Penulis: Togap Marpaung
Inspektur Keselamatan Radiasi yang Dipaksa Pensiun
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Tulisan kedua ini merupakan satu kesatuan dari tulisan pertama yang berjudul “Bom Nuklir, Takuttt…! Bah, Bom Kotor, Apa Pula?”
Sejak tanggal 24 Februari 2022, perhatian masyarakat dunia tertuju pada dua negara Rusia dan Ukrania yang sedang berperang, sangat dikuatirkan bakal melibatkan beberapa negara. Terjadinya perang antar kedua negara disebabkan oleh faktor utamanya adalah Ukrania ingin masuk menjadi anggota NATO. Tentu ada penyebab lain di balik itu. Rusia dan Ukrania merupakan negara bekas Uni Soviet dan Rusia tidak rela atas keinginan Ukrania itu. Rusia sebagai negara yang paling kuat dari sesama Uni Soviet menganggap stablitas negaranya terganggu. NATO adalah kependekan dari North Atlantic Treaty Organization, Pakta Pertahanan Atlantik Utara. NATO merupakan organisasi pertahanan dan keamanan yang meliputi negara-negara Eropa, Amerika dan Kanada. Presiden Putin menuduh Ukrania telah berubah menjadi koloni Amerika.
Triger tulisan kedua ini karena pengamat di tingkat lokal maupun internasional yang diliput media semakin bersemangat memberikan ulasan yang menurut penulis ada isu kebablasan:
1. Pada tanggal 9 Februari 2022, lima belas hari sebelum terjadi perang diantara kedua negara, media memberi judul “Militer Amerika Masuk Polandia, Rusia Siagakan Rudal Nuklir Kh-47M2″ sebagaimana dalam gambar ini.
Tanda lingkar merah adalah rudal hipersonik berhulu ledak nuklir Kh-47M2 Kinzhal. Salah satu media on line memberi judul “Rusia Kirim Jet Pengebom Nuklir Jarak Jauh dan Rudal Hipersonik Khinzhal ke Suriah, Ada Apa?” MOSKOW, KOMPAS TV – Rusia Hari Selasa (15/2/2022) mengerahkan pembom nuklir jarak jauh dan jet tempur serta rudal supersonik canggih ke pangkalan udaranya di Suriah, seperti dilansir Associated Press, Rabu (16/2/2022).
Nalar penulis meragukan keakuratan informasi ini.
Tidak sebebas itulah suatu pesawat jet tempur diizinkan membawa seperangkat rudal nuklir, khususnya lintas antar negara.
Mengangkut sumber radioaktif terbungkus saja ada ketentuan internasional yang harus dipatuhi. Mestinya, hanya pada suasana peranglah rudal nuklir diizinkan diangkut pesawat jet tempur. Karena potensi dampak radiologik sangat fatal yang disebabkan jika terjadi kecelakaan pesawat pengangkut dan rudal nuklir berpotensi meledak sendiri. Triger penyebab bom nuklir meledak adalah benturan yang sangat kencang yang disertai kebakaran, mungkinkah? Secara hitungan tidak mungkin karena benturan dari luar tidak memicu proses nuklir dan bungkusan zat radioaktif wajib memenuhi persyaratan keselamatan radiasi. Tidak boleh bungkusannya pecah bila jatuh dari ketinggian tertentu dan terbakar pada suhu yang sangat tinggi bila terjadi kebakaran.
Sebagai contoh, mengangkut sumber radioaktif Am-241/Be pemancar radiasi neutron yang digunakan dalam berbagai aplikasi instrumentasi dan pengukuran termasuk kadar air, abu dan analisis mineral menggunakan teknik seperti PNGAA (analisis aktivasi neutron cepat). Perusahaan well logging tambang minyak menggunakan jasa teknik itu, tugas pengawasan kami. Akan tetapi kebolehjadian ledakan itu, masih mungkin?!
