Tragedi Stadion Kanjuruhan: Ratusan Orang Meninggal, Siapa Tanggungjawab?

Penulis: Andre Vincent Wenas

Betul, ini tragedi kemanusiaan. Ratusan nyawa anak bangsa melayang percuma. Konyol memang. Kita sedih dan marah, campur aduk bikin lidah jadi kelu. Speechless…

Bagaimana itu sampai bisa terjadi? Pertanyaan retrospeksi, tak bisa membangkitkan lagi ratusan nyawa yang sudah melayang. Hanya bisa berguna agar kedepannya tak sampai terulang lagi. Untuk antisipasi.

-Iklan-

Surabaya dan Malang, sama-sama Jawa Timurnya. Tapi soal sepakbola mereka beda, musuh bebuyutan malahan. Sama-sama ‘Arek’, tapi soal sepakbola ‘Arek-Malang’ beda dengan ‘Arek-Suroboyo’. Persamaannya: sama-sama gak mau kalah!

Kita semua heran, setelah kalah 2-3 dari Persebaya, para fans Arema FC turun ke lapangan hendak menemui tim dan official Arema FC, katanya mau tanya kenapa kalah?

Lho! Khan sudah menyaksikan langsung tadi pertandingannya. Ngapain juga mesti pakai interview segala ke tim dan officialnya? Lalu kalau sudah nanya apakah skor bisa berubah dan jadi menang?

Gegara massa sudah membludak dan mulai ricuh, pihak keamanan melepas gas airmata. Massa panik dan berebutan ke pintu keluar, berdesakan, berhimpitan, sesak nafas, dan sebagian meninggal di tempat, sebagian lagi di rumah sakit. Terdata awal 127 orang meninggal, sementara 180 lainnya masih dirawat, kemungkinan yang meninggal bisa bertambah katanya. Duh! Sedihnya.

Tragedi Sepak Bola 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang – Jawa Timur ini adalah yang kedua terbesar di dunia setelah prahara di Stadion Nacional, Lima-Peru, 24 Mei 1964. Pertandingan Peru vs Argentina berujung ricuh gegara dianulirnya gol Peru untuk menyamakan skor. Supporter Peru mengamuk.

Gas air mata pun ditebar, massa panik, berebutan keluar, berdesakan, behimpitan, sesak nafas dan akhirnya 328 orang meninggal, dan 500 lainnya luka-luka. Tragis.

Retrospeksi mesti diikuti introspeksi yang jujur oleh masing-masing pihak: fans/penonton, official tim, pengelola stadion, kepolisian, PSSI sampai Kemenpora. Tak boleh ada yang cuci tangan dan saling lempar tanggungjawab!

Giring Ganesha, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia dalam siaran persnya (2 Oktober 2022) sudah tegas menyatakan, “Kepolisian, PSSI dan Kemenpora harus bertanggung jawab atas kejadian mengerikan ini. Tidak bisa selesai hanya dengan saling melempar tanggung jawab.” Jelas!

Tak hanya sampai di situ, Giring bilang, “Seluruh keluarga korban harus mendapat santunan, dan aparat keamanan harus mengusut tuntas penyebab kerusuhan, permasalahan ini mesti diselesaikan dengan terang-benderang.”

Sekarang liga terancam dibekukan oleh FIFA. Kalau sampai ini terjadi pasti berat bagi atlet, dan dunia olahraga sepakbola Indonesia.

Pelajaran pahit.

Dan ini mestinya jadi pembelajaran soal manajemen event pertandingan: soal perencanaan, pengelolaan dan antisipasi kejadian. Aparat keamanan, dan pengelola stadion jangan pernah lengah, mesti selalu ada rencana kontingensi. Kemenpora serta PSSI juga mesti ada protap pertandingan yang standar, serta ditaati dalam pelaksanaannya dengan disiplin yang tinggi.

Kemudian, kita semua para penonton, para fans sepakbola? Setelah menelan pil pahit seperti ini, apa yang mesti kita lakukan (selain penyesalan)???

02/10/2022
Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here