Penulis: Nurul Azizah
Peristiwa penolakan Ustadz Abdul Somad (UAS) masuk ke Singapura terlalu dibesar-besarkan oleh UAS dan para pemujanya. Kalau UAS mau berlibur ke Singapura kemudian ditolak oleh pihak imigrasi Singapura ya sudah pulang saja dan merencanakan liburan di tempat lain.
Begitu ditolak oleh Singapura UAS malah koar-koar di medsos, kalau dirinya beserta rombongan dideportasi dan ditaruh di ruang sempit ukuran 1×2 m. Pernyataan UAS adalah kebohongan UAS yang notabene seorang ustadz agar mendapatkan simpati dari para pemujanya dan gang kadrun yang tumbuh subur di Indonesia.
Setelah pernyataan UAS di-publish di medsos, dunia maya begitu ramai. Ada yang pro dan ada yang kontra.
Yang kontra pastilah sedulur nasionalis penjaga keutuhan NKRI yang membongkar kebohongan dan kesombongan UAS selama ini.
Ngakunya ustadz, tetapi prilakunya tidak mencerminkan sebagai pemuka agama. Seorang ustad itu kalau ceramah teduh dan menyampaikan isi ceramahnya dengan santun dan ikhlas, tidak memaki-maki dan membenci kelompok lain. Habis pengajian yang ada malah kebencian dan kesomobongan, kalau dirinya paling Islam dan berhak masuk surga.
Beda dengan pengajian dari ustad NU, fokus pada materi pengajian. Orang yang ikut ngaji hatinya berseri-seri tidak ada kebencian kepada semua umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Yang pro dengan UAS, seperti duo Fadli-Fahri kompak membela UAS dan menganggap Singapura ekstremis.
1. Fadli Zon
Anggota Komisi I DPR Fadli Zon menganggap perlakuan Singapura terhadap UAS adalah penghinaan. Fadli menyatakan UAS merupakan warga negara Indonesia yang terhormat. Selain itu dia seorang ulama dan intelektual muslim.
“Kejadian ini penghinaan, sangat tak pantas pihak Singapura memperlakukan UAS seperti itu termasuk deportasi tanpa penjelasan,” tulis Fadli Zon di akun Twitternya, Selasa (17/5/2022).
2. Fahri Hamzah
Fahri Hamzah yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua umum DPN Partai Gelora memprotes keras tindakan imigrasi Singapura yang menahan dan menolak UAS. Fahri Hamzah menyinggung luas negara Singapura kecil namun bersikap sombong.
“Negara se-upil aja blagu.. !” tulis Fahri melalui akun Twitternya, Selasa (17/5/2025).
Selain Fadli Zon dan Fahri Hamzah ada juga yang membela UAS yaitu Anwar Abbas dan Ahmad Dani. Yang intinya mereka semua menyesalkan tindakan Singapura yang melarang UAS masuk ke negara Singapura tersebut.
Ahmad Dani mengajak semua orang yang menjadi pengikut UAS, semua yang hormat pada UAS untuk tidak berpergian ke Singapura.
3. PKS
Selain itu ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga membela UAS, “PKS dorong pemerintah bela UAS, tuntut Singapura minta maaf dan tarik tuduhannya.”
Hal itu disampaikan oleh anggota DPR RI Fraksi PKS Bukhori Yusuf, yang mengaku prehatin dengan penolakan UAS oleh pemerintah Singapura. Bukhori menilai, tuduhan ke UAS itu sangat sensitif dan melukai umat islam Indonesia.
4. Pendukung Anies
Loyalis Anies sedih UAS jadi bahan olok-olokan netizen usai dideportasi dari Singapura. Loyalis Anies diwakili oleh Musni Umar yang menjabat Rektor Universitas Ibnu Chaldun .
“Saya sedih UAS dijadikan bahan olok-olok para buzzer. Padahal UAS seorang ulama dan ulama adalah pewaris para Nabi,” tutur Musni Umar.
5. PA’ 212
PA’ 212 juga ikut-ikutan membela UAS. Siapa lagi yang suka demo di hari Jum’at siang yang pakai mobil komando dengan toak yang begitu kenceng kalau bukan kelompok PA’ 212. PA (pendek akal) ini mau berdemo kalau ada yang menyuruh dan dipimpin oleh seorang korlap yang berdiri di atas mobil komamdo.
PA’ 212 saat demo malah diketawain banyak orang. “Hahaha dasar PA’ demo belain orang yang mau liburan dan berfoto-ria.”
PA’ 212 merasa tak terima dengan perlakuan Singapura yang melarang UAS masuk wilayah hukun Singapura.
Menanggapi demo dari kelompok PA’ 212, Guntur Romli, tokoh Islam liberal dan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) malah menertawakan menghadapi ancaman dari PA’ 212. Karena isi demo layak ditertawakan karena demo membela orang yang mau liburan.
