Akal-akalan Anggaran Rp 1,7 Triliun Selenggarakan Formula E, Gila!

SintesaNews.com – Akun twitter Captain Green ( @karman_mustamin ) membongkar kejanggalan yang gila-gilaan dari anggaran penyelenggaraan Formula E di Jakarta, sesuai rencana Anies Baswedan.

Pemilik akun tersebut Karman Mustamin, merupakan pendiri Smart Drive Indonesia. Hampir semua media otomotif yang lahir di Indonesia, hasil campur tangannya. Mulai dari terlibat sejak awal berdirinya tabloid Otomotif (Kompas Group – 1990), mendirikan majalah MOTOR (Gramedia 1995), mendirikan AUTOCAR Indonesia (MRA Group-2000) yang merupakan majalah otomotif pertama menggunakan lisensi majalah asing, Smart Drive MetroTV. Media televisi hampir semuanya pernah dan sering meminta Karman sebagai narasumber terkait dengan otomotif. Terutama jika ada peristiwa besar atau melibatkan orang terkenal dalam kecelakaan lalu lintas. Di awal penayangan olahraga Formula 1 di TV Indonesia, Karman adalah komentator yang wajahnya rajin mengisi layar kaca.

Berikut thread dari Karman Mustamin

-Iklan-

Selamat berhari minggu. Semoga weekend ini cuaca cerah. Tapi jidat gue sendiri berkerut gara2 baca Kompas. Ini soal biaya penyelenggaraan Formula E di Jakarta. Ini link-nya. Silakan baca.

1) Oke, gue iseng hitung-hitungan aja. Setelah baca, gue coba menjumlah total anggaran itu. Nilainya, hampir 1,7 triliun. Ya, gue gak salah… 1,7 triliun. Itu duit semua? Lha iyalah. Masa kerikil? Duit siapa? Mbuuhhhh…

2) Gue mulai dulu nyinyirin duit 1,7 triliun ini. Kenapa? Gini lho. Data Forbes, pada penyelenggaraa Formula E tahun 2017, itu dilaksanakan di 12 kota di seluruh dunia. Dan sekadar info, di tahun itu Formula E Operations menghabiskan 115,1 Euro. ini untuk 12 kota ya…

3) Kalau gue ambil kurs 1 Euro = Rp 15.300, maka sepanjang musim 2017, Formula E Operations cuma butuh dana 1,76 Triliun rupiah. Nah, pertayaan yang sederhana; kenapa untuk menyelenggarakan Formula E di Jakarta saja, perlu dana 1,7 triliun rupiah?

4) Logikanya, kalau FEO hanya menghabiskan dana 1,76 T untuk 12 event di seluruh dunia, maka 1 event di Jakarta hanya perlu 1,76 T/12 = kurang dari 115 miliar rupiah.

5) Oke, @aniesbaswedan dan @PemdaDKIJakarta bisa saja berkelit, kan itu hanya biaya yang dikeluarkan oleh FEO. Sementara kita perlu juga biaya-biaya lain. Hmm.. oke. Mari kita lihat agka-agka lainnya…

6) Mulai dari commitment fee sebesar 20.790.000 pounsterling. Itu setara kira-kira 360 miliar rupiah. Oke lah, ini angka yang masuk akal karena termasuk di dalamnya biaya approval sirkuit yang harus dibayarkan ke FIA.

7) Tapi di pos anggaran lain yang diajukan sebesar 934 miliar, sebagiannya disebut merupakan anggaran penyelenggaraan. Jumlah pos ini 22 juta pound atau sekitar 380,93 miliar rupiah.

8) Lalu dari 934 miliar tadi, pos lain yang disebutkan yakni biaya asuransi yang besarnya mencapai 35 juta Poundsterling atau lebih dari 550 miliar rupiah.
Nah.., ini yang bikin gue merasa bodoh banget. Kenapa?

9) Gini lho ceritanya… Waktu Allianz hengkang dari sponsor F1 dan pindah jadi sponsor FE, perusahaan asuransi ini mendapatkan saham FE sebesar 3,5%. Dan.. duit yang dikeluarkan Allianz utk saham itu, diperkirakan hanya 18,7 juta Pound. Ini jumlah yang diestimasi Telegraph.

