Jalur Pantura Jawa Tengah Dilanda Musibah Banjir, Jangan Salahkan Alam

Banjir sudah kepung wilayah Demak Jawa Tengah selama dua bulan. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)

Penulis: Nurul Azizah

Kita warga Jawa Tengah turut prihatin atas musibah banjir sebab tanggul jebol yang terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah. Hampir dua bulan ini dari awal Februari 2024 yang lalu ada 11 kecamatan di wilayah kabupaten Grobogan terkena banjir bandang yaitu kecamatan Godong, Penawangan, Tawangharjo, Purwodadi, Toroh, Karangrayung, Geyer, Kedungjati, Tegowanu, Tanggungharjo dan kecamatan Gubug. Banjir disebabkan hujan dengan intensitas tinggi dan kiriman air dari hulu sungai Lusi, Sungai Serang dan sungai Tuntang sehingga menyebabkan air meluap di pemukiman.

Lokasi banjir sempat penulis datangi, kebetulan penulis asli dari Gubug Kabupaten Grobogan. Masih terngiang betapa dahsyatnya banjir di wilayah berdampak musibah.

-Iklan-

Hal yang sama juga dialami beberapa wilayah di kabupaten Demak, Kudus (17/3/2024). Diawali dengan hujan deras dengan intensitas tinggi, mulai Rabu (13/3).

Padahal di daerah Demak dan Grobogan barusan banjir karena tanggul jebol, sekarang jebol lagi. Saat itu sekitar tanggal 6 Februari 2024 menjelang tanggul di sungai wilayah Grobogan dan Demak jebol.

Saat itu masih ada masa kampanye paslon capres cawapres, tentunya masih ada bantuan yang mengalir ke korban bencana banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bergerak cepat menanggulangi bencana banjir. Tapi untuk bencana banjir kali ini, bantuan belum masuk ke wilayah berdampak bencana.

Bencana banjir juga melanda wilayah Semarang pada tanggal 13-14 Maret 2024, di susul Kabupaten Demak, Kudus, Pati, Kendal, Pekalongan, Grobogan, Salatiga dan Kabupaten Semarang. Banjir bandang terjadi pada hari Minggu 17/3. Cuaca ekstrim dari hari Rabu 13-17 Maret 2024 ditandai dengan banjir, banjir bandang, angin kencang dan tanah longsor. Rakyat kecil benar-benar mendapatkan musibah yang bertubi-tubi.

Walau BPBD Provinsi Jawa Tengah siap siaga membantu korban banjir. Tapi tetap saja warga berdampak banjir merasa kuatir dan cemas. Rumahnya yang kerendam air tidak bisa ditempati. Warga mengungsi ke tempat yang aman seperti saudara dan teman. Setiap saat menjenguk rumahnya, apakah air sudah surut atau belum. Warga yang terkena banjir selalu was-was karena debit air tetap naik ke permukaan.

Saat ini rakyat membutuhkan bantuan dari pemerintah, tetapi bantuan itu tak kunjung datang. Warga benar-benar mendapatkan perlakuan tidak adil. Dulu ketika tidak ada bencana banjir bantuan mengalir, ya karena pemerintah pengen warga memilih capres cawapres yang didukung pemerintah (Jokowi). Sekarang rakyat faham kan jangan terus menyalahkan alam. Tidak ada istilah cuaca yang tidak bersahabat. Yang tidak bersahabat itu manusia yang memiliki sifat yang serakah, tamak dan jahat.

Perubahan yang terjadi di muka bumi akibat langsung atau tidak dari aktivitas manusia. Kebiasaan manusia selalu menyalahkan alam tetapi manusia tidak mau instrospeksi diri.

Alam selama ini memberikan kemurahan kepada manusia sepanjang sejarah dalam jumlah dan kualitas yang tidak ternilai harganya. Tetapi manusia modern sedikit pun tidak menaruh balas budi atas kemurahan alam tersebut. Alam dieksploitasi melebihi kebutuhan dasar manusia dan melampaui daya dukung alam sendiri.

Bencana alam berupa banjir telah membuktikan air sedang mencari jalurnya yang hilang. Rawa diuruk jadi pemukiman, bahkan terang-terangan menguruk pantai, sungai dipersempit aliran airnya demi pembangunan kanal, pantai digunakan untuk pelabuhan. Padahal sungai yang ada untuk menampung air hujan. Akibat dari kerakusan manusia muncullah bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, tanggul sungai jebol. Daerah resapan air, hutan penampung debit air pun sudah mulai tidak ditemukan.

Selama ini pejabat tidak bisa berfikir rasional, padahal rakyat mulai cerdas, maka munculah pejabat yang rakus dan haus akan kekuasaan. Pejabat dengan mudah melihat penyebab bencana. Tetapi tidak membuat solusi pencegahan banjir sejak dini. Hutan-hutan dibiarkan digunduli. Rawa dibiarkan dijadikan pemukiman. Asal pejabat memberikan ijin maka pembangunan terus berjalan. Yang diucapkan pejabat terkadang menjadi kebohongan publik. Karena ada sebagian kecil uang investasi yang mengalir ke kantong pejabat.

Menuduh alam adalah perbuatan yang sangat bodoh, karena alam sudah tidak mampu menahan curah hujan, alam sudah tidak mampu menahan angin kencang. Alam sudah dikerdilkan kemampuannya. Bahkan manusia jahat telah membiarkan alam rusak karena dalih investasi. Hutan dibabat digunakan untuk ahli fungsi.

Tidak ada istilah cuaca yang tidak bersahabat. Yang tidak bersahabat itu manusia serakah dan jahat. Tetapi manusia memiliki kebiasaan menyalahkan alam, kapan manusia mau menyalahkan diri sendiri. Wallahu a’lam bishawab.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here