Penulis: Nurul Azizah
Hasil muktamar NU ke-34 di Lampung sangat dinanti-nanti oleh sebagian rakyat Indonesia. Terutama siapa yang menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk masa kidmat 2021-2026.
Tidak hanya orang-orang NU saja, tapi hampir sebagian masyarakat Indonesia sudah tidak sabar lagi, pengen segera mengetahui siapa yang terpilih sebagai ketua umum PBNU. Tidak terkecuali kelompok minhum. Kelompok minoritas yang mengaku paling suci dan merasa lebih islam dari pemeluk islam lainnya.
Kelompok minhum yang terdiri dari kelompok wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, JI, JAD, NII, ISIS CS sangat pengen tahu siapa yang menjadi ketua umum PBNU. Apakah Kyai Said Aqil Siradj (SAS) apa KH Yahya Cholil Tsaquf.
Baca: Sikap Warga NU terhadap Provokasi Khawarij, Jangan Percaya pada Mereka
Begitu diumumkan kalau Kyai Said Aqil Siradj kalah dalam pemungutan suara, dan dimenangkan oleh KH. Yahya Cholil Tsaquf banyak dari kelompok sebelah atau kelompok minhum berucap: “Alhamdulillah…, bukan SAS.” Hal senada juga diucapkan oleh mereka, “Ya, Alhamdulillah bukan SAS.”
Komen-komen yang serentak saya dapat dari group whatsapp yang banyak kadrun dan kadrunawatinya. Seakan-akan mereka ber-euforia, mengungkapkan kegembiraan yang berlebihan, perasaan bahagia jasmani dan rohani.
Mereka belum tahu Ketua Umum PBNU terpilih untuk masa kidmat 2021-2026 KH Yahya Cholil Tsaquf atau yang disapa Gus Yahya. Jangan pernah melihat kiprah Gus Yahya untuk memberantas kelompok radikal intoleransi dari lubang sedotan.
Apalagi ketika banyak orang tahu ketika Gus Yahya pernah berkunjung ke Israel pada bulan Juni 2018. Saat itu Gus Yahya dicaci banyak orang. Apalagi beliau menjabat Katib Aam (Sekjen) PBNU. Padahal Gus Yahya memiliki tujuan kunjungannya ke Israel akan berdampak pada perkembangan upaya perdamaian Israel-Palestina.
Mungkin di sisi lain para kelompok minhum mengira Gus Yahya tidak segalak Kyai Said. Gus Yahya akan familiar dengan kelompok mereka. Ketum PBNU yang terpilih akan membiarkan kelompok radikalisme intoleransi terus melakukan aksinya dengan membungkus agama untuk melancarkan tujuannya, yaitu menawarkan “kue busuk” ajaran khilafah di negeri tercinta ini.
Menurut Yenny Wahid Gus Yahya itu memiliki darah biru NU, bahkan beliau sebagai sosok yang kuat dalam basis tradisi NU. Meskipun demikian Gus Yahya juga memiliki jejaring yang luar biasa sampai ke tingkat Internasional.
“Yahya Staquf adalah tokoh NU yang kuat basis tradisinya, tatapi juga memiliki jejaring yang luar biasa hingga manca negara,” ucap Yenny Wahid, Rabu 22 Desember 2021, dikutip dari akun Twitter @yennywahid, Kamis 23 Desember 2021.
Tidak hanya itu, menurut mbak Yenny, Gus Yahya memiliki darah biru dalam NU, juga Kyai yang meneruskan perjuangan Abah beliau di Pesantren Rembang Jawa Tengah.
Selain fasih menguasai beberapa bahasa, Gus Yahya juga memiliki jaringan internasional dan itu menjadi nilai lebih, mirip Gus Dur.
Gus Dur paham betul akan konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Baik Gus Dur dan Gus Yahya menjelaskan kepada para stakeholders tentang konflik berkepanjangan di Israel dan Palestina.
Misi yang diemban oleh Gus Dur dan Gus Yahya sangatlah berat. Menentang kelompok zionis seperti melawan gangster yang tidak cukup hanya mengutuk dan berteriak-teriak di pinggir jalan. Tetapi Gus Yahya mendatangi sarangnya zionis, diajak komunikasi.
Satu langkah pemberani sekaligus tindakan ekstrim yang diambil oleh Gus Yahya untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur.
