Wasiat yang Mengancam

Penulis: Dahono Prasetyo

Sosok yang satu ini termasuk “kartu mati” untuk  urusan politik meskipun daya jelajahnya tinggi.

Bagi yang masih ingat, permintaan maaf dia atas fitnah Tabloid Obor Rakyat yang mendegradasi Jokowi dan keluarga besarnya sampai di titik paling rendah?

Tuduhan Jokowi keturunan PKI, antek China dan beragama Katholik hanya diselesaikan dengan minta maaf.

-Iklan-

Dia paham, Jokowi pemaaf bagi para pembencinya, atau pasal penyebaran berita bohong tidak mempan baginya. Saat meterai masih seharga 6000 tak juga berlaku.

Mimpinya menjadi pemersatu bangsa dilakukan dengan memecah bangsa. Memulainya dari keyakinan bahwa pengulangan kebohongan akan menjadi kebenaran. Kini mimpi itu kembali dirintis dengan mengatasnamakan “kegemilangan” Orde.

Dipikirnya Republik ini miskin sosok-sosok pembaharuan, sehingga memaksa para lansia turun gunung menyelesaikan persoalan bangsa.

Dua tokoh masa lalu bertemu untuk membicarakan amandemen konstitusi yang sudah mengubah tatanan orde baru. Begitulah konservatif berusaha mengeluhkan raibnya comfort zone. Pancasila dan UUD 45 dianggap sudah diselewengkan.

Sebagai tokoh elit ormas Pemuda Pancasilais seharusnya menjadi garda terdepan gerakan membela Pancasila. Namun justru diam saja saat melihat benalu khilafah mengobrak-abrik Pancasila. Di mana peran ormas Pancasilanya?

Cukup jadi juru parkir dan petugas keamanan di Lapangan Pancasila?

Gerilya politiknya cukup intens, masuk ke kantong-kantong gerakan militan. Yang terakhir di bulan November 2021 menghadiri Konggres ormas Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) di Bali. GPM “reborn” yang mati suri di bawah kepemimpinan almarhum Rachmawati Soekarnoputri, dibangkitkan oleh simpatisan Nasionalis. Naluri politiknya berkata, ormas GPM yang sempat menjadi musuh besar Orba cukup potensial jika kembali berkiprah. GPM harus dalam kendalinya. Kehadirannya membuka acara mendapat karpet merah, dengan sedikit transaksi logistik untuk perhelatan Konggres tersebut.

Namun kali ini dia salah perhitungan dan terperangah justru saat mendapat dukungan dari peserta Konggres GPM lengkap dengan yel-yel untuk maju sebagai Capres 2024. GPM yang disangkanya banteng tulen ternyata berisi kerbau. Marhaenis tulen itu anti antek Orba, kenapa juga dia yang diundang. Penciuman mereka cukup tajam ketika GPM di-reborn-kan untuk gerbong dukungan.

Tidak ada yang salah saat puluhan tokoh Orba menepi menghabiskan sisa usia, justru dia sebaliknya. Paling gencar tampil dengan style innocent tanpa dosa.

Jokowi sudah memaafkan, bahkan mengganjarnya dengan kursi senator. Tapi efek domino dari fitnahnya masih membekas dalam-dalam di sumsum tulang pendukung Jokowi –para pecinta Jokowi yang tak berharap mendapat hadiah atas militansinya.

So, sanksi politiknya kalau dia sedang muncul diam-diam ya tenggelamkan terang-terangan.
Gitu aja sih….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here