Penulis: La Ode Budi
Pendidikan kita harus orientasi masa depan dan antisipasi dunia digital. Suara kebijakan di Jakarta. Logis dan krusial.
Masalahnya, di pelosok, guru masih ada mengajar dua kelas, sarpras tidak layak, dan guru honorer bergaji sangat kecil. Sinyal internet harus panjat pohon.
Wisata Indonesia sangat potensial. Kekayaan alam dan budaya kita luar biasa. Negeri kita terbaik.
Tapi saat perencaan pariwisata, Bali lagi, Bali lagi. Akses, ketersediaan akomodasi, event dan infrastruktur untuk destinasi selain Bali parsial. Akibatnya, tidak berdampak (menarik wisatawan).
Begitu juga masalah pertanian, nelayan, insfrastruktur ke pusat produksi di daerah, wajah perbatasan dan lainnya.
Suara kita lama berliku untuk sampai ke telinga Pemerintah Pusat, pendapat Indonesia Timur dan Tengah.
Tapi itu dulu, sebelum Jokowi hadirkan pembangunan “Indonesia Sentris”. Daerah terdepan, terluar dan tertinggal mendapat perhatian dan prioritas.
Hal ini dimungkinkan karena Jokowi kunjungi pelosok-pelosok. “Kebijakan harus didasar dari kenyataan di lapangan (seluruh nusantara)”, jelas Jokowi.
Indonesia Sentris jugalah dasar Jokowi luncurkan dana Rp 32 triliun (2023) untuk infrastruktur jalan propinsi dan kabupaten sepanjang 8.000 km. Sayang “jalan digital” macet dan masalah di Kejagung.
Ringkasnya, ibukota Nusantara di Kalimantan adalah proyek memindahkan titik nol “kesadaran bangsa”. Membenarkan “titik acu” pembangunan Indonesia. Jadi bukan hanya memindahkan fisik dan administrasi pemerintah pusat.
Membuat Indonesia Timur dan Tengah “jadi halaman depan” pemerintah pusat. Menteri dan birokrasinya akan mengambil inspirasi saat dari bandara ke IKN.
Misal, hutan Kalimantan tidak hanya dihitung kayunya, tapi juga bisa jadi wisata hutan, madu lebah terbaik, jualan karbon dan untuk manusia sehat bernafas (sang Menteri merasakannya langsung).
Nusantara belum jadi saja, lalu lintas manusia sudah tercipta. Kuliner, hotel, UKM, dan kunjungan wisata hidup.
Foto di “titik nol” Nusantara, adalah kebanggaan ke semua kenalan.
Kalimantan sudah menyambut masa depannya yang maju, alam terpelihara, dan budayanya bernilai tambah.
Manusia Kalimantan yang ramah, berbudaya, inklusif, memilliki kehormatan dan kreatif akan makin dikenal di dunia.
IKN di sana jadikan mereka “among tamu” untuk pengunjung ke Indonesia.
Tapi perlu visi misi yang kuat dan eksekusi yang prima untuk mencapai kesempurnaan Nusantara.
Nusantara adalah kota kelas dunia, miniatur peradaban baru Indonesia. Melibatkan kerja dan investasi yang kompleks. Sains adalah bibit utama Nusantara.
Perlu Presiden yang peka dan biasa kerja lapangan (seperti Jokowi).
Ganjar Pranowo, Gubernur dua perode, adalah sosok yang biasa solusi lapangan dan interaksi tatap muka dengan rakyat atau via medsos.
Karenanya, beliau adalah capres terbaik (penerus Jokowi) untuk menyelesaikan Nusantara. Hanya Ganjar yang jelas tegas menyatakan setuju IKN (dan akan selesaikan Nusantara).
Sangat ngeri, kalau “irigasi vertikal” jadi konsep di IKN.
Betul???!
KIBAR INDONESIA