Apa Kata Preferensi Musik Anda tentang Anda?

Image: PT

Penulis: Suko Waspodo

Lima faktor yang mempengaruhi selera musik.

Poin-Poin Penting

-Iklan-
  • Preferensi musik dan perilaku mendengarkan kebiasaan terkait dengan ciri-ciri kepribadian.
  • Musik adalah bagian dari diri kita.
  • Preferensi musik tidak diatur dalam batu; mereka berubah seiring waktu.

Preferensi musik (atau selera) mengacu pada sejauh mana seseorang lebih suka atau menyukai, jenis musik tertentu daripada yang lain. Pemahaman yang lebih baik tentang preferensi musik kita dapat membantu menemukan berbagai hal tentang diri kita dan orang lain. Misalnya, bukti menunjukkan bahwa kesamaan dalam preferensi musik dapat berkontribusi pada kepuasan hubungan (pasangan romantis atau teman sekamar). Berbagi selera musik dapat memicu koneksi dan ikatan emosional instan.

Berikut ini diuraikan beberapa faktor psikologis utama yang mendasari preferensi musik masyarakat.

1. Sifat Kepribadian

Preferensi musik mengungkapkan informasi berharga tentang karakter seseorang. Orang lebih suka gaya musik yang konsisten dengan kepribadian mereka. Misalnya, orang yang membutuhkan stimulasi kreatif dan intelektual lebih menyukai gaya musik yang tidak konvensional dan kompleks (misalnya, klasik, jazz, folk). Jika Anda terbuka untuk pengalaman baru, Anda mungkin juga terbuka untuk pengalaman musik yang baru dan kompleks. Orang-orang extravert cenderung menyukai musik kontemporer (musik kontemporer yang memiliki ciri-ciri upbeat, positif, dan danceable). Dan orang-orang yang menyenangkan cenderung menyukai gaya musik yang lembut dan tenteram. Secara keseluruhan, orang merespons musik yang mencerminkan kepribadian mereka dengan baik.

2. Inilah Aku

Preferensi musik kita sangat penting bagi siapa kita. Musik berfungsi sebagai lencana identitas untuk dilihat orang lain. Misalnya, mendengarkan musik inovatif dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan keyakinan bahwa seseorang itu kreatif dan tidak konvensional. Preferensi untuk musik klasik atau eklektik dapat membantu seseorang menunjukkan status sosialnya. Musik bukan hanya bentuk hiburan tetapi juga menandakan nilai penting yang kita pedulikan. Pergeseran selera dinilai sebagai pergeseran identitas.

3. Umur

Ada juga tren usia dalam cara orang terlibat dengan musik. Preferensi musik cenderung terbentuk pada masa remaja akhir dan bertahan sepanjang masa dewasa. Musik yang didengarkan selama masa kanak-kanak, dan remaja menciptakan ingatan yang lebih tahan lama daripada musik yang didengarkan pada usia lainnya. Musik yang kita dengarkan selama masa remaja awal menciptakan nostalgia yang kuat di tahun-tahun berikutnya. Namun, seiring bertambahnya usia, preferensi musik mereka berubah. Misalnya, remaja cenderung memiliki preferensi untuk musik yang intens, dan orang dewasa paruh baya menunjukkan preferensi yang kuat untuk musik yang canggih dan lembut. Seiring bertambahnya usia, mereka kehilangan kemampuan untuk mendengar suara bernada tinggi dan pelan karena gangguan pendengaran. Usia berhubungan negatif dengan preferensi untuk musik berintensitas tinggi, karena orang yang lebih tua menganggap musik keras tidak nyaman.

4. Konteks

Musik selalu terdengar dalam konteks (pernikahan, pemakaman, acara olahraga, atau relaksasi) yang membatasi pilihan musik. Misalnya, Anda tidak ingin mendengar Chopin saat berolahraga. Kita mungkin lebih suka musik santai saat berkendara di lalu lintas yang padat. Di ruang makan, kita cenderung lebih suka mendengar musik lembut yang memudahkan percakapan. Waktu hari juga merupakan faktor penting. Kita cenderung mendengarkan musik santai di malam hari dan musik energik di siang hari.

5. Efek Eksposur

Keakraban mengarah pada rasa suka. Kita cenderung memilih musik yang paling kita kenal. Pendidikan musik dapat meningkatkan preferensi musik dengan memberikan informasi latar belakang dan pemahaman tentang karya yang sedang dipaparkan. Misalnya, mendengarkan musik dari budaya lain dapat mengubah sikap sehingga orang menjadi lebih positif terhadap musik tersebut.

Akhirnya, ada subjektivitas dalam rasa. Sebuah pepatah kuno menyatakan: Soal selera, tidak ada yang perlu diperdebatkan. Secara umum, penilaian estetika hanyalah masalah selera pribadi. Kita hanya menerima itu. Namun, beberapa penilaian tentang nilai estetika bersifat objektif. Misalnya, karya seni yang bertahan dalam ujian waktu secara objektif lebih unggul dalam kualitas daripada karya yang gagal dalam ujian waktu.

***
Solo, Senin, 26 Desember 2022. 9:28 pm
‘salam hangat penuh cinta’
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here