Semua Akan Menjadi Disabilitas pada Waktunya

Kiri ke kanan: penulis, mas Aji, Pak Humala, Christie Damayanti.

Penulis: Erri Subakti

Saya bersama 3 insan pasca stroke. Di sebelah kiri saya adalah mas Aji yg terserang stroke saat usianya 19 tahun. Kini kondisinya lumpuh tangan kanannya. Di depannya adalah pak Humala, stroke pada 2015, koma sampai seakan tidak ada harapan hidup lagi, dan lumpuh tubuhnya. Kini berjalan dengan satu kaki saja yang berfungsi.

Di depan saya Christie Damayanti stroke 14 tahun lalu. Dokter di AS memvonis tidak bisa pulih lagi atau lumpuh seluruh tubuhnya. Kini tubuh sebelah kanannya, kaki dan tangan kanan tidak bisa berfungsi/digerakkan lagi.

-Iklan-

Saat manusia “dijatuhkan” Tuhan, sesungguhnya itu merupakan posisi yang baik utk berdoa kepada Sang Maha Pencipta.

Kini mereka para insan pasca stroke masih tetap bisa beraktivitas meski sebagai penyandang disabilitas. Tak perlu menyerah dan putus asa dengan keadaan. Seburuk apapun itu. Tuhan Maha Tau, kita hidup sampai kapan dan apa tugas kita di dunia.

Tuhan berkehendak makhluknya menjadi disabilitas bukan tanpa maksud. Agar manusia sadar kita semua hanyalah makhluk ciptaanNya. Dan berserah diri apapun yang ditakdirkan Tuhan untuk kita dan menerimanya dengan rasa syukur selalu.

Selalu ada “keajaiban” di luar nalar dan tak rasional jika kita percaya dan meng-imani.

Manusia sehat “normal”, non disabilitas hanya sementara. Pada akhirnya kita semua akan menjadi kaum disabilitas. Lansia yang mungkin akan kehilangan fungsi-fungsi fisik dan kesehatan. Menjadi semakin terbatas gerakannya.

Mengapa kita saat sehat tidak menggunakan waktu tenaga pikiran untuk peduli kepada kaum disabilitas dan prioritas (lansia)? Waktu harus digunakan sebaik-baiknya untuk peduli dan membantu orang lain, dan seminimal mungkin jangan menyakiti orang lain.

Kita hanyalah makhluk CiptaanNya. Ada batasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here