Penulis: La Ode Budi
Jokowi telah menghadirkan pembangunan ‘Indonesia sentris’, dimana konektivitas antar daerah jadi prioritas utama. Seluruh nusantara terhubung.
Manfaatnya, menurunkan biaya logistik dan semua daerah mendapat kesempatan untuk maju secara ekonomi.
Selain ‘jalan cepat’ SDM untuk topang hilirisasi, Ganjar Mahfud juga menekankan pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada.
Ini membutuhkan perencanaan dan eksekusi yang prima, per daerah.
Sentra-sentra ekonomi di daerah harus tumbuh, sesuai dengan keunikan potensi daerah. Integrasi perencanaan antara daerah dan nasional menjadi kunci.
Pertumbuhan ekonomi berbasis potensi daerah ini, akan menjadi sumber kemajuan Indonesia selanjutnya.
Menggeser pertumbuhan ekonomi berbasis sentra yang sudah ada, menjadi ke seluruh Indonesia.
Inilah lompatan kemajuan yang direncanakan (visi dan misi) Ganjar Mahfud.
Tidak sekedar melanjutkan yang sudah dikerjakan Jokowi.
Sebagai contoh, tol laut memudahkan material dari Indonesia Barat dibawa ke Indonesia Timur dan Tengah.
Bagaimana barang-barang dari Indonesia Timur dan Tengah ke Indonesia Barat? Kenyataannya, saat ini jumlahnya masih sedikit (tidak ekonomis).
Karenanya, sentra perikanan, sentra perkebunan, pusat-pusat produksi pangan di timur dan tengah Indonesia, 10 Bali baru, harus berhasil.
Paralel dengan tantangan ‘kerja besar’ hilirisasi harus terlaksana baik.
Perlu kecerdasan kerja lapangan dari pimpinan nasional. Indonesia kebanyakan masalah, adanya di implementasi.
Perencanaan bagus, tapi selalu banyak alasan untuk tertunda (hambatan birokrasi).
Benar sekali, Jokowi menjelaskan kriteria penerusnya diantaranya ‘orang lapangan’. “Jangan pilih yang banyak diam di istana ber-AC. Pilih yang sanggup ‘lari marathon’.”
Lompatan SDM, hilirisasi, utilisasi infrasktruktur dan kepastian hukum, adalah pembeda Ganjar Mahfud dari capres cawapres lain.
Mereka siap jalan, karena mereka sudah geluti sebelumnya dan berhasil.
Sudah punya ‘kecerdasan lapangan’ (street smart).