Penulis: Ganda Situmorang
Pada Pilpres 2014, Prabowo kalah tipis dari Jokowi. Demikian juga pada Pilpres 2019, Prabowo memang kalah lagi tapi nyaris menang.
Pendulum suara rakyat mungkin saja akan berbalik pada Pilpres 2024. Biasanya pada hidangan bakul prasmanan lalu nambah sekali tentu naluri manusiawi penasaran ingin cicipin prasmanan bakul sebelah. Enak ga enak, suka ga suka pendulum itu akan berbalik arah pada Pilpres 2024.
Capres dari PDIP Ganjar Pranowo yang digadang-gadang sebagai penerus legacy Jokowi tentunya ingin memperpanjang pesta prasmanan di bakul yang sama. Padahal para tamu kondangan sudah pada nambah sekali.
Nah, jika bakul sebelah masih sama, maka besar kemungkinan rakyat tamu kondangan berduyun-duyun melongok ke bakul sebelah. Josss itu hukum alam. Pendulum politik, suara rakyat sepanjang sejarah modern demokrasi di Amerika Serikat adalah dua periode. Belum pernah dalam sejarah baik Demokrat maupun Republik yang berhasil mencetak hattrick menang Pilpres 3 periode.
Prabowo sebaiknya fokus saja capres dengan siapapun pasangan cawapres asal bukan Anies niscaya pendulum itu akan berbalik arah.
Jika ingin bertanya kenapa. Ada seribu satu alasan di benak rakyat saat ini kenapa kok mesti milih penerus Jokowi. Khususon bagi puluhan juta rakyat konstituen Gerindra pendukung Pak Prabowo, yang sebenarnya mengharapkan situasi yang lebih baik, setidaknya sedikit berbeza dari saat ini.
Hanya elit dan ring 1 Jokowi saat inilah yang paling berhasrat ingin status quo supaya prasmanan di bakul mereka tetap berlanjut.
Ratusan juta rakyat membathin, kok Pak Prabowo seperti di-PHP oleh Jokowi.
Sebagai catatan Pak Prabowo, pilpres tahun 2019 bapak sebenarnya bukan kalah melainkan nyaris menang!
Pastikan Bapak Prabowo maju capres di Pilpres 2024 dengan siapapun cawapresnya asal bukan Anies.
Demikian supaya pilpres 2024 berjalan seru tanpa isu SARA dan politik identitas, Prabowo vs Ganjar.
