Agen Asing dan Lokal, Cukong Pendana, Sutradara Gerakan Radikal Barbar Pengasong Khilafah Kebal Hukum yang Tidak Akan Terjaamah oleh Aparat Penegak Hukum
Penulis: Wawan Soehardi
Minggu 3 Juli 2022
Sesungguhnya, Amir khilafatul muslimin, imam jumbo fpi, pimpinan gerakan 212, kader dan pimpinan Hizbut Tahrir Indonesia, ijtima ulama abal-abal, dsb. yang hendak melakukan makar, hanyalah pion pelaksana proyek khilafah-khilafahan yang kapasitas intelektualnya tidak cukup untuk melakukan desain skenario pergerakan strategis yang mempunyai efek gentar yang cukup.
Secara keilmuan dan penguasaan kitab mereka kalah sangat jauh dari santri-santri “junior” pondok pesantren salaf, namun mereka para manusia yang diustadkan oleh pengasong khilafah mempunyai keahlian yang ditanamkan yaitu; agitasi, propaganda, provokasi, manipulasi dan distorsi.
Sutradara di belakang mereka berdiri orang-orang “super kuat” cukup dikenal publik, kaya raya, bergelimpangan kemewahan yang memainkan langkah-langkah bidak skenario dengan perhitungan strategis matang yang dilengkapi dengan akomodasi anggaran yang berlimpah ruah.
Orang-orang yang di belakang layar ini mempunyai posisi tawar yang cukup tinggi, mampu ‘memberikan ketakutan’ kepada aparat penegak hukum, mampu membayar, menggoyang situasi sosial politik nasional yang mempunyai efek instabilitas cukup besar.
Dan inilah yang membuat gamang para penegak hukum.
Mereka adalah orang-orang berduit, ada yang sebagian menciptakan partai, ormas, LSM, sanggup membayar, memobilisasi, mendikte dan menggerakkan beberapa organisasi mahasiswa, gerakan buruh dan seterusnya, yang mempunyai pesuruh jongos ahli-ahli strategis orang-orang terdidik mantan militer dan sipil serta mampu mendesain manipulasi kekacauan dan me-manage konflik sesuai harapan mereka dari balik layar yang tersembunyi.
Anda akan terkejut ketika mengetahui nama-nama terkenal, mentereng dalam kancah politik nasional, pengusaha berduit dari lintas agama dan tokoh bekas militer serta sipil berkolaborasi duduk dalam struktur organisasi yang mampu menampung serta memobilisasi orang-orang radikal yang hendak melakukan desain skenario mendorong situasi chaos dengan issue bahwa NKRI serta Pancasila tidak relevan dan patut diganti dengan sistem khilafah, issue agama, issue ketimpangan sosial dan issue lainnya.
Sementara itu agen intelijen asing baik yang berasal dari dalam negeri dengan kulit sawo matang dan yang berasal dari luar negeri berkulit putih dalam beberapa kasus dijadikan mentor senior yang melatih, melakukan doktrin, membangun desain serta skenario yang membangkitkan kebencian terhadap pemerintah yang sah. Seringkali berdasarkan issue sentimen keagamaan, menumbuhkan kebencian berdasarkan ras, menaikkan tensi untuk tidak percaya kepada pemerintah yang sah dan rajin mendorong untuk melakukan upaya gerakan makar.
Dalam pengamatan penulis, ada yang cukup membuat penulis melongo terkejut dengan fakta duduknya beberapa pengusaha sukses, politikus ternama sipil mantan militer sebagai ketua dewan pembina dan posisi strategis lainnya di beberapa ormas, LSM dan partai baru yang mampu melakukan mobilisasi dan pengorganisasian terhadap personel-personel militan radikalis pengasong khilafah dan mampu membiayai berbagai gerakan mahasiswa, gerakan buruh dan yang lainnya serta ormas-ormas tersebut.
Di beberapa ormas dan partai baru tersebut, penulis menemukan pola gejala yang sama dalam pola gerakan pembentukan ormas dan partai baru tersebut, yaitu hendak membangun image bahwa semakin banyak ormas dan partai yang tidak sepaham dengan pemerintah maka legitimasi untuk merobohkan kekuasaan menjadi lebih mudah.
Mereka akan menciptakan sebanyak-banyaknya “organisasi sekoci” tidak peduli organisasi tersebut gurem, yang penting jumlahnya banyak.
Ciri yang lain biasanya ditandai dengan iming-iming bantuan usaha dalam jumlah nominal yang keren untuk menarik minat keanggotaan, walaupun realisasinya ada yang zonk, lucunya yang disalahkan pemerintah. Yang penting anggota bisa didapat dulu lewat KTP dan permohonan masuk keanggotaan.
Organisasi tersebut bisa berbentuk partai, LSM baru, ormas baru, dan disamping itu memperkuat infiltrasi kepada organisasi-organisasi yang telah ada sejak lama.
Maraknya ormas baru dan partai baru tersebut, sebagian menurut penulis adalah sekoci grand design operasi intelejen tertentu sebagai persiapan proxy war jangka menengah dalam menghadapi 2024, jangka panjang memecah NKRI menjadi berkeping-keping dengan alat proyek politik identitas khilafah dan issue agama lainnya.
Kedekatan person-person yang pernah terdidik dalam dunia intelejen baik mantan militer maupun sipil, ditumpangi politikus dan pengusaha-pengusaha cukong hitam mempunyai kerjasama yang erat dengan agen intelejen luar negeri akan terus menerus memainkan design manipulasi sosial politik, menggoyang setiap elemen kehidupan bernegara yang melahirkan ketidakpercayaan.
Sementara agen asing memainkan peran menyuntikkan dana, mengatur strategi, menghitung skenario lewat beberapa simulasi, menjadi mentor dan sekaligus bermain dua kaki, satu kaki memainkan emosional fanatisme kaum radikal khawarij minoritas yang kebetulan beragama Islam. Di sisi lain sekaligus mengatur design non muslim tentang ritme, melakukan manipulasi dan distorsi terhadap tafsir theologi Islam, dengan tujuan agar keduanya bisa saling dibenturkan, untuk selanjutnya diantara keduanya; non muslim dan muslim dikobarkan semangat saling curiga dan menumbuhkan kejenuhan stereotipe yang dikentalkan.
Agen-agen tersebut dalam pengamatan penulis bisa masuk lewat banyak pintu, bisa berperan sebagai motivator, pemuka agama dari kedua pihak, dosen dan lain sebagainya yang dijalankan sangat rapi penuh perhitungan.
Namanya saja operasi intelijen yang tidak akan diakui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Saya benar-benar tidak yakin penegak hukum bisa menjangkau operasi intelijen kolaborasi antara agen asing negara digdaya barat dengan agen-agen lokal yang di-back up oleh politisi dan pengusaha hitam. Walaupun orangnya ya, yang itu-itu saja.
Kalimat kuncinya adalah; kegaduhan ini dibiayai, dipelihara dan diciptakan dengan design yang terencana.
Insyaallah bersambung.
Baca juga: