PNIB: Sugik Nur Mantan Sales Pembalut Wanita, Bukan Ulama’ Jangan Asal Bikin Fatwa Haram kepada Ganjar, Puan, Prabowo

SintesaNews.com – Sugi Nur Raharja, mantan sales pembalut wanita yang mengaku sebagai ulama, kembali mengeluarkan pernyataan asal-asalan dengan menyebut haram memilih Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Prabowo Subianto, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno, sebagai capres 2024.

“Haram milih Ganjar, haram milih Erick Thohir, haram milih Puan Maharani, haram milih Prabowo Subianto, haram pilih Sandiaga Uno,” ujar Sugik Nur, seperti diunggah akun Instagram @jayalah_.indonesia1945, Selasa (14/6/2022).

Sugik mengemukakan salah satu alasannya bahwa kalau tokoh-tokoh yang disebutnya di atas menjadi presiden, akan menyusahkan “ulama seperti dirinya.”

-Iklan-

Ceramah ngaco Sugik yang kerap membuat gaduh publik sontak memantik reaksi netizen.

Ketua Umum PNIB (Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu) AR. Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) pun juga langsung menanggapi dengan keras.

“Nur Sugik itu mantan sales, bukan Ulama’ jangan asal bikin fatwa haram kepada Ganjar, Puan, Prabowo, para putra terbaik bangsa,” kecam Gus Wal.

“Sugik Nur Raharja dan siapa pun yang berdakwah di atas mimbar, berkhotbah mau pun berorasi di mana pun dengan membawa-bawa agama wajib menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam yang dibawa oleh baginda Rosululloh Nabi Muhammad SAW, yang selalu mengajak kepada ketaqwaaan dengan selalu mengajak kepada salam perdamaian dengan penuh kelembutan dan cinta kasih.”

“Jadi kalau kembali Sugik Nur Raharja dan lain sebagainya kemudian hari menyampaikan ujaran-ujaran provokasi, propoganda dalam bentuk apapun yang menyerukan kepada permusuhan, ujaran kebencian kepada suatu golongan, terlebih kepada negara, maka masyarakat jangan pernah ragu-ragu untuk menolak kehadiran mereka, menolak acara/kegiatan mereka dan meminta atau pun memaksa kepada aparat penegak hukum untuk melarang dan membubarkan acara mereka,” tegas Gus Wal.

Baca juga: PNIB: Tolak Sugik Nur Raharja dan Semua Da’i Provokator, Agar Tak Racuni Masyarakat dengan Kesesatan Kebohongannya

Dari penelusuran redaksi, Sugik Nur di masa lalu juga pernah menjadi tukang obat di pinggir jalan, yang kerap mengandalkan keahlian cuap-cuap untuk meyakinkan para penontonnya hingga terpengaruh untuk membeli obatnya. Sambil terus cuap-cuap, tukang obat itu seakan menghipnotis orang-orang yang berkerumun menontonnya. Atraksi yang diocehkan oleh si tukang obat biasanya memang bombastis, sebagai cara efektif menarik massa.

Tanpa pernah belajar agama dengan benar, apalagi pernah terbukti Sugik Nur tak bisa mengaji Alquran, entah dari mana klaim ‘ulama’ yang diakuinya sendiri. Itu sebabnya Sugik Nur sering mengucapkan kata-kata “Dobol! Matamu picek!” Dan kalimat-kalimat hasutan yang jauh lebih buruk, yang tak mencerminkan kata-kata penceramah agama. Hanya karena berpakaian dengan simbol-simbol agama, ocehannya dipercaya sekelompok orang, padahal merupakan hasutan, makian dan ujaran kebencian.

Baca juga: Masyarakat Jengah, UAS Ditolak di Mana-mana, Kini Warga Jonggol Tolak UAS Datang

Gus Wal meminta agar Program Sertifikasi Da’i oleh Kementrian Agama beserta Kakanwil Kemenag Provinsi hingga daerah, segera dilakukan,

“Sertifikasi Da’i ini sangat penting, agar di masa mendatang tak ada lagi provokator, teroris atau pun propoganda HTI radikalisme terorisme menyamar menjadi ustaz/ulama’ dan meracuni Rakyat Indonesia dengan faham/ideologi sesat radikalisme khilafah komunisme terorisme,” jelas Gus Wal.

Gus Wal menekankan pentingnya menjaga keselamatan generasi bangsa Indonesia di masa depan, salah satunya dengan menjaga daerah kita dari propaganda para da’i-da’i provokator yang selalu membuat resah umat islam Indonesia dan Rakyat Indonesia dengan segala bentuk provokasi dan propagandanya.

“Semua demi kemashlahatan Bangsa Indonesia di masa depan, demi anak cucu kita ke depan lebih baik,” tambahnya.

“Bersama kita galakkan persatuan dan kesatuan anak bangsa. Gelorakan Semangat Cinta Kasih dan perdamaian anak bangsa Indonesia,” pesannya.

Gus Ganjar

Gus Wal kemudian mengungkapkan tentang latar belakang sosok Ganjar Pranowo yang ramah dan rendah hati. Tak banyak diketahui publik bahwa Ganjar Pranowo bisa disebut dengan Gus Ganjar.

“Kita sedikit mengupas tentang Ganjar Pranowo yang lebih layak disebut dengan Gus Ganjar, jauh dibandingkan dengan klaim penyebutan Sugik Nur sebagai Gus Nur.”

Selain memang terbukti berhasil memajukan Jawa Tengah di semua sektor, terbukti peka terhadap amanat penderitaan rakyat, sangat humanis, sangat menjunjung tinggi Persatuan Indonesia beserta Kebhinekaan nan kemajemukannya, bebas korupsi, sangat pro rakyat, Ganjar Pranowo juga merupakan seorang Gus.

Baca: Gus Wal: Bawa Jateng Daerah Terbersih dari Korupsi, Ganjar 2024 Presiden Dambaan Rakyat Indonesia

“Karena Ganjar Pranowo merupakan menantu seorang kyai,” ungkap Gus Wal.

“Ganjar Pranowo yang beristrikan Siti Atiqoh Supriyanti yang merupakan Putri dari KH. Mushodiq Supriyadi bin KH. Hisyam Abdul Karim.”

“Jadi Sah dan Benar kalau ada orang menyebut Ganjar Pranowo sebagai seorang Gus, Gus Ganjar Pranowo,” kata Gus Wal.

“Tentu tidak sembarangan KH. Mushodiq Supriyadi, ayahanda dari Siti Atiqoh Supriyanti menerima seorang menantu.”

“Tentu KH. Mushodiq Supriyadi bin KH. Hisyam Abdul Karim punya pandangan istimewa terhadap Ganjar Pranowo. Kalau biasa-biasa saja bukan istimewa, tentu tak akan diperbolehkan memperistri Siti Atiqoh Supriyanti yang masih Putri dari seorang Kyai dan cucu cari ulama’ kharismatik di Purbalingga yang juga merupakan pengasuh Pondok Pesantren Roudhus Sholihin Sukawarah Kalijaran, Karanganyar, Purbalingga Jawa Tengah,” jelas Gus Wal.

“Saat ini baru kita tersadar ternyata memang Politik Kerakyatan yang dilakukan dan dijalankan oleh Gus Ganjar Pranowo adalah cerminan fiqih (hukum) islam yang berbudaya nusantara ala NU yang mengedepankan kelembutan, sopan santun dan peduli terhadap penderitaan rakyat, dalam hal ini Gus Ganjar mungkin belajar banyak kepada KH Mushodiq Supriyadi, bapak mertuanya,” beber Gus Wal.

“Tidak Heran pula mengapa begitu ta’dhimnya seorang Ganjar Pranowo kepada para ulama’ dan kyai-kyai NU, terutama Almaghfurlah KH Maimoen Zubair, Bukan karena hal politis atau lainya, tapi karena Mbah Maimoen Zubair adalah guru dari KH Mushodiq Supriyadi bapak mertuanya,” terang Gus Wal.

Baca juga: Gus Wal: Ganjar Pranowo Representasi Perpaduan Islam Kaffah Aswaja dan Marhaenisme, Itulah Kenapa Sangat Dicintai Rakyat

Untuk itu Gus Wal mengajak masyarakat untuk menyadari bahayanya dai provokator, ulama dan ustaz karbitan yang tak pernah belajar agama tak bisa mengaji Alquran, namun hanya lihai cuap-cuap yang berisi ujaran kebencian, makian, dan provokasi.

“Tolak dai provokator! Sugik Nur, UAS, Novel Bamukmin, Yusuf Martak, dll.”

“Mari kita perkuat Nasionalisme Agama dan Budaya (NASAB) guna membentengi masyarakat dari ideologi transnasional khilafah radikalisme terorisme,” tegas Gus Wal.

“Jaga Kampung Desa dari bahaya laten FPI HTI NII dan dari paham ideologi transnasional Radikalisme Khilafah Terorisme.”

“Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara,” pungkasnya.

Baca juga:

Sugi Nur Gak Bisa Ngaji, Bikin Pesantren, Ditolak Warga

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here