Beberapa hari yang lalu di sebuah cafe Mall kawasan Jakarta Pusat. 3 orang pria sedang ngobrol berbagai masalah hidupnya, gue di samping deretan meja mereka tak sengaja nguping, karena suara mereka memang terpampang lantang tanpa sekat dan tedeng aling-aling.
Di meja mereka 6 botol beer telah tandas. Salah satu pria sekitar 40an sudah beranak istri, dua pria lain sekitar 37an tahun masih single, gue enggak nanya, tapi itu kesimpulan gue setelah menyimak or menguping obrolan mereka. Kira-kira begini bunyi obrolan mereka selama gue kupingin:
“Bini gua bener-bener banyak maunya. Ini mau masukin anak ke sekolah, uang masuk aja 70 juta, setiap malam gua hampir ngga bisa tidur dia buat… Bikin gua stres!”
Gue yang terkaget sempat nengok tanpa sengaja, tak disangka doi malah nanya “Sekolah mana coba, yang semahal itu? Kalau gua sih maunya nggak usah mahal-mahal.. asal bekualitas..”
Gue hanya tersenyum nanggapinya.
Seorang pria sekitar 37an tahun di sebelahnya menimpali, gue sebut sebagai jomblo 1 aja ya biar gampang, “Mampus lah! Untung gue belum kawin, ya ngga bro?” Ngomporinlah dia ke salah seorang teman lainnya yang berada di meja yang sama.
“Lu bayangin bro! Dia udah kayak ngasih kode gua, semalam bilang: Valentine pengen sewa resort.. Ya mending dia cuma sama gua aja perginya, dia kalau pergi itu ajak semua keluarga dia, dia mau bikin gua bangkrut! Uang gua habis dia kuras setiap hari… Rasanya gua mau tidur aja enggak bisa, seolah kaya diginiin: Cari duit loe, cari duit loe…”
Pria ini bersungut-sungut.
Kedua teman lainnya hanya geleng-geleng kepala.
“Gua ada ATM kosong ngga dipake, loe transfer aja uang loe ke rek ini, ATM dan buku tabungan lo bawa dah.. Itu sih solusi dari gua..” Si jomblo 2 menjawab.
“Ngga tau lah, gua pusing, nyari duit tiap hari tapi dia banyak sekali maunya yang mewah-mewah, apa dikira duit tinggal ngeruk dari Kali Ciliwung? Mobil masih bagus, minta ganti lagi yang lain karena lihat teman dia pakai mobil bagus. Hidup gua ngga bisa tenang kalau kaya begini…”
Obrolan terpotong karena ponselnya berdering…
Entah apa yang ia obrolin di ponsel karena hanya sebentar…
“…nah kaya gini nih, gua nongkrong sama lu orang aja, udah dicariin, ‘di mana? Sama siapa?’ Serba salah gua hidup. Ngegame untuk melepas suntuk karena kerjaan aja dia marahin, nongkrong supaya bisa melepas penat, dia curigain… Lama-lama selingkuh juga nih kalau kaya begini caranya… T*iklah!”
Kata terakhir ‘ik’nya dia tekan sekuat tenaga tanpa peduli orang di seklilingnya.
“Itu bukan solusi sih brader, tapi ada temen gua yang begitu saking muaknya, gua ngga tau itu ngaruhnya bagaimana, tapi setelah dia menjalani itu, memang hidupnya jadi ngga uring-uringan dan stres lagi kaya elo gini. Mungkin aja karena dia menemukan sosok yang pengertian dan bisa mengadu masalah-masalah dia di rumah. Tapi jujur gua ga saranin. Gua single bro! Boro-boro selingkuh, kawin aja males! Ribed! Hati-hati, kalau salah perhitungan malah dapat yang juga sama aja kaya bini loe, mampusnya double loe bro!” Timpal jomblo 1.
“Iya juga sih, tapi kan bisa kita tinggalin aja kalau dapat yang sama aja kaya bini gua! Ribed amat! Setiap ulang tahun maunya sewa resort mewah, hadiahnya maunya berlian, sedangkan gua berbisnispun nggak selamanya lancar, tapi dia kayak engga ada ngerti-ngertinya. Mending kalau gua dimasakin, tiap hari gua beli makanan sendiri… Pas pacaran dia nggak begini, makanya gua nikahin. Sekarang kayak ngga bisa memaklumi lakinya kalau lagi ngga bisa beliin barang mahal. Pergaulan dia gua rasa yang bikin dia kaya gini, buat pamer di medsos sama temen-temennya.. Anak yang bayi nangis aja tengah malam gua juga yang bangun kadang-kadang, sementara paginya gua mesti ketemu client… Ngantuk, capek, dan terbebani.. Masuk ke rumah udah ngga nyaman dimintai ini dan itu… ”
“Bisa gitu ya? Apa jadinya kalau dia hidup kaya jaman kita kecil, boro-boro resort, makan aja sederhana, kita berhasil begini juga bukan tiba-tiba, kita dapat uang kayak sekarang juga karena berdarah-darah..” Timpal Jomblo 2.
“Maka itu… Lu mending jangan pada kawin dulu deh, sebelum yakin ceweknya bisa dibawa hidup susah.. ”
Sampai di situ saja pembicaraan mereka berakhir, karena mereka memutuskan ke luar cafe untuk merokok.
Penasaran endingnya? Guepun… 😞
Lalu apa sih kesimpulan dari tulisan ini atau curhatan mereka? Subjektif, jadi silakan ambil kesimpulan sendiri.
Pria di cafe terkadang omongin bisnis, namun ada pula yang berkeluh kesah tentang hidupnya, seperti para pria di atas.