Pesan Ramadhan Sebelum Berkemas Meninggalkan Kita

Penulis: Nurul Azizah

Sedih dan bahagia bercampur jadi satu, manakala puasa Ramadhan segera berakhir. Sedih karena sebentar lagi kita berpisah dengan bulan suci Ramadhan, bahagia bagi yang telah meraih kemenangan melawan hawa nafsu menuju fitri. Ramadhan bagi umat Islam adalah bulan yang selalu menghadirkan cinta dan kebahagiaan. Karena di bulan ini Allah SWT telah menurunkan berkah dan rahmat yang tak terhingga nilai pahalanya. Bagi orang yang beriman, Ramadhan merupakan anugerah tersendiri. Semua amalan ibadah wajib dan sunah terus dikerjakan, menahan lapar dan dahaga, menahan amarah serta kedengkian hati. Ikhlas menjalani dan terus melatih diri dengan segala ujian yang diberikan pada hamba-Nya yang bertaqwa.

Hati dan lisan terus dijaga agar tidak merusak nilai ibadah. Sedekah dilakukan, amalan-amalan kebajikan terus dikerjakan, semata-mata meminta ampunan segala dosa dan pahala untuk hidup di dunia dan investasi akherat kelak.

-Iklan-

Alhamdulillah kita umat Islam memasuki hari-hari akhir di bulan suci Ramadhan. Bisa melakukan ibadah syaum dan ibadah-ibadah yang lain semata-mata karena Allah SWT.

Kenikmatan beribadah benar-benar terasa sekali dibandingkan ibadah di luar Ramadhan, dahaga dan lapar sebagai rasa empati pada miskin yang kekurangan. Puasa di bulan Ramadhan terasa ringan walau di luar udara terasa terik dan aktivitas kerja juga dilaksanakan. Rasa lapar dan dahaga bisa dilewati begitu saja.

Sholat fardhu berjamaah juga tidak ketinggalan, terutama sholat isyak dan subuh tidak pernah tertinggal selalu dilakukan secara berjamaah, disamping juga sholat maqrib, asyar dan dzuhur. Itulah nikmatnya beribadah bagi yang menjalankan.

Dengan demikian kita patut bergembira karena disamping menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita terampuni oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairoh RA yang artinya :

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Dari hadits tersebut secara konseptual bisa dimaknai sebagai “kembali suci,” kita mendapatkan ampunan dari Allah SWT, ini menyangkut hablum minallah.

Sedangkan hubungan dengan manusia (hablum minannas) kita saling maaf memaafkan satu sama lain. Kalau ini sudah kita lakukan dengan sendirinya kita menjadi suci lagi.

Ramadhan sebentar lagi meninggalkan kita semua. Dipenghujung bulan, Ramadhan telah berkemas, meninggalkan kita semua, pergi juah entah kemana.

Sebelum pergi Ramadhan telah berpesan, “Aku akan pergi jauh selama sebelas bulan kedepan, aku akan menghilang.”

“Sampaikan pesanku pada semua. Terima kasih telah menyambut kehadiranku dengan gembira serta menghiasi hari-hariku dengan sabar dan istiqomah.”

“Jika engkau merindukanku, maka perbanyaklah doa, semoga kita akan bertemu lagi di Ramadhan pada tahun yang akan datang, selamat tinggal.”

Sedih rasanya kita berpisah dengan Ramadhan, tapi setidaknya kita sudah digembleng dengan aneka ibadah wajib dan sunnah. Ramadhan ibarat bulan tarbiyah atau bulan pendidikan untuk rohani kita.

Semoga di luar Ramadhan kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah seperti puasa sunah 6 hari di bulan syawal, menjalankan sholat-sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, menjauhi maksiyat, banyak mendengarkan ceramah keagamaan dan menambah literasi kita tentang keagamaan.

Meskipun Ramadhan telah usai, kitab suci Al-qur’an tetap dilantunkan. Qiyyamulail teruslah ditegakkan. Puasa sunnah terus dikerjakan. Sedekah teruslah ditunaikan. Tempat-tempat ibadah seperti masjid dan mushola terus dikunjungi untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah. Majelis ilmu, majelis dzikir dan sholawat teruslah dihadiri. Dzikir dan sholawat teruslah dilafalkan. Silaturahmi teruslah dijaga dan diakrabi. Insya Allah kita akan bertemu Ramadhan di tahun yang akan datang.

Kini Ramdhan akan meninggalkan kita, apabila Ramadhan bisa berpesan kepada kita kemungkinan pesannya akan berbunyi:

“Assalamualaikum Warohmarullah hi Wabarokatuh .. ”
“Aku hendak pamit, Aku akan pergi sebentar lagi.”

“Jika aku pergi nanti, tetaplah seperti ini. Tetaplah rajin mengaji ilmu.”

“Rajin membaca Al-Qur’an, jangan pernah tinggalkan sholat. Tetaplah bersholawat atas RasulMu. Aku yakin, jika niatmu karena Allah, tanpa ada akupun, kau akan tetap menjadi yang terbaik.”

“Kau tetap bisa bersabar atas segalanya. Kau bisa melawan hawa nafsumu. Kau akan tetap bersedekah kepada siapapun. Lisanmu pun akan selalu berdzikir mengingat-Nya.”

“Jika aku sudah pergi nanti, jagalah imanmu, jaga dirimu, semoga kamu selalu istiqomah. Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahmu. Semoga kelak kita ketemu kembali, jika tidak, ku harap kita akan bertemu di syurga-Nya.”

Kita akan berpisah dengan Ramadhan dan saatnya kita menyambut 1 Syawal. Semua umat bergembira, menyambut idul fitri yaitu kembali suci lagi, ibarat bayi lahir di dunia, suci tanpa noda. Semoga kita mendapatkan lailatul qodar, sehingga perilaku kita diluar bulan Ramadhan bisa terjaga.

Beruntung orang yang mau menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Ibadah untuk mendapatkan lailatul qodar, malam kemuliaan yang pahalanya sama dengan ibadah 1000 bulan.

Akan tetapi di lubuk hati yang paling dalam sebenarnya 1 Syawal adalah hari yang menyedihkan karena berpisah dengan Ramadhan.

Sebagai hamba hanya bisa berdoa, “Ya Allah hamba-Mu memohon ke haribaan-Mu, tuntunlah hamba-Mu ini untuk tetap beribadah diluar bulan Ramadhan
Karena ibadah diluar Ramadhan terasa sangat berat, sangat malas
penuh paksaan, penuh godaan dan penuh kepura-puraan.”

“Ya Allah sebelum Ramadhan datang lagi tahun depan
tuntunlah hamba-Mu ini untuk ibadah yang penuh keimanan dan keikhlasan.
Buatlah hati ini bergetar mengucapkan Asma-Mu, bergetar mendengar ayat-ayat Mu.”

Laisal ‘ied liman libasuhu jadid Walakinnal ied liman imanuhu yazid ..
Uhanniuka bi’idil fitri ..
Minal aidin wal faizin.
Tidak ada kemenangan dengan pakaian yang baru, tampilan yang baru
Akan tetapi kemenangan itu untuk kemenangan keimanan.

Dengan datangnya idulfitri 1 Syawal 1445 H perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H.”

Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mohon maaf lahir dan bathin atas segala khilaf dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak.

Taqobbalallahu minna wa minkum, siamana wasiamakum.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here