Ketidakpercayaan penulis atas berita jet tempur Rusia membawa rudal nuklir makin diperkuat dengan tidak adanya konfirmasi kebenaran berita tersebut dari negara Polandia, pengawas nuklir dunia (IAEA) dan pemilik senjata nuklir, misalnya Amerika Serikat dan China. Kejadian kapal selam bertenaga nuklir AS menabrak gunung bawah laut di laut China Selatan mendapat atensi serius dari China, berita media tanggal 2 Oktober 2021. Menurut laporan, kecelakaan itu merusak tangki pemberat kapal selam, tidak merusak pembangkit nuklirnya.
Satu hal lagi yang menjadikan penulis ragu adalah tidak boleh zat radioaktif diangkut secara sembarangan kecuali dalam suasana perang nuklir. Tentang ketentuan itu, pengawas nuklir dunia menerbitkan publikasi terbaru, IAEA Safety Standards: Regulations for Safe Transport of Radioactive Material 2018 Edition. Indonesia mensyaratkan sesuai Pemerintah Nomor 58 Tahun 2015 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Pengangkutan Zat Radioaktif. Dalam PP tersebut diatur Kategori Bungkusan terdiri atas: a. I-Putih; b. II-Kuning; dan c. III-Kuning. Pengirim wajib menentukan kategori bungkusan yang digunakan dalam pengangkutan zat radioaktif.
Bungkusan tipe A, Bungkusan tipe B(U), Bungkusan tipe B(M), dan Bungkusan tipe C digunakan untuk mengangkut Zat Radioaktif Bentuk Khusus, Zat Radioaktif Daya Sebar Rendah, Bahan Fisil, dan uranium heksafluorida (UF6). Bahan Fisil adalah bahan nuklir yang mengandung nuklida fisil berupa uranium-233 (U-233), uranium-235 (U-235), plutonium-239 (Pu-239), dan/atau plutonium- 241 (Pu-241) dengan berat lebih dari 0,25 gr (nol koma dua puluh lima gram).
2. Pada tanggal 12 Juni 2008, Ukraina mengonfirmasikan PLTN terbesar di Eropa itu telah diserang oleh Rusia pada hari Jumat tanggal 4 Maret 2022 dini hari. Judul berita ini adalah “Menlu Ukraina melaporkan PLTN terbesar di Eropa telah terbakar diserang Rusia”.
Penulis juga meragukan keakuratan berita ini jika PLTN benar-benar diserbu dengan maksud menghancurkan instalasi nuklir tersebut. Tidaklah segegabah itu pemerintah Rusia. Kepala negara-negara tetangga mestinya sudah memberikan masukan yang sehat, terutama negara China yang mempunyai senjata nuklir dan pengaruh besar di dunia. Di lain pihak, Dirjen pengawas nuklir dunia (IAEA) pun mengontak koleganya sesama pengawas nuklir di Rusia dan Ukraina supaya melakukan tugas mengawasi semua PLTN secara ekstra ketat. Jangan sampai PLTN menjadi target serangan.
Perang Nuklir dan Perang Dunia Ketiga
Membahas perang nuklir tidak bisa dipisahkan dengan perang dunia ketiga karena perang nuklir berarti mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan persenjataan baik yang dilengkapi teknologi modern berbagai jenis persenjataan rudal antar benua maupun nuklir yang semuanya kategori pemusnah menjadi luluh lantak.
Perang semakin tidak dapat dikendalikan karena keterlibatan antar sekutu dari pihak yang berperang terutama yang memiliki senjata nuklir. Kita bisa bayangkan dunia ini bakal bagaimana wujudnya…, bumi hangus atau tidak?
Penulis tidak paham teknologi reaktor nuklir apalagi persenjataan nuklir. Hanya berbasis ilmu pengetahuan proteksi radiasi, bekerja di bidang pengawasan nuklir didukung pengalaman dalam forum nasional dan internasional terkait aspek keselamatan radiasi dan keamanan sumber radioaktif. Dalam batin adalah “perang nuklir tidak pernah terjadi”.
Percayalah, tidak pernah terjadi perang nuklir! Mengapa? Karena trend politik perlombaan senjata nuklir sudah lewat. Manusia sudah merasakan dampak radiologik akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, kecelakaan PLTN termasuk bom kotor sebagai pelengkap. Prinsip proteksi radiasi pertama justifikasi berarti manfaat lebih besar daripada mudarat telah menjadi pilihan manusia yang bertindak salah sehingga efek radiasilah yang dirasakan selamanya. Risiko total nuklir telah mendera manusia dengan bahasa sederhana adalah risiko radiasi menjadi tidak terhingga akibatnya manfaat radiasi nol.
