Editorial SintesaNews.com
Beredar di media sosial sebuah foto tukang obat di masa lalu, yang kerap hanya mengandalkan keahlian cuap-cuap untuk meyakinkan para penontonnya hingga terpengaruh untuk membeli obatnya.
Ya disebut “nonton tukang obat” karena biasanya ketika tukang obat menjajakan dagangan obatnya, diawali dengan aksi cuap-cuap menjanjikan akan melakukan satu aktraksi yang mencengangkan di pasar atau tempat keramaian. Sambil terus cuap-cuap, tukang obat iu seakan menghipnotis orang-orang yang berkerumun menontonnya. Kadang cuap-cuap bisa berlangsung hingga 30 menit (atau lebih) tapi atraksi tak kunjung dilakukannya.
Atraksi yang diocehkan oleh si tukang obat biasanya soal obat kuat. Bahkan kuat jika terkena benda tajam, tidak akan luka. Bombastis. Tapi pada masa lalu, efektif menarik massa. Eh jaman sekarang juga sih. Bedanya tak lagi obat kuat yg dijajakan, melainkan berbagai simbol-simbol relijiusitas.
Foto yang diposting oleh sebuah akun di Instagram (IG @mantan_kadrun) mengatakan bahwa sosok tukang obat itu sekarang sering didaulat menjadi penceramah acara agama dan dianggap ustadz.
Dari raut wajah dan ekspresinya tukang obat itu seperti si Sugik Nur yang sering mengucapkan kata “Dobol! Matamu picek!” Dan kalimat-kalimat hasutan yang jauh lebih buruk lagi. Entah belajar agama di mana dia.
Kata-katanya dianggap “sah” dikeluarkan oleh seorang penceramah karena berpakaian dengan atribut simbol-simbol agama, kopiah putih, sorban, gamis, dsb.
Kita ada di jaman tukang obat menjadi ustadz karbitan, ocehannya dipercaya sekelompok orang, hasutan dan makian bagai lantunan “doa-doa” bagi para pengikutnya.