Penulis: Wandi Ruswannur
Pakaian adat merupakan kostum yang mengekspresikan identitas, yang biasanya dikaitkan dengan wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat juga dapat menunjukkan status sosial, perkawinan, atau agama.
Adalah Wella Fitriani, gadis asal Sumatera Barat yang terus berupaya mengenalkan budaya daerah. Ia menyebutkan bahwa dirinya sangat senang dan mulai mengenalkan tarian serta pakaian adat Sumatera Barat sejak kecil.
“Awal mula mengenal pakaian adat sudah sedari kecil dari kelas 3 SD, mulai diikutkan pawai-pawai baju adat di sekolah dan dari situlah saya tertarik dengan pakaian adat Minang seperti hiasan kepala Minang bernama Suntiang,” katanya kepada SintesaNews.com, Ahad (09/01/2021).
Mahasiswi semester akhir di Universitas Negeri Padang ini menyadari bahwa tarian dan pakaian adat Minangkabau sangat menarik dan beragam macamnya.
“Advokasi yang sudah saya lakukan dalam mengenalkan pakaian adat yaitu pada tahun 2019 saya dan rekan saya sesama pecinta seni dan budaya di Kota Pariaman membentuk sebuah sanggar seni yang dimana sangar ini bertujuan untuk mewadahi para remaja dan anak-anak yang memiliki minat dan bakat dan keinginan dibidang seni dan budaya secara gratis tanpa dipungut biaya,” papar mahasiswi yang juga guru, penari dan model muse.
Wella memperkenalkan dan mengajarkan anak-anak dan remaja mulai dari tarian, musik, dan bidang kebudayaan lainnya termasuk pakaian adat tradisional dengan membuat kerajinan suntiang ketek.
“Alhamdulillah kegiatan hingga kini lancar dan support orangtua sangat baik karena ini merupakan kegiatan yang positif,” tuturnya.
Wella berpesan untuk generasi muda bahwa kebudayaan merupakan identitas bangsa, maka dari itu mesti dijaga dan dilestarikan agar tidak lekang dimakan zaman.
“Semua agar anak cucu kita nanti tetap bisa menikmati, kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi,” tutupnya.