Apakah manusia mau menerima pilihan tersebut? Jawabannya: tidak!
Alasan paling substansial adalah manusia masih mau hidup sesuai dengan hasrat naluriahnya, ingin nikmat duniawi. Itulah sebabnya korupsi tidak akan bisa dibasmi sampai habis karena koruptor adalah penikmat. Jepangpun sudah membuktikan pada dunia bahwa mereka tidak mau membuat senjata nuklir. Sebagai manusia, orang Jepang insyaf sudah atas bahaya senjata nuklir!
Dampak Perang Nuklir dan Perang Dunia Ketiga
Yang pasti perang nuklir belum pernah terjadi tetapi dampak negatif bom atom dan kecelakaan PLTN sudah pernah dirasakan langsung umat manusia. Oleh karena itu, manusia sudah pasti dapat memperkirakan akibat paling buruk dari perang nuklir. Tanpa simulasi perhitungan dengan bantuan program berbasis komputer yang dibuat oleh para ahli data analisisnya, kita pun bisa memperkirakan hasil akhirnya.
Analisis sederhana dapat dilakukan berdasarkan kejadian langsung yang dialami oleh umat manusia sebab akibat bencana nuklir yang sangat relevan. Sesuai fakta, ada 2 (dua) kejadian:
- Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki; dan
- Beberapa kecelakaan radiasi akibat ledakan PLTN.
Analisis selanjutnya adalah betapa banyak dan beragamnnya senjata nuklir dan instalasi yang menjadi faktor kontribusi bumi hangus, berdasarkan pada data sebagai berikut, diantaranya:
- Senjata nuklir yang dimiliki beberapa negara;
- Reaktor nuklir daya (PLTN);
- Reaktor nuklir riset;
- Elemen bahan bakar nuklir yang disimpan di instalasi pabrikasi bahan nuklir;
- Bahan bakar nuklir bekas yang disimpan di kolam reaktor nuklir;
- Produksi radioisotop;
- Sumber radioaktif yang digunakan; dan
- Sumber radioaktif yang disimpan di pusat pengelolaan limbah radioaktif.
Belum lagi jika diperhitungkan dampak buruk dari kedahsyatan berbagai jenis senjata non nuklir. Malah, tanpa perang dunia ketiga tanpa menggunakan senjata nuklir dengan hanya memperkirakan dampak buruk peluru kendali berhulu ledak yang sangat besar daya ledak dan dengan jangkauannya hingga ribuan kilo meter, bisa jadi bumi hangus jika target sasarannya mengenai instalasi nuklir dan gudang senjata nuklir dari nomor 1 sampai dengan nomor 8. Akan tetapi kalau terjadi perang dunia ketiga tanpa melibatkan senjata nuklir dan tidak mengenai kedelapan nomor tersebut, yaaa… bumi hanya hangus sebagian. Kehidupan masih berlanjut. Karena manusia masih bisa menghindar, misalnya berlindung dalam bunker dan mungkin ada yang bisa terbang ke luar angkasa dengan pesawat ulang-alik yang dimiliki negara tersebut.
- Bom Atom Nagasaki dan Hirosima
Sebagai pengingat, bom atom dengan bahan radioaktif uranium (U-25) yang dinamai Little Boy (Anak Kecil) dijatuhkan Amerika Serikat di kota Nagasaki pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Hiroshima Jepang dihujani bom atom plutonium (Pu-239) lagi pada tanggal 9 Agustus 1945. Bom atom atau bom nuklir adalah jenis senjata nuklir yang sengaja ditembakkan tentara Amerika Serikat mampu meluluhlantahkan kedua target. Bom atom Little Boy dibuat dari U-235 yang diperkaya dengan berat 64 kilogram. Bom atom ini menggunakan reaksi fisi nuklir yang bekerja dengan menembakkan silinder uranium besar berongga di atas sisipan uranium yang lebih kecil. Bom atom kedua dinamai Fat Man (Pria Gemuk) menggunakan elemen bahan bakar Pu-239 yang energinya lebih besar dibandingkan yang menggunakan U-235, waktu paruh (T ½): 7,038 x 108 tahun. Hanya 0,72% U-235 yang terkandung dalam uranium alam (U-238). Waktu paruh (T ½) dari Pu-239 adalah 24.110 tahun.
