Penulis: La Ode Budi
Syarat yang ditekankan oleh Jokowi untuk Indonesia pasca kepemimpinannya, adalah stabilitas politik.
Diwadahi oleh stabilitas politik inilah, kemajuan bisa dihadirkan.
Indonesia memerlukan kehadiran negara bagi semua anak bangsa. Ketimpangan adalah “api dalam sekam” yang bisa merobek bangsa.
“Indonesia sentris” wajib menjadi kerangka pikir semua Presiden. Tapi kalau tidak ada nyali tidak bisa.
“Pemimpin harus berani, dan harus punya nyali”, tekan Jokowi berulang-ulang.
Satu contoh, masa lalu subsidi BBM dan energi sangat menguras kas negara. BBM naik sedikit, juga berakibat pada inflasi tinggi.
Jokowi mengambil kebijakan berbeda, subsidi BBM dipangkas, tapi menghadirkan pembangunan di perbatasan, alokasi dana desa fantastis 70 trilyun/tahun, bantuan sosial bagi masyarakat bawah dan subsidi pendidikan dan kesehatan.
Infrasktruktur bisa diperluas dan waduk-waduk yang selama ini “tidak ada dana” untuk dibangun, dibangun massif.
Soliditas internal PDI Perjuangan adalah prasyarat stabilitas politik Indonesia, karena memudahkan kerjasama dengan partai partai lain. Simbolik di GBK, 24/6/23 jadi pembuktiannya.
Puan Maharani mengundang Ganjar Pranowo untuk memberi sambutan dan bersama mengangkat tangan, jadi simbol satunya hati bekerja untuk Indonesia. Betul??!
KIBAR INDONESIA