Antara Mansyur dan Kembang Api

Penulis: Dahono Prasetyo

Bisnis investasi apapun namanya punya dinamika yang fluktuatif. Seseorang yang menyerahkan sejumlah dana, mempercayakan kepada seseorang untuk mengelolanya dengan pembagian keuntungan. Artinya pemilik uang pasrah dengan skema dan strategi pada orang lain untuk melipatgandakan uang titipannya.

Salah satu platform bisnis investasi yang dikelola secara profesional oleh UYM melalui Paytren pada awalnya merupakan ide briliant. Dengan spirit sedekah investasi, seseorang tersugesti menyerahkan uangnya untuk keuntungan 2 hal. Pahala sedekah dan keuntungan ekonomi.

-Iklan-

Siapa yang tidak tergiur keuntungan dunia akhirat yang berbentuk investasi dana. Sebagian anggotanya memahami cara sedekah unik yang diterapkan dalam Paytren. Dalam pemikiran mereka seandainya tidak untung secara ekonomi, minimal dapat pahala bekal akhirat.

Yang kemudian terjadi UYM gagal bersaing dalam ketatnya iklim investasi lain yang murni menggunakan hukum ekonomi tanpa embel-embel sedekah. Saham Paytren dihargai murah, investasi property kurang diminati, sementara komitmen pembagian keuntungan terus berputar. Pasar modal terlalu kejam untuk iseng bermain bursa saham jika tidak menggunakan trik “nakal”.

“Kenakalan” UYM menggunakan dalih sedekah untuk mengumpulkan dana, dihajar habis pemain pasar modal kelas kakap. Dana umat 10ribu yang disetor ke pasar saham dengan target dihargai 20ribu, ternyata hanya dihargai 5ribu. Bagaimana mau memberi untung, mengembalikan pokoknya saja masih nombok.

Namun UYM cukup terselamatkan oleh argumentasi kedua bisnis investasinya. Dia bisa berdalih uang sedekah sudah tersalurkan kepada yang berhak, dicatat malaikat sebagai pahala. Umat cukup ikhlas tidak harus menagih uang sedekahnya.

Kalau dana patungan sedekah diserahkan kepada fakir miskin, yatim piatu, pendidikan Al-Qur’an akan lain ceritanya. Ini diserahkan kepada predator pasar modal yang tak kenal kenyang, apalagi agama.

Sama-sama membakar uang, pembeli petasan dan kembang api sudah ikhlas uangnya jadi abu sejak membelinya di lapak. Kepuasan membakar uang jelas teras saat adrenalin terpacu ledakan warna-warni dan bunga api.

Kembang api menjadi tradisi setiap lebaran termasuk bisnis yang menggiurkan juga. Tinggal bumbui dengan pemahaman membakar uang secara syariah.

“Semakin tinggi luncuran kembang api makin dekat dengan surga. Arahkan tegak lurus Istiqomah ke atas. Ledakan dan bunga apinya menyebar seantero umat manusia”

Gitu ya Sup…Yusup..??
——-

Dahono Prasetyo
Depok 16/4/22

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here