Satu Kali Kau Bid’ahkan Amalan NU, Seribu Kali Kami akan Mengamalkannya

Penulis: Nurul Azizah

Suatu ketika penulis punya hajatan mengadakan pengajian dan mengundang group hadroh (rebana). Tentunya pengajian tersebut diisi maulidul Rosul sebelum acara mauidhoh hasanah. Saat group hadroh membawakan sholawatan dengan berbagai lagu, banyak anak-anak yang mendekat demikian juga ada beberapa anak-anak kelompok wahabi salafi.

Mereka yang hadir bergembira ria ketika group hadroh menampilkan kesenian rebana dengan lantunan sholawat Nabi sebagai salah satu bukti kecintaan pada Nabi Muhammad SAW. Selain bersholawat group hadroh juga membacakan Al Barjanji. Semakin semangat rasanya ikut sholawatan.

-Iklan-

Tiba-tiba suasana agak terganggu manakala anak-anak wahabi yang ikut melihat acara sholawatan tersebut dijemput kakaknya.

Kakaknya bilang: “Jangan ikut kegiatan ini, kafir, ini bid’ah.” Sambil menarik tangan adiknya, mereka pada meninggalkan rumah penulis.

Mendengar ucapan tersebut, penulis hanya bisa mengelus dada. “Jadi orang kok kasar amat, iri melihat orang bahagia.”

Belum dewasa sudah berani berkata “Kafir dan Bid’ah” pada sesama pemeluk Islam. Apa jadinya kelak kalau dewasa, pasti semakin benci terhadap sholawatan atau diba’an yang menjadi amalan warga Nahdlatul Ulama (NU).

Penulis tidak sakit hati dibilangi kafir dan ahli bid’ah. Selama yang bilang itu orang wahabi salafi tidak masalah. Dibilang kafir ya kembali bersyahadat, dibuat happy saja.

Lha sudah jadi kebiasaan kelompok wahabi salafi. Kalau ada amalan NU pasti dibid’ah-bid’ahkan. Tidak hanya sholawatan, maulidan saja, namun semua amalan NU dibid’ahkan. Yasinan, ziaroh kubur, manaqiban, tahlilan, yasinan, maulidan, burdahan, semak’an Qur’an dan amalan NU lainnya bid’ah di mata wahabi.

Satu kali kau bid’ahkan amalan NU, seribu kali kami akan mengamalkannya. Semakin kami dibid’ahkan maka kami bersama jamaah majelis dzikir dan sholawat akan terus melakukan amaliyah NU. Di aula Majelis dzikir dan sholawat Al-Fadhilah yang dipimpin oleh KH. Dr. Iman Fadhilah, M.Si, kami rutin melakukan sholat fardhu berjamaah. Sehabis sholat fardhu kami berdzikir, dan pembacaan al-qur’an. Surat Yasin dibaca sehabis sholat magrib, surat al-Mulk dibaca habis sholat subuh. Sedangkan di waktu lain kami membaca surat-surat lain di dalam Al-Qur’an.

Setiap malam Senin, ada pengajian fikih, Rabu malam Kamis kajian kitab Nashaihul ‘Ibad (nasehat yang baik bagi hamba) karangan Ulama Kharismatik dari Banten, Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani. Malam jumat secara rutin ada maulidan, burdahan, setoran ngaji attaqo (wirid QS Al-Ikhlas) dan setoran wirid sholawat Jibril serta sholawat lainnya. Setiap ada pengajian selalu diiringi hadroh sholawatan dan Al-Barjanji.

Walau berdampingan dengan kelompok wahabi salafi, amaliyah-amaliyah NU terus berjalan. Kami warga NU melestarikan dan menjalankan amaliyah NU agar sebutan Nahdliyyin tidak tertera pada tanda pengenal saja, namun tercermin dalam tingkah laku keseharian.

Ngaji kitab bersama kiai-kiai yang ilmunya luas dan luwes serta jelas sekali sanad keilmuannya.

Alhamdulillah amaliyah NU terus berjalan, tidak ada yang bisa menghentikan kami. Walau di luar sana banyak para pembenci NU terus menebar kebencian dengan istilah bid’ah.

Kata bid’ah digunakan oleh kelompok wahabi salafi dan kelompok lain untuk menyudutkan yasinan, tahlilan, manaqiban, maulidan, yasinan, dzikir, ziarah kubur, semakan qur’an, burdahan, tabarrukan dan lain sebagainya.

Semakin dibid’ah-bid’ahkan amaliyah ahlusunnah waljamaah An-Nahdliyah maka amalan NU semakin lazim dan semakin banyak warga yang mengamalkannya.

Kami warga Nahdliyin akan semakin khusyuk mengamalkannya. Apalagi amalan-amalan ini dibimbing dan didampingi para kiai-kiai NU, ya ‘Ikan Hiu, Ikut Cucut, Yuk lanjut.’

Warga Nahdliyin memilki komitmen yang kuat, yaitu sam’atan wa thaa’tan (senantiasa mendengar dan menta’ati) kepada para guru alim ulama NU. Dengan terus bersama para kiai-kiai NU yang sanad keilmuannya tidak diragukan, kita bisa menepis setiap keraguan terhadap amaliyah NU. Kita pertahankan amaliyah NU sebagai wujud bakti kita pada para pendiri NU. Sebagai sarana lebih dekat lagi dengan Allah SWT dan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU Di Sarang Wahabi”. Minat, hub. penulis 0851-0388-3445.

Buku
Buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi” karya Nurul Azizah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here