10) Jadi, betapa bodohnya @PemdaDKIJakarta yang harus keluar duit 35 juta Pounsterling untuk bayar asuransi seluruh sirkus ini, sementara perusahaan asuransi Allianz hanya keluar duit 18,7 juta Pound tapi dapat saham 3,5%.

11) Kalau dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan di 12 kota dunia tadi yang hanya 115,1 juta Euro (tentu biaya ini sudah termasuk asuransi peserta), maka sama saja dengan 35 juta Pound itu kita sudah membiayai 1/3 dari kebutuhan biaya Formula E selama setahun. Hikkssss…

12) Ini belum selesai lho? Menurut Kompas, JakPro yang ditunjuk jadi penyelenggara, konon juga mengajukan dana penyertaan modal sebesar 305,2 miliar rupiah. Ini buat apa coba? Gue sebut ya pos-nya…

13) Tadi kan sudah ada alokasi dana 22 juta Pound untuk penyelenggaraan. Tapi pada dana penyertaan modal itu, disebutkan antara lain pembuatan venue (3 items). Yang kalau dijumlah, angkanya 227,2 miliar rupiah. Mau bikin sirkuit permanen? #FormulaEJakarta

14) Coba kita liat detilnya ya. Pengerjaan sipil (mungkin bikin grandstand, paddock, pit, dll) dianggarkan 112 miliar rupiah. Silakan anak sipil nyinyirin ini. Catat, bangunan ini nanti tentu sifatnya tdk permanen, tipikal sirkuit jalan raya.

15) Lalu ada alokasi untuk bikin dinding dan pagar (mungkin ini termasuk barrier). Nilainya 48 miliar rupiah. Gue info aja. Rata-rata panjang sirkuit FE itu 2,5 km. Jadi kalau pagar kiri-kanan, mugkin perlu 5-6 km. Itu artinya anggaran untuk pagar ini sekitar 8 jt/meter.

16) Pagar untuk sirkuit balap itu biasanya berupa barrier di bagian bawah utk menahan kalau ada mobil yg melintir, dan pagar besi (kawat/BRC) di bagian atas untuk menahan mobil yg siapa tau terbang (airborne). Oh ya, kecepatan mobil FE itu masih 25% di bawah F1.

17) Biaya venue lainnya, pembuatan trek/jalur balap. Ini sepertinya lebih ke pengaspalan atau penambahan lapisan aspal. Karena lagi-lagi, jalan raya sebagai basisnya sudah ada. Jadi gak perlu lagi bikin konstruksi awal kayak bikin sirkuit Sentul dulunya. Berapa? Rp 67,2 miliar!

18) Seperti gue bilang tadi, panjang sirkuit FE itu rata-rata 2-3 km. Ambil deh, 2,75 km dengan lebar sekitar 12 meter. Itu artinya, perlu pengaspalan ulang dengan luas sekitar 33.000 meter per segi. Ada yang tahu berapa biaya aspal dengan kualitas terbaik per meternya?

19) Kalau googling, aspal hotmix sekitar 150.000/m2. Gue ambil yang mahal deh, 500.000/m2. Kalau dengan hitungan ini, berarti keperluan pengaspalan sekitar Rp 16,5 miliar. Masih jauh di bawah pagu anggaran Rp 67,2 miliar.

20) Oh ya, lupa. Sirkuit ini juga perlu marka, jadi ada proses pengecatan, penempatan rambu, dll. Kita lokasikan juga lah misalnya Rp 10 miliar sehingga total 26,5 miliar. Lha, masih jauh di bawah pagu aggaranya Bro? Hahahaha…

21) Kalau gue bilang, pengajuan anggaran JakPro ini banyak yang tumpang tindih. Tadi di awal sudah ada biaya penyelenggaraan. Namun dalam pengajuan JakPro, masih disebut ada biaya safety & race materials 32 miliar, honor tim pelaksana 6 miliar, biaya tak terduga 25 miliar. Lha?

