Synopsis Kooptasi Kapital

Penulis: Goenardjoadi Goenawan

Yang terhormat suster kepala sekolah Sr Priska Takarini, bu guru favorit adik-adik kelas X sampai XII Bu Diani Susi guru sosiologi.

Saya ingin share cerita zaman dulu 1981 sampai 1984 saat saya belajar di SMA Stella Maris.

-Iklan-

Guru-guru saya dulu banyak yang sekarang sudah-sepuh, dulu ada bu Tjiam guru kimia. Itu yang paling favorit.

SMA Stella Maris dari dulu ya bukan nomor satu. Tapi adik-adik yang paling penting bukan sekolah Stella Maris-nya, tapi kita muridnya.

Kita mau berada di mana, mau ke mana. Mau ranking berapa.

Dulu tahun 1983 saat itu saya diajari bu guru bu Rini guru fisika. Saat itu fisika pelajaran paling sulit. Sulit dimengerti.

Apa yang terjadi, bu Rini mengajari menggapai cita-cita setinggi langit.

Saat itu di Surabaya, jarak ke Jakarta itu jauh, kita ga bisa punya ongkos naik pesawat, tapi naik kereta malam bima.

Jakarta seperti London rasanya.

Saya diajari ikut Lomba karya tulis LIPI dan lomba karya ilmu pengetahuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Dari SMA Stella Maris saat itu saya diantar teman-teman satu kelas semua ke Stasiun Pasar Turi. Ya satu kelas rombongan ke stasiun. Mengantar saya, bertiga dengan Mulyadi dan bu Rini ke Jakarta. Tahun 1983.

Tanpa terasa itu sudah hampir 40 tahun lalu.

Hanya gara-gara bu Rini dan suster kepala Sr. Theresia Mariyati, dan pak kepala sekolah pak Ratidjo, ingatnya suster Maria Goreti. Mengantar saya ikut lomba karya ilmu pengetahuan.

Akibatnya apa yang saya alami, bisa bertemu dengan Rektor IPB Bogor Andi Hakim Nasoetion. Beiiau dulu tidak percaya test penerimaan mahasiswa, tapi beliau pelopor system PMDK penelusuran minat dan bakat kemampuan murid.

Jadi gara-gara lomba tersebut akhirnya SMA Stella Maris bisa masuk akreditasi yang akreditasi A kalau tidak salah adalah St Louis, dan Frateran, termasuk Stella Maris Surabaya.

Di IPB Bogor saya bertemu dengan juara SMA, saya masih ingat saya juara SMA Stella Maris, dapat hasil test kimia dasar, saya dapat 84 itu sudah lumayan.

Yang lain ada yang dapat 15, 46 ya tidak lulus.

Teman saya juara SMA St Louis saya tanya, kamu dapat berapa?

Kamu berapa, dia tanya balik.

Aku 84 (hidung kok mekar sedikit, bangga bonek surabaya).

Aku ini… Dia tunjukkan kertas test, skor dia 116.

Ternyata juara SMA st Louis itu genius, namanya Oerianto sekarang dia CFO MNC group, dosennya IPB Bogor saja ga bisa kasih skor 100 karena bakal mayoritas tidak lulus semua, jadi dihitung yang cukup bisa menjawab dianggap 100 temanku itu melebihi kemampuan yang di ekspektasi dinilai 116.

Kemudian setelahnya saya diajak ketemu, ternyata teman SMA Oerianto juara nomor 4. Teman dia lain Andrianto juara 3 best of the best. Waduh.

Dunia itu luas ya kalau di SMA Stella Maris teman saya tersebut mungkin jadi apa.

Di IPB Bogor banyak orang pintar, bukan pintar seperti (siswa juara satu). Tapi juara-juara lainnya dari SMA St Louis, Frateran, dll.

Sekarang sudah 40 tahun.

Apa hasilnya sekolah Stella Maris?

Teman saya ada yang drop out dari St. Louis, namanya Harry Tanoesoedibyo. Gara berantem, dia pindah SMA di Kanada.

Yang DO saja sekarang sudah terkaya nomor 15 terkaya di Indonesia.

Apa yang terjadi sekarang sudah 40 tahun?

Yang kaya banget adalah yang drop out. Pak Harry Tanoesoedibyo. Kenapa kok bisa kaya? Gara-gara direktur keuangannya adalah Oerianto juara 4 tadi. Genius tadi yang akhirnya bersama HT membangun RCTI dan ratusan TV lainnya Global TV, Indovision, dll. banyak banget TV daerah.

Jadi, kesimpulannya, faktor apa yang paling menentukan kesuksesan hidup?

1.Ukuran hidup sekarang adalah uang kekayaan. Kalau itu ukurannya, semua teman seluruh Surabaya, dikumpulkan uangnya seribu orang murid, jumlahnya kalah dengan HT.

2. Oleh karena itu, adik-adik nanti sekolah di universitas. Lulus sekolah, jangan kaget. Ukurannya uang itu paling penting, dan paling sulit. Lebih sulit daripada pelajaran fisika, kimia, lebih sulit dari Elektronika, teknik sipil, food engineering, atau biomedical engineering.