Gus Yahya berani mendatangi “sarangnya” dan menundukkan pentholannya, Perdana Menteri Israel.
Semoga apa yang dilakukan oleh Gus Dur dan Gus Yahya dengan berkunjung ke Israel mampu menyakinkan dunia Internasional betapa pentingnya perdamaian dunia dan bahayanya radikalisme intoleransi yang dapat mengancam perdamaian dan kemanusiaan.
Yang menjadi pertanyaan saya, ada apa dengan mereka kelompok minhum yang bersuka cita ketika Kyai Said Agil Siradj tidak menjadi Ketum PBNU?
Apa mereka sakit hati dengan Kyai Said saat berpidato pada acara sambutan pembukaan Muktamar NU ke-34 di Lampung, Rabu 22/12/2021.
Kyai SAS dengan lantang menabok HTI dan FPI dihadapan Presiden RI, Bapak Joko Widodo. HTI dan FPI seolah-olah tidak paham sikap NU yang selama ini bahwa mereka menjadi kutu-kutu ekstrim yang harus diberangus di Indonesia.
Masih menurut Kiai Said, “NU memikul amanah berat yang harus dijalankan untuk terus menjaga NKRI.”
Hampir satu abad NU terus memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tantangan zaman. NU terus mencari cara agar cahaya Allah terlihat terang dan tidak padam atas kekufuran.
Selain menabok HTI dan FPI, Kiai Said juga menyinggung bahaya laten faham wahabisme. Hal ini beliau utarakan dengan menyinggung sejarah kelam berdirinya wahabi dan para pengikutnya.
Kiai SAS juga sangat lantang menyuarakan kalau ajaran wahabi jadi pintu masuknya terorisme.
Menurut Kiai Said, “Wahabi memang tidak mengajarkan terorisme dan kekerasan. Namun faham ini selalu menganggap orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda sebagai kafir meski sesama muslim.”
“Kalau sudah wahabi, ini musyrik, ini bid’ah, ini enggak boleh, sesat, kafir. Itu satu langkah lagi halal darahnya, boleh dibunuh dan lain-lain.” jelas Kiai Said pada saat mengisi seminar virtual pada tanggal 30 Maret 2021.
“Benih terorisme adalah wahabi dan salafi, itu ajaran ekstrem, tekstual, harfiah, puritisasi, dengan dalih dalam rangka memurnikan ajaran islam. Tapi sayangnya ajaran wahabi bukan dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW tetapi mereka pengikut dari ajaran Muhammad bin Wahab dari Najed. Berdalih hendak memurnikan ajaran islam, tetapi ajaran ini oleh penganutnya kerap mengkafirkan dan membid’ah-bid’ahkan orang islam lain yang tidak sefaham.
Seharusnya kelompok minhum mulai belajar bagaimana kiprah Gus Yahya nantinya ketika menjabat sebagai ketua umum PBNU masa kidmat 2021-2026.
Menurut Gus Yahya, “Sekarang kita harus lihat seperti habib Rizieq, FPI dan lain sebagainya. Apa yang sebenarnya dicari itu. Soal politik, politik apa? Nah, intinya begini yang ingin kita tawarkan, kita boleh berbeda apapunlah dalam hal apa pun boleh berbeda, soal jenggot, soal celana cingkrang, soal ini itu. Silahkan berbeda asal satu hal, tidak boleh mengganggu NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika itu saja. Kalau itu kita terima platform itu, mari kita berdialog dan mari kita saling mentolerir perbedaan.”
“Dan dalam politik sekali lagi harus lebih rasional, jangan menjadikan identitas sebagai senjata politik karena itu berbahaya sekali.”
“Rasional saja, kalo emang rebutan duit, bilang saja rebutan duit itu, jangan ngomong siapa beriman siapa tidak beriman.”
Hai kelompok minhum jangan bersenang dulu dengan tidak terpilihnya Kyai Said Aqil Siradj sebagai Ketum PBNU. Ikuti saja nanti apa yang dilakukan oleh Gus Yahya untuk memberangus kelompok wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, JI, JAD, NII beserta cheerseaders-nya di negeri tercinta ini.
Baca juga:
Baca Bunga Rampai Kumpulan Artikel Nurul Azizah lainnya di sini: