Penulis: Nurul Azizah
Setelah hari Raya Idul Fitri Syawal 1443 H, penulis rajin ziarah ke makam waliyullah yang ada di Semarang, Grobogan, Kendal, Demak, Kudus, dan Klaten.
Keinginan berziarah ke makam waliyullah terus muncul dan enjoy saja, ada kesempatan berangkat tanpa pikir panjang. Tentunya ke makam kedua orang tua dan orang-orang terkasihpun tidak lupa.
Ternyata daerah sekitar tempat tinggal penulis terdapat banyak makam waliyullah.
Keinginan mengenal perjuangan waliyullah dalam syiar agama Islam sangatlah kuat. Keinginan demi keinginan itu tidak bisa dibendung.
Penulis awali dari daerah kelahiran yaitu daerah Gubug Grobogan Jawa Tengah. Penulis berziarah ke makam Simbah Buyut Daleman Abdurrahman. Makamnya dekat sungai Tuntang Gubug Grobogan.
Simbah buyut Abdurrahman sebenarnya keturunan Dalem Keraton Surakarta. Beliau dan istrinya adalah ulama besar Kesultanan Surakarta. Pergi berkelana bersama istrinya untuk syiar Islam. Mereka berdua melepaskan identitasnya dan menyamar orang biasa agar bisa diterima oleh masyarakat.
Mengapa simbah Daleman Abdurrahman mendirikan rumah dan masjid di tepi sungai besar? Kok tidak di tengah perkampungan dekat jalan raya? Tujuannya ya karena simbah Abdurrahman menjadi tameng kalau warga di dekat sungai ada musibah, waliyullah ini yang mengetahui duluan dan berusaha menghalau musibah yang datang menimpa warga di sekitar sungai.
Waliyullah yang makamnya dekat sungai adalah makam simbah Habib Luhung Alwi Semarang, leluhurnya Habib Lutfhi bin Yahya Pekalongan. Menurut cerita ada makam waliyullah yang berada di daerah aliran sungai, terkadang orang-orang berziarah memohon doa. Tetapi ada juga yang datang untuk meminta wangsit nomor togel (totohan gelap). Orang datang ke makam untuk minta nomor togel dipastikan akan jatuh ke sungai. Demikian cerita warga sekitar makam mbah Luhung Alwi.
Makam yang berada persis di tepi sungai dijaga warga Dadapan kelurahan Sendang Mulyo dan warga Tunggu Meteseh. Karena sungai tersebut sebagai batas kedua desa tersebut.
Walau sungai itu sering banjir tapi warga di kedua desa terhindar banjir. Alhamdulillah makam tersebut membawa berkah pada kedua desa itu.
Kemudian makam waliyullah yang di atas puncak gunung adalah Makam Sunan Muria di Kudus. Di samping itu makam yang penulis pernah kunjungi adalah Sunan Bayat Ki Ageng Pandanaran di Klaten.
Makam Sunan Muria merupakan makam yang cukup unik karena berada di lereng Gunung Muria. Akses menuju makam lumayan berat karena berada di puncak sebuah Gunung Muria yang berada di sebelah utara dari Kudus. Apabila ingin ke atas, pengunjung harus mendaki anak tangga sebanyak kurang lebih 700 anak tangga dari pintu utama gerbang. Kalau tidak mau naik anak tangga ya cukup naik ojek yang mangkal di sekitar area makam.
Makam di atas gunung yang penulis kunjungi adalah makam Sunan Bayat yang berada di atas pegunungan Jabalkat di wilayah kecamatan Bayat Klaten Jawa Tengah.
Keinginan penulis untuk ziarah ke makam waliyullah terus dan akan terus terpupuk dengan harapan suatu saat nanti penulis bisa berziarah ke makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW di Kota Madinah al-munawwaroh, aamiin.
Pada tanggal 9 Juni 2022 penulis juga ziarah ke makam Simbah Dimyati Rois di Kendal. Beliau juga waliyullah yang ikut menyebarkan Islam di Kendal dan sekitarnya. Makam Mbah Dimyati Rois Kendal banyak dikunjungi peziarah dari berbagai Kota di Jawa Tengah.
Pada hari Rabu, 13/7/2022 penulis ziarah ke makam Syekh Mudzakir. Makam ini kelihatan aneh karena tampak mengapung di tengah Pantai Sayung Demak.
Walau tampak mengapung, ketika penulis berziarah di tengah pantai tersebut, makamnya biasa tuh tidak ikut bergoyang karena ombak laut. Makamnya anteng saja, seperti di daratan, cuma lantainya dingin sekali.
Syekh Abdullah Mudzakir merupakan salah satu ulama besar yang mensyiarkan Islam di kawasan Pantai Sayung Demak.
Salah satu karomahnya yang diberikan Allah kepada mbah Mudzakir makamnya tidak terendam air laut, padahal berada di tengah pantai Sayung Demak.
Makam-makam para waliyullah tempatnya unik-unik, ada di tepi sungai, di puncak gunung ada juga di tengah pantai. Mengapa demikian? Karena beliau-beliau waliyullah sebagai tameng pertama yang mengetahui jika ada sesuatu yang akan datang ke warga sekitar tempat beliau tinggal. Sesuatu yang akan datang biasanya berupa musibah atau bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, banjir rob, gunung meletus dan lain sebagainya.
Itulah jasa besar pengabdian para waliyullah untuk ikut menjaga warga sekitar dan syiar agama. Mereka iklas melepaskan urusan duniawi untuk menjadi waliyullah menjaga keselamatan warga di sekitar tempat tinggalnya. Tidak hanya di dekat sungai, tapi juga di puncak-puncak gunung bahkan di tengah pantai atau laut.
Penulis selalu tekankan ke diri sendiri dan para jamaah yang ikut rombongan ziarah akan manfaat dan keberkahan ziarah ke makam waliyullah.
Manfaat berziarah ke makam waliyullah dan poro ulama disamping akan mendatangkan keberkahan bagi para peziarah juga menyadarkan mereka akan kealiman dan kesholehan beliau-beliau yang ada dalam kubur. Juga mengetahui jejak syiar Islam di daerah sekitar makam tersebut.
Semoga Allah SWT menuntun langkah ini untuk bisa berziarah ke makam Rosulullah Nabi Muhammad SAW, aamiin.
Nurul Azizah penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi‘, minat hub. penulis ke no WA 0851-0388-3445
Nurul Azizah penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi‘, minat hub. penulis ke no WA 0851-0388-3445