Oleh karena itu, beruntung ada bu Diani Susi sebab uang itu adalah ilmu sosial. Ya sosiologi.

Adik-adik belajar bahwa ranking di kelas itu pelajaran fisika pelajaran kimia. Tapi kelak soal uang beda lagi.

3. Dunia bukan lagi damai seperti di SMA lagi.

Tapi sudah banyak direkayasa, saling menindas orang satu dan lainnya.

Uang sungguh paling sulit dipelajari. Kenapa?

Uang jadi alat kekuasaan, power.

Kekuasaan itu adalah persaingan, kompetitor, saling berkuasa. Kalau di SMA Stella Maris ibarat yang paling kuasa itu ketua OSIS

Pesan saya, setelahnya 40 tahun hidup sekarang dengan bekal SMA Stella Maris, saya bukan orang terkaya di Indonesia, itu Harry Tanoesoedibyo.

Bukan terpintar paling genius, itu Oerianto,

Tapi saya melihat banyak orang menderita. Jumlahnya penerima bansos ada 140 juta orang miskin. Dan ketakutan orang dalam hidup sekarang adalah takut miskin.

Apakah saya takut miskin? Tidak.

Kenapa kok bisa tidak takut miskin?

Hidup kita bukan dinilai dari diri kita sendiri. Katakan nilai test saya 84 tadi di IPB Bogor.

Tapi dinilai dari pengaruh kita untuk teman teman lainnya.

Saya menulis buku Peta Koneksitas Konglomerat, akibatnya sampai hari ini eBook saya di download 700 orang ++ setiap menit ada request download.

Masalah keuangan sudah paling langka apalagi di Indonesia.

Saya bukan terkaya di Indonesia, tapi nilainya, dinilai dari pengaruh kita untuk teman-teman lainnya.

Teman saya Effendi dari SMA Stella Maris dia kaya. Wing fu, dia kaya. Tapi saya sering diminta bantuan mereka.

Rekanan Effendi salah satunya adalah Andika Perkasa. Orang tahunya pak Andika lukusan SMA Stella Maris, gara-gara berteman baik dengan Effendi.

Sekali lagi, nilai saya bukan diri saya. Tapi dinilai dari pengaruh kita untuk teman-teman lainnya.

Adik-adik mungkin tidak punya uang, tidak punya juara olimpiade bukan atlet bulutangkis juara All England seperti Rudy Hartono. Hidup bukan pertandingan.

Hidup adalah privilege hak kita untuk memberi pertolongan, bantuan, kepada orang-orang lainnya.

Nilaimu bukan hasilnya test kimia, fisika, atau kalkulus. Tapi dengan ilmu pengetahuan tadi pelajaran hidup terus dipikir. Terus walaupun sudah Master, doktor jangan berhenti, pikir terus kejar kejaran dengan bintang di langit. Raih ilmu setinggi bintang bintang.

Kalau masalah nya hidup adalah kemiskinan, penderitaan, penjajahan, kekuasaan, pikirkan ilmu itu.

Cari solusinya.

Hidupmu bukan untukmu. Suster kepala sekolah sr. Priska Takarini hidupnya tidak untuk dia, suster mengorbankan dirinya tidak bersuami tidak punya anak, tidak punya harta tapi suster kepala sekolah mendidik kita supaya hidupnya sukses. Berkorbanlah untuk orang lain, teladani suster kepala sekolah SMA Stella Maris Surabaya.

Sekarang saya jadi narasumber jaksa agung muda pidana militer, jaksa agung muda pidana khusus, calon panglima TNI. Dan membantu konglomerat orang-orang kaya yang ternyata walaupun hartanya sudah cukup tujuh turunan, tetap tidak berhenti masalahnya.

Benar kata guru-guru SMA Stella, ilmu pengetahuan adalah harta tak ternilai. Dengan ilmu, kita bisa membuka memerdekakan seluruhnya rakyat Indonesia, yang miskin, yang tak berdaya, yang sudah Sarjana tapi sulit hidupnya dijajah orang orang kaya.

Dengan ilmu kita bisa membantu para pejabat, jaksa agung, panglima TNI, kapolda, ketua KPK.

Dengan ilmu kita bisa membantu orang orang kaya yang sulit menghadapi kompetitor orang kaya lainnya.

Ternyata mereka saling berkompetisi dengan orang terkaya lainnya.

Uang menjadi alat kekuasaan.

Pertanyaan mereka para Jenderal bintang empat adalah, masalah dengan konglomerat. Itu uangnya, dan pengaruhnya sangat besar, dengan uangnya mereka bisa membeli kekuasaan. Dan menjajah rakyat seluruhnya.

Hidupmu bukan masalah jadi kapten kapal ilmu pelayaran, bukan masalah jadi insinyur teknik nuklir, teknik biologi. Teknik rekayasa genetika. Yang paling penting adalah, bagaimana caranya hidup membantu teman-teman lainnya. Itu kuncinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here