Sesuatu yang Lekat di Ingatan dari Terminal Bus Shinjuku

Arsitek pengguna kursi roda Christie Damayanti berbicara pada workshop "TransNusa Ramah Disabilitas" di Perkantoran Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Senin (14/4/2025). Foto: Primus


SintesaNews.com JAKARTA – Terminal Bus Shinjuku di Kota Tokyo, Jepang adalah salah satu terminal bus favorit.

Pasalnya, di Terminal Bus Shinjuku, banyak khalayak yang menjadi tempat berlalu-lalang memanfaatkan tempat umum tersebut untuk bermobilisasi dengan moda transportasi bus umum.

Terminal Bus Shinjuku, pada faktanya, memang terintegrasi dengan Stasiun Kereta Api Shinjuku.

-Iklan-

Kondisi terintegrasi macam itu memang memudahkan pergerakan banyak penumpang.

“Seperti di Jepang selama ini, Terminal Bus Shinjuku amat memadai bagi penyandang disabilitas,” ujar perempuan arsitek pengguna kursi roda, Christie Damayanti pada workshop bertajuk “TransNusa Ramah Disabilitas” di Kompleks Perkantoran Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta, Senin (14/4/2025).

Arsitek pengguna kursi roda Christie Damayanti berbicara pada workshop “TransNusa Ramah Disabilitas” di Perkantoran Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Senin (14/4/2025). Foto: Primus.

Salah satu penanda bahwa pengelola Terminal Bus Shinjuku memberi bantuan dan kemudahan bergerak kepada penyandang disabilitas masih tak lekang di ingatan Christie Damayanti, sulung dari tiga bersaudara ini

“Penanda bagi penyandang disabilitas bisa terlihat dengan warnanya yang mencolok,” kata Christie Damayanti, perempuan ber-shio ayam itu.

Lebih lanjut, Christie Damayanti menyebut konsep ramah disabilitas sesungguhnya tidak muluk-muluk,” ujar Christie Damayanti yang merupakan arsitek dari Central Park, Jakarta ini saat berbicara di workshop berjudul “TransNusa Ramah Disabilitas”, pada Senin (14/4/2025).

Workshop di Kompleks Perkantoran Terminal 3 Bandara Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, ini merupakan kelanjutan dari workshop pada Kamis (10/4/2025).

Pada workshop tersebut, Christie Damayanti memberikan catatan, salah satunya tentang kualitas toilet khusus bagi penyandang disabilitas.

Christie Damayanti, blogger Kompasiana.com itu menyebut bahwa penyandang disabilitas lebih terbantu oleh pintu toilet khusus dengan sistem sliding atau selorok atau geser ketimbang pintu putar (swing).

“Penyandang disabilitas tak perlu effort membuka dan menutup pintu sliding,” ujar Christie Damayanti, perempuan terkena serangan stroke pada 2010 silam.

Pintu sliding atau geser atau selorok di toilet khusus penyandang disabilitas lebih memudahkan mobilisasi penyandang disabilitas daripada pemakaian pintu putar (swing). Foto: Primus

Perhatian besar

Kepada peserta workshop baik dari maskapai penerbangan TransNusa dan JAS Angkasa Pura Indonesia, Christie Damayanti menyebut Jepang adalah negara yang memberi perhatian besar kepada penyandang disabilitas.

Christie Damayanti, yang sudah menulis 76 judul buku itu memberi contoh bahwa di tempat umum semisal stasiun kereta api di Jepang, tersedia travelator kecil di tangga berundak.

Travelator ini dibuat khusus untuk penyandang disabilitas naik dan turun, berpindah lantai.

Masih di Jepang, fasilitas untuk penyandang disabilitas yang ada di mana-mana adalah ramp atau pegangan dari besi.

Ramp biasanya memudahkan penyandang disabilitas berpegangan.

Di negara itu, ada juga penanda kuning (guiding block) di lantai yang terpasang dengan baik bagi orang buta.

Untuk membangun fasilitas ramah difabel, berkaitan dengan konsep ramah disabilitas, imbuh Christie Damayanti, selanjutnya, para pemangku kepentingan, wajib mencermati empat hal.

Keempatnya adalah keselamatan, kenyamanan, kesederhanaan, dan kegunaan.

“Pedoman-pedoman ini penting untuk membangun fasilitas pendukung bagi penyandang disabilitas di gedung maupun di jalan misalnya trotoar,” pungkas Christie Damayanti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here