Pada masa itu, daya ledak bom nuklir masih terbatas dibandingkan dengan bom nuklir yang semakin dahsyat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih lagi didorong keinginan membuat bom nuklir yang semakin dahsyat daya ledaknya selaras dengan kecanggihan pesawat jet pengangkut rudal nuklir dan roket sebagai alat peluncur antar benua di era perang dingin antara blok barat dengan timur. Daya ledak bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki masih terbatas yang setara dengan sebesar 20 (dua puluh) kilo ton dan 15 (lima belas) kilo ton TNT yang adalah singkatan dari Trinitroluena.
Bom nuklir sekarang ini berdaya ledak lebih dari 50 (lima puluh) mega ton TNT. Dengan demikian, hanya satu unit bom nuklir ditembakkan menuju target pemukiman atau objek vital, misalnya istana Presiden pastilah menimbulkan daya rusak sangat dahsyat, belum lagi dipertimbangkan sifat fisika dari bom nuklir yang dibuat dari bahan radioktif Pu-239 yang memancarkan radiasi pengion dengan anak luruhnya. Berdasarkan hasil penelusuran, negara pemilik senjata nuklir yang dikonfirmasi adalah Amerika Serikat, Rusia, Britania Raya, Prancis, China (Republik Rakyat Tiongkok-RRT), India, Pakistan, dan Korea Utara. Selain itu, negara Israel dipercaya mempunyai senjata nuklir, walaupun tidak diuji dan Israel tidak mengkonfirmasikan apakah memiliki senjata nuklir ataupun tidak.
Nampak awan menjulang tinggi sampai 18 kilo meter di atas hiposentrum merupakan titik pusat ledakan bom atom.
Seiring dengan perang Rusia dan Ukraina, untuk mengetahui informasi terkait kehebatan senjata nuklir era kini tidak perlu lagi repot-repot harus mencari di jurnal luar negeri karena media nasional sudah menyajikan cukup lengkap. Salah satu media tertanggal 14 Maret 2022 memberitakan bahwa berdasarkan dokumen Departemen Energi Amerika Serikat dan Kementerian Pertahanan Federasi Rusia mengungkap, ada senjata nuklir yang ledakannya pernah melebihi 10 megaton atau berkali-kali lebih kuat daripada yang digunakan di Hiroshima dan Nagasaki. Media lain memberitakan pada tanggal 26 Juni 2019, bom nuklir terbesar yang pernah meledak adalah “Tsar Bomba” yang terjadi pada uji coba olh Uni Soviet pada tahun 1961. Bom ini memiliki kekuatan daya ledak 50 megaton atau 3.800 kali lebih kuat dari dari Hiroshima dan Nagasaki.
Akhir-akhir ini, bom atom dikenal sebagai generasi pertama bom nuklir dan seiring perkembangan iptek nuklir, bom nuklir tersebut dikembangkan menjadi bom termonuklir atau yang dikenal dengan bom hidrogen yang memanfaatkan energi dari reaksi fisi nuklir utama untuk memadatkan dan membakar reaksi fusi nuklir kedua.
Fisi nuklir adalah reaksi nuklir saat inti (nukleus) atom uranium membelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, memancarkan neutron bebas dan radiasi gamma dengan melepaskan energi yang sangat besar. Sedangkan fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah reaksi di mana dua inti atom bergabung membentuk satu atau lebih inti atom yang lebih besar dan partikel subatom (neuron dan proton). Perbedaan dalam massa antara reaktan dan produk dimanifestasikan sebagai pelepasan energi dalam jumlah besar. Bom nuklir Pu-239 lebih dahsyat ledakannya dibandingkan U-235 karena jumlah neutron yang dihasilkan lebih banyak. Sumber neutron awal berasal dari Am-241/Be.
