Pelanggar HAM dan Penculik vs Kemanusiaan dan Toleransi

Penulis: Roger P. Silalahi

Ramai sekali jagad medsos, penuh berita, geliat, intrik dan pertunjukan akrobat politik. Celakanya adalah, pertunjukan ini sepenuhnya “reality show” yang sarat dengan pendidikan politik negatif. Orang hebat berkutat dalam lingkaran kekuasaan, yang pura-pura hebat berebut naik kelas supaya bisa menikmati kekuasaan. Bagi yang murni ingin berjuang untuk perbaikan dan kebaikan, tentu saja muak menyaksikannya.

Tapi itulah hidup, kekuasaan memang menggiurkan untuk kebanyakan orang, kekayaan memang menggoda, terlebih bagi yang lelah dan kalah karena tidak mampu lagi berpegang pada idealisme dan nilai yang diperjuangkan selama bertahun-tahun. Dalam posisi terjepit (keinginan) dan haus (akan kemewahan), wajar bila mereka memilih uang dan menanggalkan topeng sebagai “Pejuang Kemanusiaan” dan “Toleransi”.

-Iklan-

Intrik katanya, padahal licik. Strategi dibahasakannya, padahal permufakatan jahat. Yang mengerikan adalah, tidak malu bahkan bangga menjadi bagian dari manusia yang terbukti licik, materialistis, dan jauh dari “image” yang dibangun selama ini.

Siapa…? Permadi Arya…? Ade Armando…? Bukan…!!!

Bukan hanya mereka berdua, tapi banyak yang lain yang berlari ke arah uang, bahkan alumni Trisakti pun ada yang memilih mengejar posisi Menteri yang tidak pasti daripada mempertahankan amanat dari nyawa teman sendiri. Haruskah mereka disadarkan dan diserukan untuk kembali berdiri di atas idealisme dan toleransi? Tentu tidak, biarkan mereka bawa dosa itu sampai mati.

Mari blak-blakan, semua sudah paham dengan “Jalur Dasco” dan “Jalur Hasyim”, jalur yang disediakan untuk menggadaikan harga diri. Ada permainan mengejar dan merayu agar keluarga Jokowi mau ditempatkan di posisi tinggi dalam 2 hari, untuk kemudian (pasti) dapat digulingkan dalam 2 hari. Dan mereka masih berani bicara “Tegak Lurus Pada Jokowi”…?

Tangan kiri merangkul dari belakang, tangan kanan menggorok tanpa sungkan. Sungguh, tontonan yang mengerikan, pendidikan dan sejarah politik yang menjijikkan.

2 hari lagi semua terjelaskan, tidak bisa lagi berpura-pura sekedar silaturahmi membina hubungan. Ada keluarga yang kebingungan bagaimana mengambil langkah, ada tekanan dan kekuatan yang saling berhadapan. Di antaranya, ada biang radikalisme yang siap menumpang untuk kemudian menumbangkan.

Terpaksa kita berperang secara terbuka, dengan beberapa pion tempur yang bertopeng dan berperan ganda. Bung, ini bukan main-main, radikalisme sedang disirami dan diberi ransum sepenuh hati oleh mereka yang katanya “Pejuang Kemanusiaan dan Toleransi”.

Kita bicara negara, bangsa, dan masa depan dalam balutan keberagaman dan Pancasila, jadi memang tidak ada pilihan lain selain memerangi yang dulu kita pikir kawan. Jangan beri hati, jangan beri peluang, jangan pernah menerima mereka kembali pulang. Rapatkan barisan, kita hadapi keseluruhan Sengkuni dan Kurawa yang bergabung dengan Pelanggar HAM, Penculik, yang didukung kekuatan radikalisme di belakangnya.

Bangsa ini milik kita, milik Pancasila, milik kemanusiaan, milik toleransi keberagaman. Mari kita hadapi “Pejuang Kemanusiaan dan Toleransi” yang sudah dibeli dengan uang, “Pembela Kasus Trisakti” yang pasang target untuk menjadi Menteri, lengkap dengan segala kekuatan berbau busuk radikalisme di belakang mereka yang siap mengakuisisi.

Ingat…!!!
Ketika kita mendukung orang yang terbukti jahat dan terbukti didukung orang jahat, mungkinkah kita baik? Jangan sampai kita dibodohi dan tertipu, jangan sampai kita biarkan idealisme kita mati. Kita tahu HTI dan FPI disuruh diam tapi bergerilya siang dan malam. Kita tahu sederet teroris internasional mengintip di tikungan.

Maju terus, tunjukkan bukti, karena dari 3 Capres yang ada, hanya 1 yang benar-benar berprestasi dan sudah menunjukkan berbagai karya nyata untuk rakyat sendiri. Ini bukan kampanye, ini hanya celoteh keras yang diharapkan dapat mengingatkan semua orang Indonesia pendukung Pancasila untuk sadar, berhati-hati, berjuang dan bertahan dalam barisan, demi Pancasila dan Keberagaman.

Biarkan Kurawa itu maju ke depan, karena panah Arjuna akan berubah menjadi ribuan dan jutaan, merontokkan lawan dalam 1 tembakan, 1 putaran. Kita harus menang.

-Roger Paulus Silalahi-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here