SintesaNews.com – Jelang pencoblosan 14 Februari 2024, Indonesia digegerkan dengan berita dari luar negeri bahwa Prabowo telah menerima (uang muka tunai) fee 7% dari pembelian Mirage bekas dari Qatar.
Tuduhan penerimaan fee ini dilansir oleh GRECO (the Group of States Againts Corruption).
Adalah Connie Rahakundini, ahli pertahanan, yang mengungkapkannya ke publik di acara “Mimbar Keprihatinan Bangsa dan Seruan Kebangsaan Purnawirawan TNI-Polri”, 9 Februari 2024.
“Ada berita, 7% itu besarnya 55,4 juta Us$ atau hampir 900 milyar rupiah. Berita ini tentu saja membuka tabir rumor kenapa Sri Mulyani ingin mundur. Pembelian pesawat bekas tersebut harus dibayar tunai, dan Sri Mulyani menolaknya,” komentar La Ode Budi, ketua umum KIBAR Indonesia.
Menurut La Ode Budi, pilpres 2024 ini banyak anomali dibanding andalan kekuatan rakyat saat Jokowi jadi gubernur atau presiden, yaitu kentalnya penggunaan kekuasaan untuk menangkan paslon 02 dan besarnya dana yang diperkirakan untuk membiayai 02.
“Para aktivis korban pindah dukungan, partai pembeci jadi partai lovers, tentu bukan gratis. Tidak ada rasionalitasnya partai anak muda, calonnya justru orang tua. Tua banget malahan. Walikota baru jadi cawapres, kalahkan para ketum partai, apa gratis?,” jelas relawan Jokowi sejak 2012 ini.
La Ode mengharapkan masyarakat betul-betul teliti dalam menentukan capres pilihannya. Rekam jejak harus betul-betul jadi andalan. “Dirty Vote” harus ditonton dan ditelaah.
Berita fee pesawat bekas ini harus disandingkan kerugian Food estate, tanpa penjelasan memadai. Skandal-skandal ini harus diungkap tuntas.
“Jangan sampai kita diiming makan gratis, padahal ada rencana untuk mengambil manfaat dari setiap transaksi pemerintah,” jelas La Ode Budi.
KIBAR Indonesia mendukung Ganjar Pranowo Presiden penerus Jokowi sejak 2021 dengan pertimbangan antikorupsi, tulus mengabdi dan berprestasi sebagai Gubernur Terbaik Indonesia.
