Catatan Astina
Pandemi Covid 19 ini rupanya sangat disenangi Anies Baswedan menjadi panggung politiknya dan media melakukan teror politik. Awal pandemi di Indonesia Anies memprovokasi agar pemerintah pusat membuat kebijakan lock down (karantina wilayah) untuk mencoreng Jokowi. Provokasi ini tidak berhasil dan presiden Jokowi membuat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selanjutnya Anies gunakan lagi pandemi covid-19 ini sebagai ajang pencitraan yakni memperbanyak jumlah warga miskin terdampak wabah covid-19 yang akan dibiayai oleh APBD Jakarta. Belakangan akhirnya terbukti justru Anies melempar tanggung jawab membiayai bantuan bagi 1,1 juta warga miskin Jakarta. Anies dengan entengnya mengatakan tidak mau membiayai 1,1 juta warga miskin Jakarta dan melemparkannya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Upaya melempar tanggung jawab ini dilakukan oleh Anies, lagi-lagi menjadi jebakan “Batman” bagi Jokowi. Jika Jokowi menolak maka Anies akan mudah memprovokasi dan sebat fitnah bahwa presiden Jokowi gagal serta tidak mau tangani warga miskin terdampak covid-19.
Cara provokasi ini pun dilakukan oleh Anies dengan menyebar teror bahwa data kasus positif corona atau covid-19 di Jakarta jauh lebih besar dari yang disampaikan oleh pemerintah pusat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19. Pada tanggal 25 Maret 2020 Anies menyatakan pada media massa bahwa dalam 2 pekan ke depan akan ada 6.000 kasus penderita covid-19. Saat itu pun Anies menteror bahwa jumlah positif covid-19 dan meninggal dunia akibat covid-19 di Jakarta angka faktanya jauh lebih besar. Fakta angka lebih besar itu didasari dari angka kematian dan pemakaman yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Pemakaman pemprov Jakarta. Sebenarnya Anies mau mengatakan bahwa pemerintah pusat telah berbohong tentang data uang disampaikan ke publik dengan fakta lapangan.
Teror antara data dan fakta lapangan ini kembali dimainkan Anies sebagai teror politik untuk menaikan citra dirinya. Kepada beberapa media nasional dan media asing Anies mengatakan lagi bahwa terjadi kebohongan data kasus positif covid-19 oleh pemerintah pusat. Anies pada 12 Mei 2020 di beberapa media mengatakan bahwa jumlah covid-19 di Indonesia mencapai 40.000 hingga 80.000 kasus. Sementara berdasarkan data yang masuk di pemerintah pusat hingga Selasa (12/5/2020) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 484 kasus Covid-19 dan kini secara akumulatif ada 14.749 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020. Teror melalui informasi bengkak jumlah kasus positif covid-19 ini juga disampaikan Anies melalui media nasional serta media asing. Jelas cara Anies ini untuk membuat masyarakat Indonesia juga internasional ketakutan dan tidak percaya pada kinerja pemerintahan presiden Jokowi dalam menangani masalah pandemi covid-19.
Anies memang tekun menggunakan dan menjadikan pandemi covid-19 menjadi panggung politik bagi dirinya menuju pilpres 2024. Pandemi covid-19 ini jadi moment kuat bagi diri Anies membangun citra positif dirinya agar bisa menang dalam pilpres 2024 mendatang. Kejam dan bodoh Anies memilih cara dalam membangun citra dirinya. Sangat kejam karena Anies menggunakan dan menebar teror pandemi covid-19. Sangat bodoh karena Anies menjatuhkan pemerintah pusat di bawah kepemimpinan presiden Jokowi. Padahal dalam pilpres 2024 itu Jokowi sudah tidak ikut lagi dalam kontestasi pilpres karena sekarang Jokowi menjadi presiden periode kedua. Justru dalam situasi sekaranglah Anies berusaha menunjukan bisa menjadi pemimpin dan bisa bekerja sama dengan pemerintah dan bekerja sama menolong rakyat bukannya menteror rakyat. Bodohnya lagi Anies menggunakan perdebatan antara data dan fakta lapangan kasus positif covid-19 tidak sama dasarnya. Anies mengkritik data yang disampaikan pemerintah berdasarkan fakta lapangan di jumlah pemakaman selama masa pendemi covid-19. Sementara pemerintah pusat menggunakan data kasus positif covid-19 berdasarkan data masuk dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Jadi teror covid-19 yang dilakukan Anies Baswedan tidak nyambung atau tidak “Apple to Apple“. Dalam hal ini Anies Baswedan telah salah memilih cara dan merendahkan rakyat Indonesia dengan menganggap rakyat Indonesia itu bodoh bisa diteror dengan fakta lapangan tanah kubur. Atau bodoh kali media massa dan publik yang mau percaya data dan informasi kasus covid-19 yang disampaikan oleh Anies Baswedan. Seharusnya media massa mendalami informasi itu pada Anies Baswedan dan jangan mau diam saja serta tanpa mau klarifikasi pada data resmi pemerintah pusat yang didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium resmi.
Salam Sehat Indonesia, 13 Mei 2020
Azas Tigor Nainggolan
Ketua Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia.