Ketika Rakyat Ingin Tahu Ijazah Jokowi, Berarti Negara Ini Masih Punya Etika dan Moral

Penulis: Nurul Azizah

Untuk saat ini banyak platform media sosial mengunggah video dan tulisan tentang ijazah presiden RI ke 7 Joko Widodo yang diduga palsu. Dugaan ini terus disuarakan oleh ratusan aktivis dari TPUA (Tim Pembela Ulama dan Aktivis) serta didukung masyarakat yang pro demokrasi dan kebebasan bersuara. Yang disuarakan adalah agar para pejabat negara dan penegak hukum menyuarakan kebenaran dan kejujuran. Terutama pejabat negara yang menduduki jabatan di lingkungan kepolisian, Mahkamah Agung, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Masyarakat sudah tidak percaya pada pejabat yang penulis sebut di atas untuk itu rakyat menyuarakan aspirasi menjadi parlemen jalanan. Yang sudah bergerak ya dari aktivis TPUA, mereka mendatangi Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta pada hari Selasa, 15 April 2025. Mereka datang untuk mengklarifikasi ijazah Jokowi yang diduga palsu.

-Iklan-

Mereka datang menggeruduk UGM yang diwakili oleh para alumni UGM sendiri yaitu Roy Suryo, Rismon Hasiholan Sianipar dan Tifauzia Tiasuma bertemu pihak kampus untuk meminta secara langsung bukti-bukti ijazah Jokowi di kampus tersebut.

Dari hasil pertemuan tersebut baik Roy Suryo, Rismon dan Tifa tidak menemukan bukti yang menguatkan keaslian ijazah Jokowi. Bahkan Rismon mengatakan: “Sebelas ribu triliun persen ijazah Jokowi palsu.”

Alasan Rismon terkait dengan ijazah Jokowi palsu adalah penggunaan font Times New Roman dalam dokumen tersebut belum ada di era 1980-an hingga 1990-an. Pernyataan tersebut disampaikan dalam video berjudul “ijazah palsu Joko Widodo, berdasarkan analisis jenis Font dan operating System,” yang diunggah di YouTube Selasa, 11 Maret 2025.

Sedangkan Roy Suryo mengamati dari foto yang tertera di ijazah Jokowi yang beredar selama ini menurut pakar telematika itu 99,9 persen bukan foto Jokowi tapi foto sepupunya Jokowi. Serta mempermasalahkan pemakaian kacamata di foto ijazahnya.

“Skripsi Jokowi ada perbedaan ketikan. Batang tubuh diketik mesin ketik biasa dan di depannya itu cetakan tidak pada zamannya,” ungkap Roy Suryo yang juga menyoroti tidak adanya tanggal serta tanda tangan penguji di lembar pengesahan.

Karena di UGM ratusan aktivis TPUA tidak menemukan foto copy ijazah Jokowi pada hari berikutnya mereka dengan jumlah ratusan menggeruduk ke rumah Jokowi di Solo. Hasilnya pun nihil mereka tidak ditunjukkan ijazah asli Jokowi hanya diterima saja dan diberitahukan bahwa ijazah asli Jokowi akan ditunjukkan nanti di pengadilan.

Tinggal nunjukkan saja apa susahnya to pak, kalau penulis disuruh nunjukin ijazah ya tunjukin saja sambil minum kopi di teras. Simple kan, kejujuran itu sederhana. Ketika orang berbohong dan akan dibongkar orang lain, maka kebohongan tersebut akan ditutupi dengan kebohongan pula. Kebohongan itu berbelit-belit tak akan ada ujungnya.

Mengapa ijazah Jokowi menjadi perhatian masyarakat Indonesia ya karena masyarakat masih menjunjung nilai-nilai etika dan moral. Sejak kecil masyarakat sudah dikenalkan apa itu etika dan moral. Etika lebih pada sikap saat menerima ajaran moral.

Ajaran moral disampaikan di sekolah, di pondok pesantren, di majelis taklim, di pengajian, di kotbah-kotbah Jumat. Ketika menerima ajaran moral itu etikanya bagaimana? Etikanya ya mendengarkan dengan baik dan mengaplikasikan ajaran moral pada kehidupan sehari-hari. Ajaran moral menetapkan bagaimana manusia harus hidup, apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.

Pada dasarnya etika bertujuan untuk membantu manusia agar lebih mampu mempertanggungjawabkan kehidupannya baik di dunia dan di akhirat kelak. Di mana ketika orang sudah memiliki etika yang baik maka ajaran moral bisa masuk dengan sendirinya di dalam kehidupan seseorang. Karena ada prinsip etika dalam menerima ajaran moral yaitu prinsip kesadaran sendiri untuk bermoral dengan baik. Prinsip yang lain adalah kejujuran, keadilan dan integritas moral.

Ketika ajaran moral sudah dilanggar oleh pejabat yang dulu dipilih oleh rakyat dan sekarang rakyat mempertanyakan apakah pejabat tersebut melanggar etika dan ajaran moral? ya wajarlah, karena di Indonesia rakyat masih menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan ajaran moral yang harus ada dalam diri pemimpin. Negara Indonesia sampai kapanpun masih menjunjung etika dan ajaran moral. Kalau ada pejabat dan mantan pejabat yang melanggar etika dan ajaran moral maka rakyat pun akan menghakimi.

Ketika rakyat pengen tahu ijazah Jokowi itu asli apa palsu, itu berarti rakyat di negara ini masih memiliki etika dan moral. Hanya tanya baik-baik, “mana ijazahmu pak, saya pengen lihat.” Kayak gitu saja dipersulit dan bertele-tele, itu menunjukan ada ajaran moral yang disembunyikan oleh pak Jokowi.

Sebenarnya bisa dilihat dari raut wajah dan sorotan mata kalau orang tersebut tidak jujur alias berbohong. Orang jujur cenderung memiliki raut wajah yang teduh dan tenang dan ekspresi yang sesuai dengan perkataannya. Sementara orang berbohong menunjukkan ekspresi yang tidak alami alias kayak orang bermain drama atau bersandiwara. Senyum yang tidak tulus dan posisi badan berubah-rubah. Menggelengkan kepala saat berbicara, wajah pucat, bibir kering, kaku dan tegang terutama di bagian rahang dan dahi. Dan tentunya perubahan suara yang tidak stabil dan tidak konsisten berbicara.

Coba perhatikan ucapan pak Jokowi: “Dicaci saya diam, dihina saya juga diam, tapi kalau disuruh nunjukin ijazah asli ‘SAYA AKAN LAWAN’ .. Lah seharusnya kalau konsisten ya diam dan menunjukkan. Yang ada malah Jokowi menyewa preman dan melawan rakyat yang dulu pernah memilihnya. Ini juga menipu dari awalnya ijazah asli hilang, lalu ditunjukkan ke wartawan tapi tidak boleh difoto. Kepada rakyat Jokowi menolak menunjukkan ijazah asli ini semua dagelan. Apakah Jokowi konsisten dengan omongannya?

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here