SintesaNews.com – Taliban makin lucu atau makin dungu saja. Penguasa Afghanistan ini mulai mengeluarkan keputusan yang makin ajaib, yaitu untuk memenggal kepala patung-patung manekin di toko-toko pakaian di Afghanistan. Hal ini karena mannequin dianggap melanggar ‘syariat agama.’
Pemilik toko di provinsi barat Herat disuruh memenggal kepala manekin mereka setelah Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan memutuskan bahwa patung itu ‘berhala’.
Penyembahan berhala dianggap sebagai dosa besar dalam Islam, yang melarang penyembahan siapa atau apa pun selain Allah.
Keputusan itu dikeluarkan minggu ini di Herat.
Awalnya, kementerian telah memerintahkan toko-toko untuk tidak menggunakan manekin sepenuhnya tetapi pemilik toko mengeluh, mengatakan itu akan menghancurkan bisnis kecil yang mereka miliki.
Setelah mendengarkan keluhan, Menteri Sheikh Aziz-u-Rahman memutuskan kepala manekin harus dipotong sebagai gantinya.
‘Setiap manekin berharga $100, atau $80 atau $70, dan memenggal kepala mereka akan menjadi kerugian finansial yang besar.’
Mohammad Yusuf menambahkan: ‘Taliban tidak berubah, banyak pembatasan sekali lagi.’
‘Mereka belum mendapatkan pengakuan internasional, tetapi jika mereka mendapatkannya, mereka akan menerapkan batasan yang lebih ketat lagi.’
Sejak merebut kembali Afghanistan, Taliban perlahan-lahan membatasi kebebasan penduduknya sambil mengklaim kepada dunia bahwa mereka telah ‘bereformasi’.
Kaum perempuan dikurung di rumah mereka untuk ‘keamanan’, sementara Taliban sebagian besar mulai memindahkan mereka dari tempat kerja dan sekolah.
Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok Islamis (kelompok politik Islam ekstrim, seperti Taliban) juga melarang perempuan melakukan perjalanan jarak jauh tanpa wali laki-laki dan mengatakan mereka juga harus mengenakan kerudung saat berada di dalam mobil.
Pada saat yang sama, mereka melarang semua musik di dalam kendaraan.
Afghanistan, yang ditopang selama dua dekade oleh dana dukungan dari negara-negara barat dan uang bantuan, telah runtuh sejak Taliban merebut kembali kendali.
Uang bantuan telah mengering, dan sementara negara-negara barat telah menjanjikan miliaran dana, mereka masih memperdebatkan cara untuk masuk ke negara itu tanpa menyerahkannya kepada para Islamis.
Program pangan PBB memperingatkan bahwa hingga setengah dari populasi sekarang menghadapi kelaparan sebelum akhir musim dingin. Bencana ekonomi digabungkan dengan kekeringan, menjerumuskan ke dalam kemiskinan.
Badan-badan bantuan melaporkan bahwa keluarga-keluarga mulai mengambil tindakan putus asa untuk membeli makanan, termasuk mempekerjakan anak-anak atau – dalam beberapa kasus – menjual bayi untuk membeli roti dan kebutuhan pokok lainnya.