Penulis: Nurul Azizah
Alhamdulillah pada Ramadhan 1443 H kali ini ada yang berbeda. Rumah penulis dekat dengan fasilitas tempat ibadah, yang selama ini penulis harapkan. Penulis yang tinggal di perumahan yang jauh dari masjid dengan kultur NU, sekarang ini ada aula majelis dzikir dan sholawat Al-Fadhilah yang digunakan untuk jamaah sholat fardhu isyak dan teraweh. Aula ini milik Dr. KH. Iman Fadhilah beserta Bu Nyai Rotiyal Umroh. Alhamdulillah aula ini sangat membantu warga yang mau beribadah, terutama sholat fardhu berjamaah. Karena memang masjid umum bernuansa nahdliyin agak jauh dari perumahan. Memang ada masjid besar tetapi itu miliknya kelompok salafi dimana ustadnya termasuk dalam kelompok ustad wahabi. Walaupun kami berbeda dengan kelompok sebelah, kami sama-sama umatnya Kanjeng Nabi yang akan selalu menjaga kerukunan dalam menjalankan ibadah.
Peran KH. Iman Fadhilah beserta keluarga sangat besar dalam menumbuhkan kultur nahdliyin di lingkungan kami. Setiap hari Senin dan Kamis banyak mahasiswa dari perguruan tinggi terutama dari Unwahas, UNDIP dan UNNES hadir untuk ikut kajian majelis dzikir dan sholawat.
Aula yang diresmikan tanggal 25 Maret 2022 menjelang Ramadhan terus ramai dengan banyak kegiatan agama. Kalau sore untuk ngaji anak-anak TPQ Ibnu Rasyd, malam untuk sholat isyak dan teraweh serta sholat fardhu yang lainnya.
Kamis sore (21/4/2022), di aula majelis dzikir dan sholawat diadakan peringatan Nuzulul Qur’an yang dihadiri banyak mahasiswa dari Unwahas dan UNDIP Semarang, jamaah ibu-ibu pengajian Yaasinta (Yaasin dan Tahlil) yang penulis pimpin, beserta masyarakat sekitar aula.
Acara dimulai dengan khotmil Qur’an yang dibawakan oleh mbak Durrotul Muqoffa mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan PAI Unwahas Semarang. Mbak Offa panggilan akrabnya adalah mahasiswi yang sudah hafal Al-Quran 30 juz. Dara cantik dengan suara merdu asal Sedan Rembang memiliki cita-cita yang sangat mulia. Ia Ingin memiliki pondok pesantren penghafal Al-Qur’an. Selama ini mbak Offa panggilan akrabnya membantu Bapak dan Ibunya yang kebetulan juga memiliki pondok pesantren PPTQ Al-Furqon di Sedan Rembang Jawa Tengah.
Selama di Semarang mbak Offa tinggal di Ponpes Luhur Wahid Hasyim.
Acara berikutnya Maulidurrosul yang diiringi hadroh Nurul Musthofa Semarang. Acara yang dimulai jam 16.00 WIB berlangsung sangat khidmat hingga pada acara inti, yaitu mauidhoh hasanah yang disampaikan Dr. KH. Iman Fadhilah, M.Si (Dekan FAI Unwahas Semarang dan Khodimul Majelis Al-Fadhilah).
Pada kesempatan itu, pak Iman sapaan akrabnya menyampaikan tentang peringatan Nuzulul Qur’an. Nuzulul Qur’an merupakan peristiwa turunnya Al-Qur’an pertama kali pada Nabi Muhammad SAW yang terjadi malam hari di bulan Ramadhan. Peristiwa Nuzulul Qur’an menjadi bukti turunnya Al-Qur’an sebagai wahyu Nabi Muhammad SAW yang saat itu tengah berada di Goa Hira’ dengan turunnya wahyu yang pertama yaitu Qur’an Surat Al-Alaq (ayat 1-5).
Pesan yang disampaikan pak Iman kepada Mahasiswa dan jamaah lainnya, sudahkah dibiasakan membaca Al-Qur’an setiap hari? Dalam Ramadhan kali ini, apakah para jamaah pengajian yang hadir sudah menghatamkan Al-Qur’an?
Yang paling disindir adalah mahasiswa yang hadir. Dimana mahasiswa sekarang lebih banyak membuka YouTube, Facebook, WhatsApp, istagram dan media sosial lain. Terus mana sempat menghatamkan Al-quran kalau mahasiswa banyak membuka medsos daripada membuka Al-Qur’an.
Generasi millenial menghabiskan lebih banyak waktu bermain gadget daripada membaca Al-Qur’an, apalagi mahasiswa memiliki berbagai aplikasi dan game media sosial.
Di akhir tausiyahnya, pak iman berpesan kepada mahasiswa dan hadirin yang rawuh (hadir) untuk sebisa mungkin membaca Al-Qur’an setiap saat, minimal habis sholat maqrib dan sholat subuh. Jangan pernah lupa dengan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dan petunjuk bagi orang yang beriman.
Pada kesempatan itu, pak Iman memperkenalkan dua mahasiswi Unwahas kakak beradik yang berasal dari Afganistan. Kakaknya bernama Shayesta Azimi yang menempuh S2 di Unwahas sedangkan adiknya yang bernama Zuhal Azimi mahasiswa baru Fakultas Ekonomi Unwahas.
Menurut pengamatan penulis, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) menjadi idola para mahasiswa nahdliyin dari berbagai daerah. Ciri khas NU-nya nampak sekali. Penulis sangat merasakan berada di tengah-tengah Mahasiswa Unwahas, kultur NU-nya dapat penulis rasakan. Mereka banyak yang tidak tahu, kalau penulis yang selama ini berada di antara mereka adalah pegiat NU dan NKRI. Apalagi masyarakat di sekitar tempat tinggal penulis, tidak ada yang tahu atau memang pura-pura tidak tahu. Bagi penulis tidaklah masalah, perjuangan tetap jalan, walau banyak rintangan yang menghadang.
Tiba-tiba suara adzan magrib berkumandang, pak Iman pun mengakhiri tausiyahnya dan memimpin doa buka puasa sekaligus menutup acara Nuzulul Qur’an dan buka puasa dengan doa akhir majelis.
Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi“, minat hub. penulis atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.