- Kecelakaan PLTN Chernobyl dan Fukusima
Kecelakaan PLTN Chernobyl adalah yang pertama di negara Ukrania pada tanggal 26 April 1986, yang sedang berperang dengan Rusia. Penyebab utama adalah kelalaian manusia (human error), yang tentu saja terkait dengan aspek teknis dari kegagalan melakukan uji sistem reaktor untuk shutdown sehingga pertambahan neutron tidak dapat dikendalikan sesuai standar keselamatan yang menyebabkan kenaikan suhu reaktor semakin tinggi sehingga terjadilah ledakan. Radiasi keluar dari instalasi nuklir tidak saja mengakibatakan kematian, sakit akibat radiasi juga kerugian ekonomi tetapi juga menjadi masalah besar bagi negara-negara tetangga hingga Indonesia pun ketiban hebohnya. Susu impor dari Eropa pun diuji di laboratorium radiasi milik Batan, PTKMR Pasar Jumat Jakarta.
Hingga saat ini, kawasan PLTN Chernobyl masih terkontaminasi radioaktif. Itu berarti bisa bebas dari kontaminasi radioaktif sampai ratusan hingga ribuan tahun mendatang tergantung pula kemampuan pemerintah Ukrania untuk melakukan penanggulangan pembersihan (clean up) kawasan tersebut dari kontaminasi radioaktif dengan teknik dekontaminasi sesuai ketentuan. Pertanyaan njlimetnya adalah berapa biaya yang dibutuhkan? Apakah sanggup? Jawabannya adalah lakukan kajian justifikasi, hitung untung ruginya. Tidak boleh orang masuk kawasan tersebut kecuali petugas berkualifikasi.
Kecelakaan kedua adalah menimpa PLTN Fukusima Daiichi Jepang pada tanggal 11 Maret 2011. Penyebab kejadian adalah non teknis, berawal dari gempa berakibat tsunami sehingga tembok pengaman banjir dari laut jebol menuju instalasi PLTN. Pada saat gempa, infonya PLTN secara otomatis mati (shutdown) tetapi problem lain adalah generator suplai listrik mati sehingga pompa pendingin pun mati lah. Pompa ini yang digunakan untuk menjaga suhu teras reaktor supaya sesuai standar keselamatan. Akibat kenaikan suhu yang tidak terkendali, terjadilah ledakan PLTN. Tidak lagi hanya problem tsunami yang menjadi bencana tetapi ikutan bahaya radiasi.
Dampak radiasi tidak hanya di dirasakan oleh penduduk di Jepang tetapi sebagian penduduk bumi pun turut was-was. Penumpang pesawat yang datang dari Jepang dipantau dengan alat ukur radiasi di bandara internasional Soekarno-Hatta Cengkarang oleh inspektur BAPETEN. Tidak satu orang pun terkontaminasi. Perlukah pemantauan sampai segitunya? Kuatir malah masyarakat menjadi trauma. Hingga saat ini, problem PLTN Fukushima dari perspektif dampak radiasi (radiologik) belum selesai dan berita terbaru pada tanggal 11 Maret 2022, salah satu media on line merilis judul: “Jepang Habiskan Rp 3.100 T Untuk Pemulihan Insiden PLTN Fukushima”.
- Sakit Akibat Radiasi
Media memberitakan bahwa kecelakaan nuklir di Fukushima, Jepang, membuat warga semakin mencemaskan kemungkinan terpapar radiasi dosis tinggi. Sebab sejauh ini tidak ada obat untuk dampak radiasi nuklir. Artinya peluang untuk terus hidup juga nyaris nol. Sejumlah tim peneliti dari Amerika Serikat, kini sedang berusaha mengembangkan obat bagi dampak radiasi nuklir. Kementrian pertahanan AS mendukung proyeknya dengan dana jutaan Dollar. Metode pengobatan dengan dua jenis antibiotika yang berbeda, dilaporkan menunjukkan prospek cukup cerah.
