Penulis: Nurul Azizah
Hati-hati di Indonesia ini terus dan terus ada orang-orang yang tidak suka dengan pemimpin negeri ini. Atau bahkan menolak Pancasila sebagai dasar negara.
Mereka ingin negeri ini hancur, ingin mengganti negeri yang damai menjadi negeri yang kacau. Kemiskinan ada di mana-mana, kebodohan merajarela, hancur kotanya hancur budayanya bahkan hancur peradapannya.
Virus radikalisme, intoleransi, dan terorisme terus dipupuk oleh oknum kelompok khilafah bani cingkrang cadar. Menurut Brigjen Pol. R Ahmad Nurwahid, M.M Direktur Pencegahan BNPT RI, bahwa virus yang berakar dari ideologi yang bisa memapar siapa saja, tidak melihat suku, ras, agama, tidak melihat profesi, bahkan tidak melihat kadar intelektualitas seseorang. “Seorang Jendral, Profesor, kalau kena virus ini akan goblok mendadak.”
Radikalisme merupakan gerakan (paham) yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan dari tatanan yang sudah ada.
Radikalisme telah menjadi lahan subur dengan ditandai munculnya kelompok dari paham baru termasuk paham agama yang mengatasnamakan Islam radikal.
Paham radikalisme dilakukan oleh kelompok ekstrimis yang berfikiran tertutup. Kelompok ini hanya patuh pada perintah guru dan kelompoknya, serta menutup diri dari masyarakat umum.
Di Indonesia gerakan radikalisme lebih pada permasalahan gerakan yang ingin mengubah ideologi negara. Tujuan utama dari gerakan radikalisme sejatinya ingin mengganti kekuasaan negara dengan cara menggulingkan pemerintahan dan politik yang sah.
Di Indonesia negaranya damai, walau banyak perbedaan, baik suku, agama, ras, dan lain-lain tidak ada masalah. Paham radikalisme diajarkan oleh kelompok radikal intoleransi di Indonesia. Mereka berkedok agama. Apalagi penduduk Indonesia mayoritas pemeluk Islam, mereka menyebarkan ajaran Islam radikal.
Pelaku radikalisme membentur benturkan agama dengan tujuan politik. Kalau orang sudah terpapar dengan paham radikalisme, maka munculah terorisme dengan mengatasnamakan jihad melawan kedzoliman.
Hati-hati saja untuk semua warga negara Indonesia. Paham radikalisme dan terorisme di Indonesia semata-mata ingin memperjuangkan berdirinya negara Islam Indonesia atau negara khilafah.
Indonesia sudah punya dasar negara Pancasila. Dasar negara ini diambil dari sendi-sendi kehidupan nenek moyang kita. Hidup gotong royong, rukun berdampingan dengan masyarakat yang multi etnis dan beragam agama. Kehidupan yang mengedepankan toleransi beragama dan saling menjaga kerukunan untuk kokohnya persatuan dan kesatuan negara.
Tidak ada pecah belah, saling menghina keyakinan beragama. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
Kalau ada virus radikalisme, intoleransi dan terorisme seharusnya segera diatasi, dengan diingatkan kembali bahwa Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila. Pahami sila demi sila dalam Pancasila. Ke-5 sila dalam Pancasila sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Mengapa di Indonesia marak dengan paham radikalisme dan terorisme? Ya karena di Indonesia mulai ada pengajian-pengajian dengan label “hijrah” kemudian “kembali ke sunah” yang dibawa kelompok Wahabi Salafi. Kelompok ini menganut mazhab pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab. Kelompok ikhwanul muslimin yang lebih dikenal dengan PKS. Kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi khilafah. Dan tentu banyak lagi kelompok radikalisme lainnya seperti FPI, NII, JAD, JI, ISIS dan lain-lain chile leadersnya.
Bahayanya virus radikalisme dan terorisme sangat fatal bagi perkembangan otak manusia. Karena radikalisme dan terorisme muncul dari respon rasa frustasi dan pemberontakan. Hal ini bisa terjadi kalau seseorang salah memilih guru ngaji dan ikut pengajian dari ustad radikal intoleransi.
Orang yang sudah tercuci otaknya memahami agama secara kaku, sempit dan tekstual tanpa memahami konsep agama dari sumber lain.
Orang yang sudah kena faham radikalisme tiba-tiba menjadi bodoh atau goblok secara mendadak. Walaupun gelar doktor profesor sekalipun kalau sudah kecuci otaknya dengan paham radikalisme dan terorisme pasti otaknya jadi *BOTOL* alias bodoh dan tolol. Kayak zombi ke mana-mana alam pikirannya digerakkan oleh orang lain atau ustad guru ngajinya.
Wahai semua komponen anak bangsa berhati-hatilah dalam memilih guru ngaji. Ikutlah guru ngaji dengan kultur Nahdlatul Ulama atau kiai NU. Insya Allah kiai dan ulama NU sanad keilmuannya tidak diragukan lagi. Mereka memiliki guru yang langsung terhubung dengan Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi Muhammad SAW pembawa ajaran Islam rahmatan lil alamin.
Nurul Azizah, penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi.’