Jokowi Sudah Jauh Melenceng, Tak Layak Lagi Petunjuknya Diikuti

Penulis: Erri Subakti

“Wah lo udah bukan Jokower lagi?” tanya seorang sohib.

Gue jawab tegas, ” Ya enggaklah…, gue masih waras.”

-Iklan-

Gue juga punya akal sehat dan hati nurani. Dan sebenernya gak perlu orang jenius untuk melihat dengan gamblang sejumlah pelencengan dari seorang penguasa negara ini.

Bukan cuma rumor, gosip, apalagi hoax dan fitnah.

Fakta, data, orang-orang yang berintegritas tak tergiur jabatan dan bukan penjilat, masih bisa memberikan banyak kesaksian. Bagaimana Jokowi sudah melenceng terlalu jauh dan melampaui batas sebagai pemegang kekuasaan negeri ini.

Kita urut saja. Gak perlu dari tahun-tahun lalu. Mulai saja dari 2 bulan ini. Skandal Mahkamah Konstitusi. Pihak-pihak yang menyaksikan, mendengar, dan tau sendiri di depan matanya, sudah membuka bagaimana Jokowi mengintervensi Anwar Usman. Sudah terbukti pula Anwar Usman melakulan tindakan pelanggaran etik berat oleh Majelis Kehormatan MK.

Mau apa lagi?

Memaksakan Gibran untuk maju sebagai cawapres Bowo. Yang artinya Jokowi juga mendukung Bowo.

Hei. Gue masih waras untuk sadar bahwa 2 kali gue belain Jokowi untuk mencegah psikopat berkuasa di negara ini. Lo gila pade ye? Gue bisa bilang psikopat bukan omong kosong. Tes aja ke psikiater dan lihat hasilnya.

Lalu karena gue belain Jokowi 2 kali terus gue ikut aja apa kata Jokowi, meski gue sadar dan nurani serta akal sehat gue menilai bahwa Jokowi sudah sangat-sangat salah.

Tak mampu lagi Jokowi menyembunyikan banyak rahasia dalam diri dan lingkaran paling terdekatnya. Selama ini kepingan-kepingan puzzle tersembunyi itu disimpan rapat oleh lingkaran dekat hingga kita para pendukungnya. Namun ingat, kapal yang kokoh hanya butuh setitik kebocoran, maka tekanan air akan semakin kuat merobek lambung kapal yang kuat itu dan membuatnya karam. Lihat saja….

Berangsur-angusr sejak anaknya menjadi cawapres, celah demi celah lambung kapal besar itu membesarkan kebocorannya. Kini tidak ada lagi para pendukung murninya yang membelanya. Yang menutupinya.

Bagaimana peran si ibu terkuak di permukaan. Bagaimana selama belasan tahun ini kepingan-kepingan puzzle tentang Jokowi semakin lengkap. Bukan gambar Jokowi yang selalu baik di mata pendukungnya seakan tak pernah ada salah. Melainkan Jokowi yang manusia biasa. Yang banyak ketidak mampuan, ditutupi dengan “dramaturgi”, berperan di panggung depan, yang pada akhirnya menggunakan kekuasaannya yang begitu besar dengan gelap mata.

Sampai harus ada korban rakyat dalam pesta demokrasi ini? Segitunya….

Bukan soal dukung mendukung Ganjar, Bowo dan Anies. Terus terang saja, Anies vs Ganjar lebih layak bertarung dalam kontes capres cawapres. Dibanding penguasa ikut bermain, mengatur pertandingan, mengubah aturan main, bahkan mengintimidasi wasit untuk membantu kemenangan Bowo. Sungguh kerdil….

Jokowi sudah melenceng terlalu jauh. Tak layak lagi diikuti. Insyaflah….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here