22) Sekarang, gua udah paparkan angka-angkanya. Silakan media mainstream ngulik lagi deh. Buat gue, satu aja yg ingin gue sampaikan. Kalau gue punya duit Rp 1,7 T gue akan bilang ke FEO, mending balapannya dilaksanakan di 12 kota di Indonesia dan itu gue yg biayai semua. Thanks
Ini ada tambahan..
Formula E Jakarta Potensi Bermasalah, Sukarman : Banyak Keanehan!
Di mata Sukarman Mustamin, jurnalis senior peliput motorsport, terdapat beberapa keanehan terkait perencanaan penyelenggaraan balap Formula E di kawasan Monas Jakarta pada 6 Juni mendatang.

Mentions Kalau ada orang teknik sipil atau metalurgi, bisa dihitung sih berapa besar biaya pembuatan pagar sirkuit. Tinggi pagar itu 3,5 meter dari permukaan (total luas 25.000 m2). Bagian atas 40 cm dibikin menyudut ke bagian sirkuit. Material yang dihomologasi yakni Standard ISO 3795.
Kalau klean, apa sih yg sangat diharapkan dari Formula E seandainya jadi diadakan di Jakarta? Tapi tentu, dengan biaya yg masuk akal lho?

Kalau aku sih, punya harapan sendiri. Sayangnya mungkin gak balal terwujud gegara ambisi pribadi si Anies. Tapi besok aja gue ceritain.

23) Ramalan hujan deras di Jakarta, hari ini belum terbukti. Berkah Jakarta yang dipimpin gubernur seiman. Tapi kenapa duit pajak warga seiman justru mau dihambur-hamburkan untuk bikin event Formula E? Lha, FE di Berlin, Paris, New York, Monaco, Hong Kong, dibiayai sponsor kok?

24) Hanya Montreal yang pernah menyelenggarakan Formula E menggukan dana pemerintah kota. Itu pun cuma sekali. Menjelang pelaksanaan event ke-2, walikota Montreal yg baru, Valerie Plante, mengambil keputusan membatalkan event ini. Kenapa?

25) Formula E Montreal itu diorganisir oleh organisasi non-profit. Hasilnya setelah satu balapan terlaksana, peyelenggara ngutang 4,8 juta dolar AS dari krediturnya. Selain itu, masih ada lagi utang 7,4 juta dolar AS dari pihak lain yang juga berasal dari Montreal.

26) Makanya, Plante, cewek yang pada November 2017 naik menjadi walikota Montreal, memutuskan menghentikan penyelanggaraan Formula E di kotanya. Dia bilang, walikota sebelumnya terbukti gak bener dalam menghitung untung rugi menyelenggarakan balap Formula E.

27) Ini cewek jelas pelit banget dibanding @aniesbaswedan ya? Padahal kota Montreal itu cuma ngeluarin duit 27 juta dolar AS (sekitar 370 miliar rupiah) untuk ngadain Formula E. Duit segitu aja ogah ngeluarin. Kalah jauh sama Anies yg berani buang duit 1,7 Triliun Rupiah. Pelit!

28) Oh ya, duit 370 miliar itu emang belum semua biaya sih. Soalnya sebelumnya, Montreal udah komitmen sebelumnya utk ngadain event ini 6 tahun berturut. Karena itu, Montreal perlu ngeluarin duit lagi sejumlah 24 juta dolar AS (330 miliar rupiah) utk bikin sirkuit, fee dll.

29) Ini tetep juga gue bilang Plante pelit dibanding Anies karena Montreal ngeluarin duit utk bikin trek balap masih jauh di bawah dana yang diajukan Anies yang kalau ditotal untuk urusan bikin trek dan honor aja hampir 700 miliar Rupiah. Anies junjunganku emang the best dah…

30) Yang luar biasa, dana penyelangaraan Formula E Montreal gak ada nyebut kalau harus bayar asuransi. Gue juga bingung, ini biaya asuransi bayarnya ke mana sih? Ke Allianz yang punya saham 3,5% di FE? Tapi Anies mungkin oragnya baik krn tetap aja minta 550 M utk asuransi.

31) Oh ya, kelewat penjelasannya. Duit 24 juta US$ tadi yang dikeluarkan Montreal, sebenarnya utk sarana sirkuit dan fee selama kontrak kota ini dengan FE. Jadi, dana 330 miliar rupiah bukan untuk setahun yaaa..? Entah kalau FE Jakarta, apa biaya sirkuit 700 M itu tiap tahun?

32) Anies juga hebat dalam berhitung. Menurut yang dia pernah sampaikan ke media, dengan penyelenggaraan Formula E, akan diperoleh revenue sekitar 1,2 T dari berbagai sektor seperti sponsor, penjualan tiket, hak siar, dll. Mungkin sih. Nanti revenue itu pelan2 masuk ke bumi.

33) Kita coba hitung juga deh. Penghasilan dari penjualan tiket. Montreal, boleh disebut kota penggemar motosport. Formula 1 aja, kota ini sudah jadi tuan rumah sejak 1961. Event balap lain seperti Indycar juga ada di Montreal. Udah pasti dong, banyak yg bakal nonton Formula E?

34) Faktanya, pada penyelenggaraan awal di tahun 2017 itu, hanya 25.000 tiket yang terjual. Panitia bahkan membagikan 20.000 tiket gratis agar tribun penonton kelihatan penuh. Kalau Jakarta? Insya Allah penuh. Massa 212 aja jumlahnya 7 jutaan kok.

35). Warga Montreal gak punya duit buat beli tiket? Iya kalik. Berapa sih harga tiket FE? Kalau event yg di kota Paris, harga tiket grandstand di hari balapan 55 Euro. Kalau kursnya 15.500, maka itu sekitar 850 ribu rupiah.

36) Aggap saja FE Jakarta berhasil menjual tiket sebanyak 50.000 lembar dengan harga rata-rata 1 juta (ini mungkin akan diborong 212), maka perolehan dari penjualan tiket mencapai 50 miliar. Plok plok dulu dong… 👏👏👏

37) Eits…, ada dong penghasilan yang masuk ke perekonomian warga Jakarta? Iya pasti. Hotel2 akan terisi, jualan kerak telor, merchandise, bahkan mugkin jualan esek-esek laris manis (boleh nggak ya oleh gubernur seiman?). Tapi, kira-kira berapa besar potensi pemasukan itu?

38) Mobil FE yang ikut balapan di musim 2020 itu jumlahnya 24. Kalau tiap mobil ini ditangani kru 25 orang, maka ada 600 orang kru. Media LN dan kru, bisa mencapai 500 orang. Pejabat organisasi otomotif, hitung aja 400-an. Total 1500 orang. Gue tambahin deh jadi 2000 orang.

39) Berapa lama meraka tinggal di Jakarta? Gue mentokin juga, 10 hari. Tiap hari mereka belanja 500 US$ (hampir 7 juta) termasuk untuk makan siang kerak telor. Jadi selama 10 hari 70 juta. Gede? iyalah. Kan nyewa mobil segala macam. oke ya..? plok plok lagi…

40) Kalau tadi jumlah orang luar yang terkait langsung dengan gawean FE ini mencapai 2000 orang dengan belanja 70 juta tiap orang, maka duit yg masuk ke perekonomian warga mencapai kira-kira 140 M rupiah. Tambah penjualan tiket 50 M, total 190 M ya.. Eheeee…

Sementara ini dulu yaaaa.. Pengen lanjutin soal pendapat manusia sok tau yg bilang balap FE itu lebih atraktif. Tau nggak rahasianya kenapa FE itu keliatan atraktif? Ntar ah, gue makan siang dulu… Muaacccchhhhh…
mentions Apa kita sambung lagi nih ngebahas duit yang bagi gue sangat gak masuk akal tapi tetap bakal ditelan Formula E?

41) Masih ingat kan, biaya yang dikeluarkan Formula E Operations untuk menggelar event ini selama setahun di 12 kota pada 2017? Angkanya 115,1 juta Euro (sekitar Rp 1,76 triliun). Sementara pendapatan atau revenue FE tahun itu hanya 94,5 juta Euro. Rugi? Iya. tapi gak bahas itu.

42) Yang gue mau bahas, kalau revenue FEO hanya 94,5 juta Euro (sekitar 1,45 T), apakah masuk akal kalau dalam pengajuan anggaran DKI ada Rp 553 M untuk pembayaran asuransi? Lha, itu berarti sudah menutupi 1/3 revenue FE sendiri selama setahun. DKI sinterklas?

