Penulis: Roger P. Silalahi
Mendadak Jusuf Kalla banyak diberitakan, banyak tampil, dan banyak berkomentar untuk berbagai hal. Jusuf Kalla bicara soal Wakil Presiden yang disebutnya baik dan layak, bicara tentang Jokowi yang disebutnya turut campur urusan politik. Jusuf Kalla mengungkapkan ketidakmampuannya bersaing dengan yang disebutnya sebagai orang Cina dengan berkata; “Lebih dari 50% perekonomian dikuasai orang Cina”, tumben menyelenggarakan halal bihalal untuk ratusan karyawannya, menjadi pembicara di Rakernas Nasdem, dan banyak lagi.
Seolah mendadak muda lagi, Jusuf Kalla menyerang berbagai pihak, bahkan orang yang sekarang ini hanya tahu bekerja tanpa berpolitik dan tanpa berkomentar, Ahok.
Jusuf Kalla mengatakan; “Ahok adalah biang kerok perpecahan. Orang yang sangat berbahaya..!”
Entah apa maunya Jusuf Kalla ini, mendadak “hyper active” dan ‘kecentilan’… Mendadak belingsatan seperti “orang kerasukan roh kasar”, bukan roh halus, karena kalau roh halus pastilah pernyataannya halus, tidak kasar seperti itu. Jusuf Kalla berujar dan berkomentar seolah dirinya seorang Nasionalis, seolah semua yang dilakukannya berdasarkan niat baik untuk bangsa dan rakyat Indonesia.
Ketidakpahamannya akan arti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, ditunjukannya dengan berkata dan bersikap Rasis, lontaran istilah “Orang Cina” bagi Orang Indonesia etnis Tionghoa cukup membuktikan bahwa Jusuf Kalla tidak paham apalagi mengamalkan Pancasila.
Kemungkinan jiwa Rasis yang cenderung Radikalis itu memang sudah tertanam sejak dulu seperti dituliskan Mujiburrahman dalam disertasinya bahwa pada tanggal 1 Oktober 1969 di Makassar, Organisasi Mahasiswa Muslim dengan nama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyerang sembilan Gereja Protestan, empat Gereja Katolik, satu Asrama Biarawati, satu Akademi Theologi, satu kantor Himpunan Mahasiswa Katolik dan dua Sekolah Katolik.
Siapa Ketua HMI saat itu…? Ya, Jusuf Kalla. Disertasi Mujiburrahman berjudul; “Perasaan Terancam: Hubungan Kristen-Muslim dalam Orde Baru Indonesia”, disertasi yang diuji dan lulus uji itu menyatakan; “Ketika itu Jusuf Kalla bersama HMI membakar gereja-gereja di Makssar…”. Setelah sekian tahun Jusuf Kalla kemudian menjadi Wakil Presiden di tahun 2004 dan 2014, seharusnya Jusuf Kalla tidak boleh menjabat posisi sebagai “Wakil Presiden”, kalau Wakil Ketua Kelompok Teroris mungkin akan lebih pantas.
Wahai Jusuf Kalla, jejak digital pembakaran gereja tidak pernah terlupakan. Kebanggaanmu membohongi Gus Dur pun tidak akan pernah terlupakan, demikian pula 350 berkas korupsi yang tidak ditindaklanjuti karena permainan di belakang. Jangan sok suci lah, kalau bongkar-bongkaran borok, tidak akan mungkin boroknya lebih sedikit dari Jokowi dan Ahok, mungkin bahkan lebih parah dari Rafael Alun dan Johny G Plate digabungkan.
Sementara sibuk mencaci maki Jokowi dan Pemerintah, Jusuf Kalla lucunya juga sibuk berhutang di bank milik negara. Jusuf Kalla menikmati hutang dari setidaknya 3 Bank Pemerintah. Pada tahun 2019 dapat 9,8 Trilyun, 2020 disebut hampir gulung tikar, 2022 dapat lagi 1,73 Trilyun. Sungguh tidak punya malu, mencaci maki dan berteriak bagai Singa di tengah hutan, tapi pada saat yang sama mengemis bagai orang miskin yang tidak bisa makan. Ditulung Mentung.
Bapak yang sudah semakin tua ini tidak ingat umurnya sudah banyak. Rupanya tidak cukup stroke ringan dalam posisi sebagai orang bebas, mungkin akan terbungkam dalam sepi di ruang tahanan hingga nafas terakhir dihembuskan…? Dinding punya telinga, narasi kebohongan ada masa kadaluwarsanya. Mungkinkah sudah terpojok sedemikian rupa sehingga berbagai issue dan pernyataan dilontarkan demi menutup kotak pandora yang sudah mulai terbuka…?
Ssssttt… Hati-hati, kata orang; “Orang jahat berteman dengan orang jahat…”, akankah kita percaya ucapan Jusuf Kalla mengenai siapa yang terbaik untuk menjadi Capres atau Cawapres…? Sebagai seorang Politisi, pastilah melakukan apapun dengan dasar demi ‘kekuasaan’. Sebagai seorang Pengusaha, pastilah melakukan apapun dengan dasar demi ‘cuan’, bukan untuk kebaikan orang lain, apalagi kebaikan negara… Tidak Mungkin…!!!
“Politician make friends with power, while power tends to corrupt. A businessman make friends with money, while money leads to greediness. The shared of a Politician who is a Businessman would possibly be greediness in corruption…”
(R.P. Silalahi)
Sangat mengherankan, ketika orang lain semakin tua berusaha menjadi semakin ‘bijak’, Jusuf Kalla semakin tua malah semakin ‘rusak’. Kelihatannya semua akan terbukti sebentar lagi, semua dilakukannya demi menghindar dari masa kelam yang sudah menjelang, masa dimana keseluruhan kasus yang pernah disembunyikan terangkat dan harus dipertanggungjawabkan.
Sangkakala Bersuara Kala Kelam Datang…
Kala Menanti Jemputan Batara Kala…
-Roger Paulus Silalahi-