang tak sejalan dengan Jokowi. Namun di usianya yang telah 72 tahun, telah sukses di berbagai bidang, tak ada lagi ambisi LBP untuk mendapatkan jabatan politik, maka ia orang yang tepat bagi Jokowi untuk dipercaya bahwa LBP akan tetap mendukung keputusan-keputusan presiden.