43) Pertanyaan yang gue mau tau banget jawabannya, duit 553 M itu dibayarkan ke siapa? Ke FEO, ke tim, ke perusahaan asuransi atau ke mana? FEO sendiri, kan selama setahun menerima pembayaran dari promotor dan tim hanya 28,7 juta Euro (sekitar Rp 440 M) doang. Total 12 event lho?

44) Duit 553 miliar rupiah itu jelas gak kecil bagi FE. Bahkan bagi Allianz yang jadi pemegang saham 3,5% FE yg cuma ngeluarin 18,7 juta Pound (320 M rupiah) untuk pembelian. Angka lebih kecil tentu dikeluarkan PT Elang Cakra Sarana yang memilik 0,2% saham FE. Siapa PT ECS itu?

45) Gue ralat dulu. Nama pemegang saham 0,2% di FE bukan PT Elang Cakra Sarana tapi PT Elang Cakra Arena. Clear yaahhh.

Sebelum lanjut, sekali lagi gue mau tanya @aniesbaswedan duit 553 miliar itu mau dibayarkan ke mana? Cc. @KPK_RI @bpkri @kemendagri @KemenkeuRI @ItjenKemenkeu

46) PT Elang Cakra Arena (ECA) ternyata anak perusahaan EMTEK, salah satu raksasa media di Indonesia yang memiliki stasiun SCTV dan Indosiar. EMTEK sendiri sejak 2017 sudah menjalin kerja sama dgn raksasa pembayaran digital asal Tiongkok, Ant Financial. PT ECA ini gercep juga. 😀

47) Kalau dengan 320 M aja Allianz bisa punya saham 3,5% di FE dan ada perusahaan Indonesia yg juga bisa punya saham 0,2%, kenapa JakPro yg ditugasi sebagai pelaksana FE di Jakarta, gak berusaha memiliki saham FE bila emang dianggap sebagai bisnis menjanjikan di masa depan?

48) Gue flashback lagi ya. JakPro sendiri sudah meminta dana penyertaan modal dari DKI sebesar 305,2 M untuk menggelar FE ini. Gue pengen bilang, berarti JakPro sebenarnya nggak minat mengejar profut dari FE. Bahkan mungkin hanya berpikir menghabiskan duit 305 miliar lebih itu.

49) So, kegiatan menggelar FE ini buat gue benar2 tujuannya untuk menghamburkan duit rakyat Jakarta yg jumlahnya gak tanggung2. Tindakan pengembalian dalam bentuk investasi benar-benar NOL besar walau pun JakPro nyata2 niat pendiriannya berorientasi profit. Ini gila!

50) Padahal FE ini, apalagi kalau ada BUMN/BUMD sebagai pemegang saham, bisa menjadi modal bargaining bagi pabrikan mobil listrik seperti Mercedes, BMW, Nissan dan lain-lain yang punya tim di FE menjadikan Jakarta/Indonesia sebagai pusat industri baterai mobil listrik mereka.

51) Harusnya kalau yg terlibat dlm penyelenggaraan FE ini punya nasionalisme tinggi, setidaknya menggandeng @Kemenperin_RI yg tentu punya kepentingan besar. Bukankah kita pemilik cadangan tambang terbesar nikel, mangaan dll yg merupakan bahan pembuatan baterai mobil listrik?
mentions Oke, nanti kita lanjut lagi yaaaa…

52) Kembali ke PT Elang Cakra Arena yg sudah beli saham dan parent company-nya yang kerja sama dengan Ant Financial Tiongkok, jelas jeli dan gercep. Tiongkok emang keliatan gak membiarkan Hongkong begitu saja sebagai tuan rumah balap FE tanpa mengambil keuntungan.

53) Perusahaan Cina lainnya yang masuk ke FE yakni SECA. Perusahaan ini megambil alih tim balap Team Aguri dan mengubahnya jadi tim Teechetah sejak musim kompetisi 2016/2017.

54) Lalu ada tim Nio 333 untuk menempatkan pebalapnya Ma Qing Hua dengan dukungan Shanghai Lisheng Racing Co. Ltd. Ini tujuannya jelas, ada pebalap Cina yang berbicara di kancah dunia. FE Jakarta? Hanya untuk pencitraan dan hambur-hamburkan duit?

