Ruam Pada Kulit dan Gatal Tanpa Batuk dan Sesak Nafas, Bisa Jadi Gejala Virus

SintesaNews.com – Direktur Penyakit Infeksi di ProHealth Care Associates Amerika Serikat, Daniel Griffin mengatakan bahwa rasa seperti terbakar di kulit juga mungkin disebabkan virus Corona. Dikutip dari Mirror, Griffin mengatakan, sensasi terbakar ini bisa terjadi karena respon imun terhadap sistem saraf penderitanya.

Para ahli kulit dari Perancis percaya bahwa ruam dan gatal tanpa sebab yang terjadi pada kulit, bisa jadi gejala infeksi virus Corona. Hal ini dialami oleh beberapa pasien COVID-19 yang ada di negara tersebut dan mengalami rasa gatal.

Gejala yang muncul pada kulit terlihat bintik-bintik merah yang mirip dengan bekas radang dingin. Akhirnya lebih dari 400 dokter kulit dari Uni Nasional Perancis Dermatologis-Venereologis (SNDV) mendesak dokter untuk memeriksa pasien yang memiliki gejala tersebut.

-Iklan-

Gejala serupa dialami juga oleh beberapa orang di Indonesia saat Covid-19 mulai muncul awal Maret lalu. Seperti pengakuan narasumber SintesaNews.com yang mengalami gejala serupa di atas namun dokter tidak bisa menyebutkan sakit apa dan virus apa yang menyerangnya.

Sebenernya beberapa minggu gue penasaran aja dengan sakit yang dialami laki gue, gue, dan anak gue. Sewaktu pasien covid yang positif di Indo baru 2 orang. Belum sebanyak sekarang. Gejala yang didengung-dengungkan masih minim, seperti batuk, pilek, demam, dan sesak nafas. Belum disebutkan ada gejala-gejala lainnya.

Jadi ceritanya, laki gue alami demam tinggi 39 derajat, terus lemes, nyeri sendi, mual, dan ruam-ruam merah dan gatal-gatal, tenggorokan sakit. Tapi tidak ada batuk or pilek.

Cek ke dokter, ditanya-tanya pertinyiin standart-lah, apakah dari LN or luar kota dll., itu semua jawabanya tidak. Terus disuruh cek darah dikira demam berdarah atau typus.

Hasilnya, trombosit bagus, widal bagus. Yang tinggi banget adlah infeksi kata dokter. Dan dokter bilang itu infeksi virus, tapi dokter juga gak tau itu virus apaan.

Akhirnya rawat di rumah, dokter bilang kalau virus biasanya 7 hari masih nularin ke orang, jadi jgn dekat-dekat sama anak. Dikasih vitamin dosis tinggi untuk lawan virus, sumagesik dan pereda nyeri badan, serta obat maag karena takutnya mual karena maag. Disarankan rawat jalan.

Kesimpulannya sakitnya gak jelas. 🤭

Dan 5 hari mulai mendingan, dan cek ke dokter lagi. Karena sudah mendingan, dikasih vitamin lagi aja. Hari ke-7 mulai sehat, sampai sekarang sehat.

Tapi, 3 hari kemudian sejak laki gue sakit hari pertama, anak gue ngalamin sakit yang sama. Panas tinggi, muntah-muntah, mual-mual, ruam-ruam merah kulitnya. Jadi gue ngerawat dua orang yang sedang sakit. 😭

Cek ke okter anak langganan ketika demamnya sudah hari ke-3, dan keluar ruam-ruam merah. Untuk demamnya, gue kasi obat demam yang biasa dia minum. Gue bilang, bapaknya kaya gini dok. Ruam-ruam merah juga, mual juga, dan demam juga. Anak gue tenggorokannya merah kata dokter.

Dokter bilang ini alergi (tanpa cek darah) padahal gue bilang bapaknya alami sakit yang sama, cek darah katanya virus.

Tapi dokter ngasih obat aja, tanpa cek darah. Dia tanya pertanyaan standart apa pergi ke LN, ketemu orang dari China, dll. Semua jawabannya, tidak.

Dua hari kemudian sembuh. Puji Tuhan.

Satu minggu sejak mereka sembuh total (berarti 2 minggu sejak laki gue sakit), giliran gue. Panas tinggi, pusing, nyeri badan, lemes, dan besokanya muncul ruam-ruam merah dan gatal. Tenggorokqn sakit, tapi gak ada batuk or pilek.

Nggak ke dokter, minum sumagesik untuk panas, nyerinya minum obat sisa laki gue, sama vitamin harian yang gue konsumsi tiap hari. Dua hari sembuh, panas turun, nyeri ilang, tenggorokan sih masih sakit dikit.

Ke dokter justru setelah sembuh dan sudah gak demam, karena gatal dan merah-merahnya gak ilang. Mana tahan, garuk-garuk terus.

Dokter suruh cek darah, gue bilang gak usah, karena saya sudah gak demam, makan rakus, gak lemes. Suami saya sakit kayak gini juga minggu lalu, cek darah hasilnya infeksi virus. Saya mau obat gatal-gatal aja. Karena sisa gatal-gatalnya dan merahnya gue bilang. Si dokter juga tidak bisa bilang gue sakit apaan. Tapi dalam 24 jam kalau demam, disuruh cek darah (lah demamnya sudah hilang dari 2 hari lalu. Gue cuma gakmtahan aja sama ruam-ruam dan rasa gatalnya).

Dikasih obat sama dokter, antibiotik dan obat gatal-gatal. Lalu sembuh. Gatal dan merah ruam-ruamnya hilang.

Ini sakit aneh yang sekeluarga gue alami, pada waktu itu gejala covid dikatakan demam, batuk, pilek, tenggorokan sakit, dan sesak. Karena gak ada sesak, batuk apalagi pilek. Ya, dokter juga gak bakalan bilang itu covid-lah.

Tapi beberapa kali gue baca gejala covid ternyata ada yang gejalanya ruam-ruam merah. 🙄

Ada pula yang tanpa gejala, meski virus masuk, dan itu orang positif (coronavirus), tuh orang gak rasa apa-apa. Virusnya mati duluan sebelum tuh orang sakit karena imun yang bagus, seperti mantunya Tjahjo Kumolo itu.

Terus gue jadi geleng-geleng sendiri. Jangan-jangan yang kita alami sekeluarga pada bulan lalu adalah….😴😴

Selain gejala ruam pada kulit dan gatal-gatal, beberapa ahli juga menemukan gejala lainnya dari para pasien Covid-19, yaitu: kelelahan ekstrim, kabut otak, diare dan lebih sering kencing, dan nyeri pada testis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here