Terbongkar Alasan Surya Paloh Dukung Anies Baswedan
Sama sekali tidak menyangka jika saya tidak keluar dan nongkrong di angkringan malam ini, maka tidak bakal mendapat informasi penting terkait dunia persilatan. Saya bertemu dengan seseorang yang mengaku tahu banyak soal awal Anies Baswedan (AB) didukung Surya Paloh (SP) melalui partainya Nasdem. Seseorang ini mengaku sempat menjadi tim horenya Anies. Meski bukan bagian elitenya tapi dia selalu diajak di setiap pertemuan membuka jalan AB for president.
Persiapan tersebut sudah dirintis sejak AB masih menjadi Gubernur DKI. Tersebutlah orang-orang yang dulu menjadi timses AB di Pilgub 2017 plus anggota TGUPP. Menurutnya, ada 2-3 orang sebagai motor yang diistilahkan olehnya jago memprovokasi. 2-3 orang tersebut awalnya ingin mendorong Budiman Sudjatmiko sebagai tokoh muda progresif. Hanya saja, BS tetap setia dengan partainya, PDIP, sedangkan 2-3 orang tersebut gagal menguasai PDIP.
Saat Pilpres 2019, pentolan yang katanya juga mantan aktivis 1998 dari Yogyakarta tersebut sudah pecah kongsi dengan PDIP. Mereka menganggap PDIP sudah tidak bisa dijadikan kendaraan politik, karena PDIP tidak bisa didikte apalagi dikuasai oleh pentolan tersebut. Terlebih ketika Jokowi memecat AB dan Sudirman Said sebagai menteri kabinet. Padahal kedua menteri tersebut adalah orang yang direkom oleh pentolan itu yang dulu masih tergabung di Seknas.
Kemungkinan sakit hati kepada Jokowi dan PDIP, mereka pun berpetualang mengupayakan partai politik yang bisa digunakan sebagai kendaraan bagi AB ke panggung politik. Diawali pada 2017 mereka sampai mau bergabung dengan Gerindra yang dibesut Prabowo juga dengan PKS serta ormas Islam garis keras, yang kesemua kelompok tersebut merupakan lawan mereka (tidak sealiran). Hal ini demi membangun langkah dan karir politik AB. AB pun menjadi Gubernur DKI.
Tentu ini dianggap sebagai prestasi yang luar biasa oleh pentolan tersebut yang sesungguhnya tidak memiliki partai, tidak punya modal dan bukan siapa-siapa. Dorongan untuk menjadikan AB sebagai RI1 pun semakin kuat. Mereka memilih Nasdem bukan tanpa alasan politik. Nasdem dianggap partai yang lebih lunak buat dimasuki dan dikompori. Pengalaman mereka (pentolan) yang dulu juga sempat menginisiasi pembentukan ormas Nasdem merupakan modal sejarah.
Di Nasdem pula mereka punya banyak teman, salah satunya Willy Aditya yang kini menjadi pejabat teras Nasdem. Terakhir, tujuan mereka mendekati Nasdem untuk menggembosi kekuatan koalisi Jokowi. AB pun mulai dipoles untuk memiliki citra sebagai pemimpin yang cerdas. Mereka memanipulasi kalangan akademik hingga mau mendukung AB. Dukungan dari akademik lebih meyakinkan SP bahwa AB memang intelektual muda.
Namun SP sempat bertanya apa kira-kira direstui Jokowi jika Nasdem mengusung AB? Para pentolan berupaya meyakinkan SP untuk tidak perlu kordinasi ataupun komunikasi dengan Jokowi (karena mereka tahu pasti ditolak). Licik pentolan itu, mereka beralasan untuk lebih mengerem gerakan Islam radikal sebagai pendukung utama AB. Karena jika tidak, maka kelompok tersebut bisa lebih keras ketimbang pilkada DKI 2017.
Pentolan beranggapan, jika alasan tersebut disampaikan SP kepada Jokowi juga tidak masalah. Menurut sumber di atas, tentu alasan tersebut hanya akal bulus supaya AB punya kendaraan politik dan terjamin mendapat tiket capres. Tugas timses AB selanjutnya tinggal melobby Demokrat dan PKS untuk mau mendukung AB dan tergabung koalisi perubahan. Setelahnya, mereka pun membutuhkan dana mobilitas, yang awalnya menggunakan “tabungan” AB yang dikelola timsesnya, tapi lama-lama mulai menggerogoti Nasdem.
Menurut sumber lagi, perilaku koruptif Menkominfo sudah diketahui timses AB, bahkan kabarnya ada yang turut bermain di sana. Dana sebagian besar digunakan untuk biaya operasional AB setiap melakukan sosialisasi ke daerah-daerah. Selebihnya mereka simpan guna kebutuhan kampanye nanti. Maka tidak heran, AB datang ke kantor Nasdem tidak lama setelah Menkominfo dinyatakan sebagai tersangka. Terlihat sekali wajah AB murung, tapi entah kenapa.
Kini posisi SP benar-benar terjepit dan terpuruk. SP merasa benar-benar terjebak oleh pilihan politiknya sendiri. Hubungannya dengan Jokowi semakin renggang, bisnisnya terganggu dan kini sekjennya dicolok kejaksaan. Untuk mengatakan menyesal pun percuma, karena nasi sudah menjadi bubur. Pilihannya tinggal ingin all out lanjut, atau membubarkan koalisi dan tidak mendukung AB sebagai kandidat capres lagi. Terlebih jika memang timses Anies benar menerima dana dari JP (tersangka).
Narsum yang bertemu dengan saya di angkringan mengaku sudah hampir tiga bulan keluar dari timnya AB. Katanya sih makan ati bergabung di kelompok seperti itu. Tenaga terperas siang malam tapi hasilnya gak ada. Lalu dengar-dengar dari pengakuannya, jika AB gagal nyapres ya bakal banyak kerusuhan terutama yang dilakukan oleh ormas Islam garis keras itu. Apakah saya harus percaya atau tidak? Masih perlu kita tunggu babakan selanjutnya. Yang pasti tidak lebih mahal dari tangan Johnny Plate yang diborgol.
(Jirnadara)