55) Memang disebut-sebut Sean Gelael atau Rio Haryanto akan tampil atau mendapat kursi untuk balapan di Jakarta. Tapi kalau pun jadi, itu hanya pinjaman dan sebatas FE Jakarta doang. Satu momen penting kita terbuang. FE Jakarta seakan hanya untuk @aniesbaswedan .Sakit!

56) Padahal kualitas Sean maupun Rio sebenarnya sudah cukup kalau sekadar berlaga di ajang FE. Balap mobil listrik ini, belum butuh pebalap dengan kemampuan seperti pebalap F1. Segi kecepatan mobilnya pun masih 25% di bawah F1.

57) Kalau balap F1 bisa mencapai top speed 325 kpj. Montoya pernah mencapai 370 kpj pada 2005 meskipun tidak tercatat oleh FIA. Sementara Formula E generasi terbaru (Gen2), disebutkan hanya 280 kpj. Mobil Nascar sendiri yg pernah dicatat Bill Elliot 1987 di Talladega, 340,5 kpj.

58) Lalu kenapa ada yang bilang balap Formula E kelihatan oleh penonton lebih seru? Ini lho rahasianya…

59) Dari awal balap Formula E dikonsepkan diadakan di dalam kota menggunakan sirkuit jalan raya. Satu2nya yang pernah diadakan di sirkuit permanen adalah FE Mexico. Sirkuit jalan raya dengan panjang antara 2-3 km, ini terkait strategi. Semacam ilmu hipnotis… Hehehehe

60) Coba deh bayangin, kalau balap FE diadakan di sirkuit seperti Sentul. Dengan trek lurus bisa mencapai 1200 meter tapi dengan kecepatan hanya 280 kpj, gue jamin bakal membosankan. Apalagi lintasan sirkuit permanen itu rata2 lebarnya di atas 12 meter. Udah kayak balap gokart.

61) Makanya dibikin di sirkuit jalan raya, trek sempit 10-12 meter, pagar rapat kiri-kanan, panjang sekitar 2,5 km tapi tikungannya antara 10-15 yg artinya tiap 100-200 mtr ada tikungan, dijamin pertarungan antar-pebalap jadi seru. Mau nyalip aja susah, sodok2an di trek lurus.

62) Drama ini tambah diperkuat oleh liputan TV yg dominan ngambil gambar medium to close up. Jarang banget kan ada wide angle? Ya, ini teknik sih untuk memukau penonton. Dan itulah model Formula E, setidaknya sampai kemampuan mobil mereka setara F1.

63) So, nggak usah kebelet koar-koar Formula E itu kelas kambing atau balapan hebat. Pasalnya, balapan itu bisnis hiburan dan kadang hanya yg punya pengalaman di belakang kemudi mobil formula yg bisa menjelaskan.
Gue bisa? Ganteng-ganteng gini pernah sekolah mobil Formula sih…
mentions Oke, kita akhiri dulu ya thread ini sambil nunggu jawaban @aniesbaswedan melalui media soal beberapa pos dana yang dianggarkan yg menurut gue nggak jelas. Atau nunggu @KPK_RI @bpkri @kemendagri meluangkan waktu ngintip persoalan ini.

____________

Karman Mustamin pernah belajar teknik berkendara open wheeler (formula) di Jim Russel Racing Driving School (JRRDS), Inggris, tahun 1993. Di Indonesia sendiri, ia anak didik almarhum pembalap Aswin Bahar dan tergabung di Aswin Safety Drivers Club (ASDC). Selama lebih dari 30 tahun di dunia otomotif, Karman menjalankan berbagai peran. Sebagai wartawan senior otomotif, ia adalah wartawan Asia pertama yang memperoleh ijin khusus untuk meliput F1 hingga ke grid pembalap dan masih boleh berbicara langsung dengan pembalap bahkan pada 10 menit terakhir sebelum balapan dimulai. Ia mengantongi pengalaman test drive ke berbagai negara termasuk menjajal berbagai sirkuit seperti Shah Alam (Malaysia), Pattaya (Bangkok), Shanghai (China), Donington Park (Inggris), Barcelona (Spanyol), Nuerburgring (Jerman) dan banyak lagi. Selain pernah menjadi pembalap, ia juga seorang off-roader. Karman memiliki klub off-road beranggotakan off-roader dari berbagai negara dan menjajal medan off-road di mancanegara.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here