Para peneliti dari AS meradiasi tikus percobaan dengan unsur radioaktif Kobalt. Tikus-tikus ini ibaratnya sudah dihukum mati, karena dipastikan tidak ada yang bisa bertahan hidup. Tapi 24 jam kemudian, para peneliti mulai memberikan pengobatan. Dua kali sehari, tikus-tikus yang terpapar radiasi nuklir itu diberi beberapa tetes obat antibiotika langsung ke dalam lambungnya. Selain itu, tikus percobaan ini juga diberi suntikan antibiotika jenis lain. Ujicoba dilakukan selama 30 hari.
Hasilnya diungkapkan oleh peneliti Ofer Levy dari rumah sakit anak-anak di sekolah tinggi kedokteran di Boston. “Kelompok tikus yang mendapat antibiotika, kondisinya secara signifikan membaik dan tetap hidup.“
Salah satu jenis radionuklida yang terlepas ke lingkungan akibat kecelakaan nuklir adalah I-131 dan kelenjar tiroid merupakan organ kritis yang mengakumulasi yodium dari pembuluh darah sebagai bagian dari metabolisme normal organ ini. Oleh karena itu, fallout radionuklida ini akan menyebabkan terjadinya paparan radiasi interna pada kelenjar tiroid yang masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan hidung (inhalasi) dan percernaan mulut (ingesi) yang mengkonsumsi susu. Kelenjar tiroid adalah salah satu organ yang paling rentan terhadap induksi kanker oleh radiasi. Anak-anak adalah populasi yang paling rentan.
Fallout diartikan sebagai jatuhan radioaktif yang diakibatkan kecelakaan nuklir dari PLTN atau bom nuklir. Ada 3 (tiga) dari sekian banyak jenis radioaktif yang paling ditakuti, yaitu: Cs-137, Sr-90 dan I-131 karena efek radiasi terhadap kesehatan yang berakibat sakit hingga kematian. Sumber radioaktif Cs-137 waktu paruh (T1/2): 30,17 tahun, pemancar radiasi gamma dan beta dengan energi: 662 keV. Zat radioaktif Sr-90 dengan T1/2: 28,79 tahun, pemancar radiasi beta dengan energi: 546 keV. Sedangkan I-131 dengan T1/2: 8,05 hari dan energi: 971 keV.
Sumber radioaktif Cs-137 adalah jenis radiasi pemancar radiasi gamma eksterna dan interna dengan waktu paruh yang panjang sehingga meradiasi seluruh tubuh yang efeknya paling berbahaya. Sedangkan Sr-90 pemancar radiasi beta interna yang organ kristisnya adalah tulang dan efeknya juga sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh, mengakibatkan leukimia dan kanker tulang. Kedua sumber radioaktif ini membutuhkan waktu ratusan tahun untuk meluruh ke tingkat yang dapat diabaikan efek radiasinya. Untuk meluruh sehingga nilai aktivitas sumber radioaktifnya (At) menjadi sangat kecil bisa mencapai 5 (lima) kali waktu paruh sudah memerlukan sekitar 150 (seratus lima puluh) tahun. Itupun tegantung pada besarnya nilai aktivitas awal (Ao) dari sumber radiaktif tersebut.
Kalau sumber radioaktif I-131memang waktu paruhnya pendek tetapi I-131 ini sangat menakutkan karena organ kritisnya adalah tiroid yang mengakibatkan kanker tiroid. Pada saat awal terjadi kecelakaan nuklir, misalnya PLTN, lepasan sumber radioaktif I-131 inilah yang paling ditakutkan. Oleh karenanya, sesuai dengan SOP, maka semua pekerja nuklir/radiasi dan anggota masyarakat sekitar kawasan nuklir tharus segera diberikan tablet Yodium stabil sebagai tindakan penangulangan untuk pencegahan kanker tiroid.
Ketiga jenis sumber radioaktif akan mencemari seluruh bumi, semua makhluk hidup (manusia, binatamg dan tumbuhan), air dan tanah serta bangunan , apapun itu sudah terkontaminasi radioaktif. Tidak ada yang bisa dikonsumsi. Dampak buruk yang berikiunya yang semakin menyeramkan adalah terjadinya pendinginan global, yang disebut musim dingin nuklir, tentu saja kejadian ini semakin memastikan bumi hangus.