Penulis: Roger P. Silalahi (Joy)
Orang akan bingung melihat foto AKP Dody yang dipajang, bukan AKBP Dody Prawiranegara, sebabnya adalah karena saat AKP itulah saya mulai mengenal Polisi muda ini.
Waktu itu saya masih bekerja sebagai Corporate Loss Prevention Manager yang berkantor di wilayah Kuta – Bali. Ada Kapolsek baru di sana saat saya mengurus kasus pencurian di salah satu anak perusahaan dari tempat saya bekerja tahun 2008. Sulit sekali saya bertemu, sibuk terus, sampai saya merasa diacuhkan, sampai saya bergumam; “Sombong sekali Kapolsek baru ini…”.
Setelah menunggu lebih dari 3 jam, saya kesal, lalu menghubungi seorang Kombes yang kebetulan dekat dengan saya, saya minta beliau menghubungi Kapolsek baru ini agar menyediakan waktu untuk saya. Selang 3 menit, Kapolsek baru berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) bernama Dody Prawiranegara buka pintu dengan muka marah.
“Bapak ini mau apa…?”, “Kenapa harus telepon sampai saya kena damprat…?”, “Bapak pikir saya tidur di dalam…?”
Saya senyum saja, lalu dia suruh saya masuk ruangannya, diam beberapa saat, lalu dia tanya lagi; “Ada perlu apa Bapak…?”, nadanya masih kencang. Saya bicara layaknya saya bicara pada Polisi di manapun, dengan sopan, saya sampaikan maksud saya mengkoordinasikan penanganan kasus pencurian di anak perusahaan tersebut. Koordinasi berjalan, saya puas, kasus tuntas, sesuai dengan harapan, tanpa uang.
Dalam pengurusan kasus inilah saya jadi banyak bertemu Bang Dody, saya selalu panggil dia Bang Dody, walau umurnya jauh di bawah saya, itu cara saya menghormati semua yang berhubungan dengan saya, Bang atau Mbak, tanpa melihat usianya. Dari sering bertemu, jadi sering berdiskusi, bercerita mengenai berbagai pengalaman.
Dari berbagai cerita itu dapat saya simpulkan, polisi model apa Bang Dody ini. Dari situ juga saya berkesempatan menunjukkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk Kuta, yang ditanggapi dengan sangat baik, dan bahkan dikembangkan lebih dari idea awal yang diajukan.
Keluh kesah kadang keluar juga, bagaimana harus menuntaskan berbagai permintaan atasan; “Kalau atasan cuma 1 sih saya tidak pusing Bang, satu Brigade ini hitungannya…” kata Bang Dody sambil tertawa kecut.
Polisi muda ini keras dan tegas, disiplin dan suka kebersihan, dan benar apa yang dikatakan orang, Bang Dody taat beragama, sholat tidak boleh lewat. Jumatan selalu bersama anggota, jalan bareng dengan muka ‘gembil’nya yang bagi saya selalu terlihat seperti anak-anak yang lucu.
Ya, Bang Dody humoris, kalau tertawa tidak mau kalah dari saya yang orang Batak, adu kuat suara lah kita kalau tertawa. Tidak satu hal buruk yang fatal yang saya lihat atau dengar terkait Bang Dody.
Anak Malang ini hanya sedikit temperamental, doyan bicara dan bercerita tentang berbagai kiprah sebagai polisi, yang kadang sampai 2-3 kali dia ceritakan lagi, tidak apa, anak muda yang penuh dengan semangat, bangga dengan prestasinya, bangga pada ayahnya, dan tidak pernah lupa pada Tuhannya.
Selesai dari Kuta, Bang Dody tugas di Jatanras Tangerang, kita masih sering ngobrol di telepon, saya bilang, pas sudah Jatanras ya, habislah semua bisa Bang Dody hajar di sana. Bang Dody tertawa lalu bilang, “Seru Bang, tapi capek gila, pagi sampai pagi sampai pagi…”.
Saya hanya mendengarkan beberapa cerita dalam beberapa kali telepon, dan perlahan tapi pasti, masing-masing hilang dalam kesibukan masing-masing. Hingga akhirnya putus kontak. Kaget saya membaca nama Dody Prawiranegara yang sekarang ternyata sudah AKBP, dikaitkan dengan TM yang Kapolda itu
Saya tidak tahu apakah Bang Dody ini bersalah atau tidak, bagaimana cerita keseluruhannya, saya hanya tahu, bahwa bagi saya, rasanya tidak mungkin Bang Dody mau bermain di kekotoran narkoba, kalaupun ada yang mengatakan demikian, saya tidak percaya.
Sepengenalan saya, anak muda yang sudah tidak muda lagi itu adalah seorang patriot, pekerja keras, bernyali besar, setia kawan, walau keras kepala, tapi tunduk pada perintah atasan, dan taat pada perintah Tuhan.
Roger P. Silalahi