Pakar Deteksi Kebohongan: Jokowi Marah Level Tertinggi

SintesaNews.com – Kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap para menterinya pada 18 Juni lalu dinilai sebagai kemarahan level tertinggi. Ucapan tentang reshuffle kabinet pemerintahan dinilai sebagai ancaman serius dari Jokowi ke para menteri.

“Kesimpulannya, Presiden sungguh merasa marah sekali plus sedih dan kecewa pada menteri,” kata pakar deteksi kebohongan manusia (lie detector), Handoko Gani, kepada detikcom, Senin (29/6/2020).

Handoko merupakan satu-satunya trainer interview dan analisis perilaku (human lie detector) dari latar belakang sipil yang memiliki otorisasi penggunaan alat layered voice analysis (LVA).

-Iklan-

Handoko mengulik detik per detik gestur Jokowi lewat rekaman video yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden. Sebagaimana diketahui, pada kesempatan itu, Jokowi membuka wacana soal reshuffle.

“Kalau ditanya kaitannya dengan kemungkinan reshuffle, 90% dari 100%, bila tidak ada perbaikan. Atau, malah bisa 95% dari 100%,” kata Handoko mengambil kesimpulan berdasarkan keotentikan ekspresi kemarahan Jokowi.

Silakan amati tayangan video dari Sekretariat Presiden di YouTube itu. Video itu berdurasi 10.20 menit. Handoko menganalisis ekspresi Jokowi berpatokan pada Face Action Coding System (FACS), yakni sistem taksonomi gerak wajah manusia.

Pada menit 02.29 hingga 02.30, ekspresi wajah Jokowi, bagian ujung dan luar alis naik. Ditambah, Jokowi menunjukkan ekspresi wajah alis turun keseluruhan, ujung bibir naik, dan mulut terbuka.

Gestur Jokowi menunjukkan tangan membentuk penekanan ke ‘hati’ dengan gerakan sangat tidak berirama dan relatif cepat.

“Suaranya, tone di bawah normal suara beliau sesungguhnya,” kata Handoko.

Pada menit 02:32, Jokowi mengatakan, “Kita harus ngerti ini.” Saat itu, ekspresi wajah Jokowi menunjukkan mata tertutup, alis turun, bibir atas naik. Tangan Jokowi terkuncup ditekan-tekan ke arah hati. Suaranya masih di bawah normal suara Jokowi.

“Hipotesisnya, Presiden Jokowi prihatin, yakni marah dan sedih,” kata Handoko

Lanjut ke menit 02.33, Jokowi mengatakan, “Jangan biasa-biasa saja.” Saat itu, dagu Jokowi naik dan bibir tertekan, ujung bibir juga menekan ke bawah.

Sedetik kemudian, kemarahan Jokowi mulai terlihat. Tanda-tandanya, ekspresi wajah menunjukkan bibir kanan atas naik, mulut terbuka.

“Dan puncaknya di menit 02:35. Marah level E alias level tertinggi,” kata Handoko. Pada momen ini, Jokowi mengatakan, “Jangan linear!”

Lantas, pada menit 02.49, Jokowi mengatakan, “Masih ada yang lihat ini.” Pada saat itu, terlihat jelas Jokowi sedang menunjukkan ekspresi sangat sedih. Mata tertutup dan pipi naik, hingga bibir terbuka.

“Sedih level E,” kata Handoko.

Ekspresi wajah manusia bisa dibikin. Aktor dan pemain teater sangat jago bermain peran. Namun menurut Handoko, ada aspek yang tidak bisa disembunyikan, yakni ekspresi mikro.

“Kalau orang bohong, tidak ada ekspresi mikronya sedang marah. Seorang aktor sekalipun tidak bisa memiliki ekspresi mikro marah kecuali dia betul-betul marah. Ekspresi mikro tidak bisa dibuat karena tidak disadari pemilik wajah, cepat muncul dan cepat hilang. Itu sebanyak wajah Pak Jokowi kembali normal di menit selanjutnya setelah marah,” kata Handoko.

Level kemarahan merentang dari A sampai E. Pada level A hingga B, tanda-tandanya hanya sedikit terlihat di wajah. Orang yang tersinggung biasa menunjukkan gejala kemarahan level A dan B.

Kemarahan level C biasanya ditandai dengan nada bicara meninggi. Manusia yang mengalami kemarahan level C sudah memasuki taraf kecewa.

Kemarahan level E adalah yang tertinggi. Semua organ tubuh mulai terorganisir. Nafas orang yang berada di kemarahan level E sudah terburu-buru, detak jantung memuncak, hingga tangan dan kaki bisa ikut bergerak.

Untuk menguji keotentikan ekspresi kemarahan Jokowi, Handoko menggunakan layered voice analysis (LVA). Suara Jokowi diekstraksi olehnya. Hasilnya, Jokowi sangat menekankan makna yang dia sampaikan alias ‘highly stressed’.

“Pada kalimat ‘jangan memakai hal-hal standar’, Pak Jokowi terlihat sangat ‘highly stressed’. Ini menunjukkan bahwa beliau betul stres, yakni kecewa dan marah, pada menteri-menterinya yang melakukan hal-hal standar,” kata Handoko.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here