“Somad ke Singapura untuk berlibur, belanja dan berfoto ria. Bukan untuk berdakwah. Terus ditolak. Terus 212 bikin demo belain orang yang mau berlibur, belanja dan berwisata di Singapura ya? Anda ada masalah dengan liburan dan belanja, hubungi 212,” kata Guntur di akun Twitternya.
Jadi menurut penulis, baik Fadli Zon, Fahri Hamzah, Anwar Abbas, Ahmad Dani, Bukhori Yusuf, Musni Umar, pendukung Anies dan kelompok PA’ 212 sengaja berkoar-koar membela UAS dengan tujuan merawat kebencian dan emosi pada pemuja UAS.
Mereka menunggangi UAS tetapi tidak berani mengucapkan atau membenarkan ajaran UAS yang dipermasalahkan Singapura tentang: Bom bunuh diri, ada jin di salib kristen, di atas mimbar suci sering ngucap kofar kafir dan haram, ngatain kafir ke agama lain, atau pernyataan haram lainnya (masuk ke tempat ibadah agama non islam, nonton drama korea, main dadu dan catur hukumnya haram dll).
UAS sering memanggil non muslim dengan panggilan kafir. Merayakan tradisi-tradisi yang ada di Nusantara juga dianggap kafir.
Merayakan tahun baru haram, itu budaya orang Yahudi, kemudian menikah beda agama menurut UAS itu zina, neraka jahanam tempatnya. Kemudian UAS juga sebut pembeli kopi starbucks berarti dukung LGBT dan akan masuk neraka.
Mereka dikenal oleh netizen 62 sebagai gank the druns (geng kelompok kadrun) dengan sengaja memberi pesan berisi hasutan dan ujaran kebencian yang mudah menyulut emosi para pemuja UAS. Emosi mereka tak terkontrol. Kebencian itu membabi buta, menghilangkan fikiran yang rasional menjadi tidak rasional. Apalagi diikuti rasa emosional.
Para pemuja UAS ramai-ramai mengajak masyarakat memboikot pergi ke Singapura dan memboikot produk dari Singapura.
“Jangan gunakan produk Singapura lagi, kalau masih ada di rumah, sudah saatnya dibuang,” teriak para pemuja UAS.
Mereka membuat hastag “Boikot Singapura.” Selain itu para pemuja UAS mendesak pemerintah Singapura untuk meminta maaf kepada UAS.
Para pemuja UAS menolak produk dari Singapura dan enggan berwisata ke Singapura. Bahkan menuduh Singapura Islamofobia.
Salah besar jika para pemuja UAS bilang, Singapura Islamofobia, gegara telah menolak UAS masuk ke negaranya tersebut.
Singapura menolak UAS, karena menganggap UAS sebagai pengkhotbah atau penceramah ekstrimis dan radikalis, serta memihak kelompok khilafah.
Perlu diketaui oleh para pembela dan pemuja UAS, bahwa presiden Singapura saat ini, Ibu Halimah Yacob, adalah presiden Singapura yang beragama Islam, dan berkomitmen kuat serta tak gentar memberantas ekstrimisme atas nama agama.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura Shanmugam, menegaskan negaranya tak akan membiarkan orang-orang seperti UAS mendapatkan pengikut di negara itu.
“Kami tak akan membiarkan orang seperti Somad memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengikut lokal atau terlibat dalam aktivitas yang mengancam keamanan dan keharmonisan komunitas kami,” kata Shanmugam saat merespons pengusiran UAS, seperti dikutip The Strait Times.
Ia kemudian menegaskan, “Posisi kami sangat sederhana. Orang seperti ini, kami tidak akan membiarkan mereka masuk.”
Shanmugam juga meminta masyarakat Singapura untuk berhati-hati menyikapi keterlibatan pengkhotbah luar negeri dan ajaran yang memecah belah.
Penjelasan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong terkait penolakan UAS datang ke Singapura, juga penulis paparkan. Upaya penolakan itu merupakan inisiatif Pemerintah Singapura dilandasi dengan hasil pantauan yang didapat, tidak ada pengaruh dari negara lain. Ini dipertegas PM Lee Hsien Loong yang beredar belakangan ini.
“Pendakwah menyeru supaya penganut agama dipisahkan, pendakwah mengutuk orang yang beragama lain adakala mereka mengutuk agama mereka sendiri, karena mereka berlainan aliran, atau mazhab,” tutur Lee dalam sebuah pidato yang beredar di WhatsApp group (WAG) sejak Jum’at 20 Mei 2022.
Masih menurut Lee, konteks perbedaan ternyata memantik reaksi saling hina, saling ejek dan terkesan memaksakan kehendak. Maka Singapura sebagai negara multikultural menolak hal ini.
Nurul Azizah, penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi’, minat hub. penulis atau SintesaNews.com 0858-1022-0132